Dongeng Monyet dan Unta Peniru (Aesop) | DONGENG ANAK
DUNIA
dongeng monyet dan unta peniru
|
Dongeng Monyet dan Unta
Peniru - Pada suatu perayaan besar untuk menghormati sang Singa si Raja Hutan,
seekor monyet diminta untuk menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu.
Tarian sang Monyet begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi
senang dan gembira melihatnya.
Pujian yang didapatkan
oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir menjadi iri hati. Dia sangat
yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang monyet, bahkan mungkin lebih
baik lagi, karena itu dia maju ke depan menerobos kerumunan hewan yang menonton
tarian monyet, dan sang Unta mengangkat kaki depannya, mulai menari. Tapi unta
yang sangat besar itu membuat dirinya kelihatan konyol saat
menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-mutarkan lehernya yang kaku
dan panjang. Selain itu, sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang
besar tetap terangkat ke atas.
Akhirnya, salah satu
tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja Hutan sehingga
hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta, mengusirnya keluar sampai
ke padang gurun.
Jadi pembelajaran
yang dapat kita teladani dari dongeng monyet dan unta peniru ini adalah
Jangan memaksakan diri
untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu lakukan.
Dongeng Anjing yang Nakal (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
anjing yang nakal - Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga
majikannya mengikatkan sebuah balok yang cukup berat di lehernya agar orang
mengetahui kehadiran anjing tersebut dan bisa menghindari anjing itu.
Tetapi
sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung dan balok kayu itu, dia
bahkan berlari-larian sambil menyeret-nyeret balok kayu tersebut dengan
ributnya untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi tak ada satupun orang yang
senang melihat anjing itu.
Seekor
anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu seharusnya lebih
bijaksana dan berdiam diri di rumah agar orang tidak melihat balok yang
dikalungkan di lehermu. Apakah kamu senang bahwa semua orang tahu betapa nakal
dan jahatnya kamu?"
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing yang nakal ini adalah
Alangkah
baiknya terkenal karena kebaikan, janganlah ditiru menjadi terkenal karena
perbuatannya yang tidak baik atau nakal.
Dongeng Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik - Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.
"Sudahkah
kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang
sangat menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar
apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh
dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu
dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan
perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari
sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak
sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan
gembira."
"Bagus
sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita
ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah
melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.
"Apa
yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya
melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik
ini dan -"
Tapi sang
Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan
mulai berlari menjauh.
"Tunggu,"
teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing
adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab
Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu,
saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam
jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu
sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat
licik.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang cerdik dan
rubah yang licik ini adalah
Janganlah
kita menipu orang lain, jadilah cerdik tetapi tidak licik.
Dongeng Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Ayam
jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap
kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan
kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang
kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara
mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang
tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi
pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang
satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar
dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di
perkelahian tadi.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam yang berkelahi dan
burung elang ini adalah
Janganlah
bersikap sombong karena kesombongan dapat berakibat keterpurukan.
Dongeng Babi Hutan dan Rubah (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - babi
hutan dan rubah
|
"Mengapa
engkau melakukan hal tersebut?" kata sang Rubah dengan senyum mengejek.
"Saya tidak melihat ada musuh dan bahaya di sini."
"Kamu
benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya yang mengancam" jawab
sang Babi Hutan, "tetapi ketika musuh benar-benar datang, saya tidak akan
sempat mengasah taring saya lagi seperti sekarang. Saat musuh dan bahaya datang
ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah memiliki senjata untuk
menghadapinya."
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng babi hutan dan rubah ini
adalah
Selalulah
siap siaga dan waspada.
Dongeng Bagaimana mengakali anak yang jahat (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
bagaimana mengakali anak yang jahat - Seorang tua yang sangat kaya,
membayangkan dirinya tidak akan dapat hidup lama lagi, karena itu, dia
membagi-bagikan harta dan rumahnya secara merata ke anak-anaknya. Tetapi
ternyata dia tidak meninggal dunia dan malah hidup menderita setelah itu
karena di usianya yang tua, anak-anaknya memperlakukan dia dengan kejam. Betapa
jahat dan egoisnya anak-anaknya! Sebelum membagikan hartanya,
anak-anaknya berlomba-lomba menyenangkan sang ayah karena berharap akan
mendapatkan uang yang lebih banyak dibanding anak yang lain, tetapi sekarang setelah
menerima warisan, mereka tidak peduli lagi terhadap ayahnya, mereka bahkan
berharap ayahnya cepat meninggal karena hanya membebani mereka saja.
Suatu
hari orang tua tersebut bertemu dengan temannya dan menceritakan segala
kesedihannya. Temannya merasa sangat simpati dan berjanji untuk membantunya.
Tidak berapa lama, temannya tersebut mendapatkan satu cara untuk membantu orang
tua tersebut. Dalam beberapa hari dia mengunjungi orang tua tersebut dengan
membawa empat kantung yang penuh dengan batu dan kerikil.
"Lihatlah
disini, teman," katanya. "Anak-anak mu akan tahu bahwa saya datang ke
sini beberapa hari berturut-turut dan akan bertanya-tanya tentang hal ini. Kamu
harus berpura-pura bahwa saya datang untuk mengembalikan uang yang saya pinjam
dari kamu, dan berpura-puralah seolah-olah uang pinjaman yang saya kembalikan,
lebih banyak lagi dari yang engkau pernah miliki. Simpanlah kantung-kantung
batu ini, dan jangan biarkan anak-anakmu mendapatkannya atau membukanya selama
kamu masih hidup. Saya yakin mereka akan mengubah tingkah laku mereka terhadap
kamu. Selamat jalan, saya akan mengungjungi engkau apabila saya sempat."
Ketika
anak-anaknya mendengar bahwa ayahnya memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya
kembali, mereka mulai berlomba-lomba memberikan perhatian kepada ayahnya, dan
hal ini berlanjut hingga orang tua tersebut meninggal dunia. Saat
anak-anaknya membuka dengan rakus keempat kantong-kantong yang terlihat berat
itu, mereka hanya menemukan batu dan kerikil di dalamnya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bagaimana mengakali anak
yang jahat ini adalah
Hormatilah
orangtuamu apapun keadaannya, karena orangtua lah yang telah membesarkan
anak-anaknya.
Dongeng Bangau dan Rubah Makan Bersama (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - Bangau dan rubah
makan bersama |
Dongeng
bangan dan rubah makan bersama- Suatu hari seekor rubah memikirkan rencana untuk
mempermaikan temannya - seekor burung bangau yang penampilannya selalu membuat
sang Rubah tertawa.
"Kamu
harus datang dan menikmati makan siang bersamaku hari ini," kata sang
Rubah kepada sang Bangau, sambil tersenyum-senyum karena memikirkan gurauan
yang akan diperbuat olehnya. Sang Bangau dengan senang menerima undangan dari
sang Rubah dan datang pada siang hari itu.
Untuk
makan siang, sang Rubah menyiapkan sup yang disajikan pada piring yang sangat
ceper dan hampir datar, sehingga sang Bangau tidak bisa menikmati sup tersebut,
hanya ujung paruhnya saja yang bisa menyentuh air sup. Tak setetes sup yang
bisa di minumnya, sedangkan sang Rubah menjilati sup tersebut dengan gampangnya
sambil tertawa-tawa hingga sang Bangau menjadi sangat kecewa karena telah
dipermainkan.
Sang
Bangau yang lapar dan merasa tidak senang, tetap berusaha untuk tenang. Lalu
kemudian sang Bangau balas mengundang sang Rubah untuk makan siang keesokan
hari di rumahnya.
Dongeng - bangau
dan rubah
makan bersama |
Keesokan
hari, tepat pada saat makan siang, sang Rubah tiba di rumah sang Bangau yang
menyediakan ikan yang sangat lezat sebagai menunya, tetapi ikan tersebut di
sajikan dalam sebuah guci tinggi yang mempunyai mulut guci yang sempit. Sang
Bangau dengan gampang memakan ikan tersebut dengan paruhnya yang panjang
sedangkan sang Rubah hanya bisa menjilati pinggiran guci sambil mencium
lezatnya makanan yang tersaji. Saat sang Rubah menjadi marah, dengan tenangnya
sang Bangau berkata: "Jangan mempermainkan orang karena kamu sendiri pasti
tidak suka untuk dipermainkan".
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bangau dan rubah makan
bersama ini adalah
Janganlah mempermainkan orang lain karena kita juga tidak suka
jika dipermainkan orang lain.
Dongeng Banteng Yang Berkelahi dan Katak di Rawa-rawa (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - banteng yang berkelahi
dan katak di rawa-rawa
|
Dongeng
banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa - Dua ekor banteng berkelahi dengan
sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa menjadi
gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.
"Apa
yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.
"Tidakkah
kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan
terdorong menuju ke rawa-rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai
masuk ke dalam lumpur?"
Benar apa
kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah
terdorong sampai ke rawa-rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa
sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng banteng yang berkelahi dan
katak di rawa-rawa ini adalah
Hindarilah
perkelahian dan janganlah terlibat dalam perkelahian karena damai itu jauh
lebih indah.
Dongeng Beruang dan Lebah (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - beruang
dan lebah
|
Dongeng
beruang dan lebah - Seekor beruang menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan,
menemukan pohon tumbang di mana pada pohon tersebut terdapat sarang tempat
lebah menyimpan madu. Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di
sekitar pohon tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang
berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil lebah
terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut,
tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang,
menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.
Beruang
tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga, loncat ke atas batang yang
tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini
malah membuat seluruh kawanan lebah yg berada dalam sarang, keluar dan
menyerang sang Beruang. Beruang yang sial itu akhirnya lari terbirit-birit dan
hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng beruang dan lebah ini adalah
Lebih bijaksana untuk berdiam diri menahan diri daripada
menambah masalah karena melampiaskan emosi.
Dongeng Biji Pohon Oak Dan Labu (Jean de La Fontaine) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - biji oak
dan labu
|
Dongeng
biji pohon oak dan labu - Semua yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna,
untuk membuktikannya saya tidak perlu mengelilingi dunia untuk mencarinya, Saya
dapat menemukan kesempurnaan itu di dalam sebuah labu.
Seorang
petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu
dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh. "Apa yang Tuhan pikirkan
kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan
labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan
labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak. Seharusnya
disanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon
yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri, "Sebagai
contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya di
gantungkan pada batang labu yang kurus ini."
Karena
terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk
dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur
dengan pulas.
Saat
itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut
dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan
mengeluarkan darah. "Aduh.. aduh..!" teriaknya, "Hidungku
berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini
dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah
labu? Saya tadinya meragukan ciptaanNya, sekarang saya telah mengerti semuanya
dengan sempurna."
Lalu sang
Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke
rumahnya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng biji pohon oak dan labu ini
adalah
Semua
yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna, untuk membuktikannya kita hanya
perlu melihat, mendengar dan merasakan kebesaran-NYA.
Dongeng Bola Kristal (Brothers Grimm) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng -
bola kristal
|
Dongeng
bola kristal - Dahulu kala, ada seorang wanita penyihir yang memiliki tiga anak
yang saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya sebagai saudara, tetapi
wanita penyihir tua itu tidak mempercayai anaknya sendiri, dan berpikir bahwa
ketiga anaknya ingin mencuri kekuatannya darinya. Penyihir itu lalu mengubah
anak sulungnya menjadi burung elang, yang terpaksa tinggal di pegunungan
berbatu, dan sering terlihat terbang melayang di langit. Yang kedua, disihir
sehingga berubah menjadi seekor ikan paus yang hidup di laut dalam, dan
terkadang terlihat di permukaan laut menyemburkan sebuah pancuran air yang
besar di udara. Kedua anak ini masing-masing masih bisa berubah bentuk menjadi
manusia selama dua jam setiap hari. Anak yang ketiga, karena takut bahwa ibunya
yang penyihir ini akan mengubahnya menjadi seekor binatang buas, dengan
diam-diam pergi meninggalkan ibunya.
Saat itu,
di pusat kerajaan, dia mendengar berita tentang seorang putri Raja yang disihir
dan dipenjarakan di istana matahari, sedang menanti datangnya pertolongan.
Mereka yang mencoba membebaskan sang Putri, mempertaruhkan nyawa mereka karena
tugas untuk menyelamatkan sang Putri, tidaklah mudah. Sudah puluhan orang yang
mencoba tetapi gagal, dan sekarang tidak ada orang yang berani untuk menyelamatkan
sang Putri lagi.
Si Putra
Ketiga menguatkan hatinya untuk mencoba menyelamatkan sang Putri. Dia lalu
melakukan perjalanan untuk mencari istana matahari itu dalam waktu yang cukup
lama tanpa bisa menemukannya. Suatu ketika, dia tiba tanpa sengaja di sebuah
hutan yang besar, dan menjadi tersesat. Tiba-tiba dia melihat di kejauhan, dua
raksasa yang melambaikan tangan mereka kepadanya, dan ketika dia datang kepada
raksasa tersebut, mereka berkata,
"Kami
bertengkar mengenai sebuah topi, siapa di antara kami yang berhak memilikinya,
karena kami berdua sama kuatnya, tak ada satupun di antara kami yang lebih kuat
dibandingkan yang lain. Manusia kecil lebih pandai dari kami, karena itu, kami
menyerahkan keputusan kepada mu."
"Bagaimana
kamu bisa bertengkar hanya karena sebuah topi tua?" kata si Putra Ketiga.
"Berikanlah
topi itu kepadaku," kata si Putra Ketiga, "Saya akan berdiri di sana,
ketika saya memanggil kalian, kalian harus berlomba lari, dan topi ini akan
menjadi milik orang yang lebih duluan tiba di sana." Dia lalu memakai topi
tersebut lalu berjalan pergi, dan saat berjalan, si Putra Ketiga berpikir
tentang sang Putri, melupakan para raksasa dan berjalan terus. Akhirnya dia
mendesah dalam hatinya dan bersedih, "Ah, jika saja saya bisa tiba di
istana matahari," tiba-tiba si Putra Ketiga sudah berdiri di sebuah gunung
yang tinggi tepat di depan pintu gerbang istana matahari.
Dia lalu
masuk dan memeriksa semua kamar, saat sampai pada kamar terakhir dia menemukan
putri Raja. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah sang Putri.
Wajahnya pucat abu-abu penuh keriput, mata rabun, dan berambut merah."
Apakah
kamu adalah putri raja, yang kecantikannya terkenal di seluruh pujian
dunia?" tanyanya.
"Ah,"
jawabnya," ini bukan bentuk saya yang sebenarnya, mata manusia hanya bisa
melihat saya dalam keadaan buruk rupa ini, tetapi kamu mungkin bisa melihat
bentuk saya yang sebenarnya, lihat melalui cermin ini, karena cermin ini tidak
akan salah dan akan menampilkan wajah saya yang sebenarnya."
Dia lalu
memberinya cermin yang di pegangnya, dan saat si Putra Ketiga melihat bayangan
di dalam cermin, dilihatnya wajah yang paling cantik di seluruh penjuru dunia,
dan dia juga melihat butiran air mata yang bergulir di pipi sang Putri.
Lalu si
Putra Ketiga bertanya, "Bagaimana kamu dapat dibebaskan ? Aku tidak takut
akan mara bahaya.
Sang
Putri berkata, "Dia yang mendapatkan bola kristal, dan mengacungkannya
kehadapan penyihir, akan menghancurkan kekuatan sihirnya dengan bola kristal
itu, dan saya akan kembali ke bentuk sejati saya. "Ah," dia menambahkan,
"sudah banyak yang mencoba dan gagal, kamu begitu muda, saya sangat sedih
karena kamu harus menghadapi bahaya yang begitu besar."
"Tidak
ada yang bisa mencegah saya melakukannya," kata si Putra Ketiga,
"coba katakan padaku apa saja yang harus kulakukan."
"Kamu
harus tahu semuanya," kata sang Putri," ketika kamu menuruni gunung
di mana istana ini berdiri, kamu akan menemukan seekor banteng liar di dekat
sebuah mata air, dan kamu harus berkelahi dengan banteng itu, dan jika kamu
bisa membunuhnya, seekor burung yang berapi-api akan muncul yang membawa sebuah
telur yang membara, dan sebuah bola kristal terletak di dalam telur tersebut.
burung itu tidak akan membiarkan telur tersebut terlepas kecuali dipaksa untuk
melakukannya, dan saat telur itu jatuh di tanah, semuanya akan menyala dan
membakar segala sesuatu yang berada dekat telur tersebut, dan dengan bola
kristal semua masalahmu akan terselesaikan."
Pemuda
itu lalu pergi ke mata air, di mana seekor banteng liar mendengus dan berteriak
marah padanya. Setelah melalui perjuangan yang panjang, si Putra Ketiga
berhasil menusukkan pedangnya ke tubuh hewan itu yang akhirnya jatuh mati.
Seketika itu juga, seekor burung api muncul dan hendak terbang, tapi kakak si
Putra Ketiga yang berubah bentuk menjadi elang, menukik turun, mengejar burung
api tersebut sampai ke laut, dan memukul dengan paruhnya sampai sang Burung Api
melepaskan telur yang dipegangnya. Telur tersebut tidak jatuh ke laut, tetapi
ke sebuah gubuk nelayan yang berdiri di tepi pantai dan gubuk itu langsung
terbakar api. Lalu tiba-tiba muncullah gelombang laut setinggi rumah, menerjang
gubuk tersebut hingga seluruh api menjadi padam. Ternyata, saudara lain si
Putra Ketiga yang menjadi ikan paus, yang telah mendorong dan menciptakan
gelombang laut tersebut. Ketika api itu padam, si Putra Kegita mencari telur
itu dan menjadi sangat bahagia saat menemukannya. Kulit telur tersebut menjadi
retak dan pecah akibat suhu panas yang tiba-tiba berubah menjadi dingin saat
tersiram air, sehingga bola kristal di dalamnya dapat diambil oleh si Putra
Ketiga.
Ketika
pemuda pergi menghadap ke si Penyihir dan mengacungkan bola kristal itu di
hadapannya, si Penyihir berkata, "kekuatan sihir saya telah hancur, dan
mulai dari saat ini, kamulah yang menjadi raja di istana matahari. Dengan bola
kristal itu juga, kamu telah mengembalikan bentuk saudara-saudara-mu ke bentuk
manusia seperti semula."
Si Putra
Ketiga pun bergegas menemui sang Putri, dan ketika dia memasuki ruangan, dia
mendapati sang Putri berdiri di sana dengan segala kecantikan dan keindahannya,
dan tidak lama, merekapun menikah dan hidup berbahagia selamanya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bola kristal ini adalah
Bertengkar
itu perbuatan yang tidak terpuji.
Berjuang
dengan sunggu untuk mendapatkan sesuatu.
Dongeng Burung Bangau yang Angkuh (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
burung bangau yang angkuh - Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun
di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher
dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan
paginya. Saat itu, sungai di penuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang
Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.
"Saya
tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri.
"Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti
saya."
Sekarang,
seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.
"Tidak,"
kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka
paruh dan memakan ikan sebesar itu!"
Saat
matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat
pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam
dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas
dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung bangau yang angkuh
ini adalah
Jangan
bersikap angkuh dan menolak sesuatu yang kecil, karena bisa saja kamu tidak
mendapatkan apa-apa karena keangkuhanmu.
Dongeng Burung Elang dan Burung Gagak (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - Burung
elang dan burung gagak
|
Dongeng
burung elang dan burung gagak - Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya
menyambar seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke
angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya
sebuah gagasan bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama
dengan burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian
terbang di udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat
menghamtam bagian punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk
terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut
dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat pada bulu domba,
walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan
sehingga dia merasa putus ada dan tetap tinggal di atas punggung domba
tersebut.
Seorang
pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha
melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun
berlari dan segera menangkap burung itu lalu mengikat dan mengurung burung
gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung gagak itu kepada
anak-anaknya di rumah untuk bermain.
"Betapa
lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa
ayah?"
"itu
burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab
dia adalah dia seekor burung elang."
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung elang dan burung
gagak ini adalah
Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan
kemampuanmu.
Dongeng Burung Gagak dan Sebuah Kendi (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
burung gagak dan sebuah kendi - Pada suatu musim yang sangat kering, dimana
saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum,
seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi
kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit.
Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang
berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut
hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian
tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada
di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap
kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam
kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air
tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung gagak dan sebuah
kendi ini adalah
Janganlah
putus asa dan berusahalah dengan pengetahuan dan akal yang kita miliki.
Dongeng Burung Lark yang Bersarang di Ladang Gandum (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng burung lark yang bersarang di ladang gandum - Seekor burung Lark (burung jenis ini tidak membangun sarangnya di pohon, tetapi di permukaan tanah) membangun sarangnya di permukaan tanah pada suatu ladang gandum. Seiring dengan berjalannya waktu, gandum ini tumbuh makin tinggi, begitu pula dengan anak-anak burung Lark yang tumbuh makin kuat. Suatu hari, ketika biji-biji gandum yang terlihat kuning keemasan terayun-ayun saat tertiup angin, sang Petani dan anaknya datang ke ladang tersebut.
"Gandum
ini telah siap untuk kita panen," kata sang Petani. "Kita harus
memanggil tetangga-tetangga dan teman-teman untuk membantu kita
memanennya."
Anak-anak
burung Lark yang masih muda dan kebetulan mendengar pembicaraan tersebut
menjadi takut, karena mereka mengerti bahwa hidup mereka berada dalam keadaan
bahaya apabila mereka tidak pindah dari sarangnya saat para pemanen datang.
Ketika induk burung datang membawakan mereka makanan, mereka langsung
menceritakan apa yang telah mereka dengarkan.
"Janganlah
takut anak-anakku," kata sang Induk Burung. "Jika petani mengatakan
akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya mengerjakan
pekerjaannya, gandum-gandum ini tidak akan dipanen dalam waktu dekat.
Beberapa
hari kemudian, gandum-gandum di ladang menjadi sangat matang, dan disaat angin
bertiup menggoyangkan batangnya, beberapa butir biji gandum jatuh bertaburan di
atas kepala burung Lark yang masih muda.
"Jika
gandum ini tidak kita panen dalam waktu dekat," kata sang Petani,
"kita akan kehilangan setengah dari hasil panen. Kita tidak dapat menunggu
datangnya bantuan dari teman-teman kita. Besok kita harus memulai pekerjaan
kita, tanpa bantuan orang lain."
Ketika
burung Lark muda memberi tahu induknya tentang segala sesuatu yang mereka
dengar dari sang Petani, Induknya berkata:
Kalau
begitu, kita harus meninggalkan sarang ini secepatnya. Saat seorang manusia
mengambil keputusan untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa tergantung
pada orang lain, yakinlah bahwa mereka tidak akan menunda pekerjaannya lagi."
Sore itu
juga, semua anak-anak burung mengepak-ngepakkan sayapnya dan mencoba untuk
terbang, dan saat matahari terbit pada keesokan harinya, Petani dan
anak-anaknya mulai bekerja memotong dan memanen gandum yang telah matang. Di
ladang gandum tersebut, mereka menemukan sebuah sarang burung Lark yang telah
kosong dan ditinggalkan oleh penghuninya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung lark yang berasarang
di ladang gandum ini adalah
Bekerja
sendiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain, akan terasa senangnya
menikmati hasil dari usaha sendiri.
Dongeng Burung Merak yang Angkuh dan Bangau (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - burung merak yang angkuh
dan bangau
|
Dongeng
burung merak yang angkuh dan bangau - Seekor burung merak yang berjalan dengan
penuh keangkuhan, suatu hari bertemu dengan seekor burung bangau, dan untuk
membuat sang Bangau kagum, dia merentangkan bulunya yang indah di bawah sinar
matahari.
"Lihat,"
katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan ku? Saya bermandikan
kemewahan dan pelangi, sedangkan bulu mu kusam kelabu seperti debu!"
Sang
Bangau merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang jauh tinggi ke atas.
"Ikutilah
saya kalau kamu bisa," Kata sang Bangau. Tetapi sang Merak hanya bisa
berdiri terpaku karena burung merak termasuk jenis burung yang tidak dapat
terbang, sedangkan sang Bangau terbang melayang-layang di langit biru dengan
bebasnya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung merak yang angkuh dan
bangau ini adalah
Janganlah
kita menyombongkan diri terhadap apa yang kita miliki.
CERITA DONGENG PUTRI DUYUNG | DONGENG ANAK DUNIA
PUTRI DUYUNG
- Raja Triton adalah raja lautan yang perkasa,
ia mempunyai banyak anak perempuan. Mereka mencintai dunia bawah laut dimana
tempat mereka tinggal. Tetapi Ariel yaitu anak bungsunya, memimpikan dunia di
atas permukaan air, dunia manusia. Meskipun ayahnya telah memperingatkannya
agar tidak ke dunia manusia, Ariel mengabaikannya. Dia sering berenang ke
permukaan laut untuk melihat dunia yang berada di atas permukaan air.
Ariel
dan sahabatnya yang bernama Flounder, senang sekali mengunjungi Skatel si burung
camar. Skatel itu memberitahu mereka tentang segala barang manusia yang
ditemukan Ariel di dasar laut.
Suatu
hari Raja Triton mengetahui bahwa Ariel sering pergi ke permukaan laut.
Mengetahui itu Raja Triton sangat marah. Dia mencemaskan keselamatan anak
perempuannya, Ariel. Raja Triton meminta sahabat kepercayaannya, Sebastian si
kepiting untuk mengawasi Ariel.
Beberapa
hari kemudian Ariel melihat ada kapal melintas di permukaan laut.
“Manusiaaaa!!!”
seru Ariel sambil bergegas berenang mendekati kapal itu.
“Oh,
tidak!” teriak Sebastian si kepiting. Sebastian dan Flounder segera mengejar
Ariel.
Ketika
Ariel muncul di permukaan air, Ariel melihat sebuah kapal besar penuh pelaut
yang bernyanyi dan menari- nari. Mata Ariel bercahaya ketika dia melihat pemuda
gagah, para pelaut lain memanggilnya Pangeran Erik. Ariel jatuh cinta pada
pangeran Erik di pandangan pertama itu. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan
petir menyambar-nyambar. Kapal yang dinaiki Pangeran Erik bukanlah tandingan
badai yang dasyat itu. Kapal itu terombang-ambing, ombak begitu besar dan
seketika Pangeran Erik terlempar ke laut.
“Aku
harus menyelamatkannya!” teriak Ariel.
Dengan
cepat Ariel berenang ke tempat Pangeran Erik terlempar, Pangeran Erik hampir
tenggelam, lalu Ariel membawanya berenang ke tepi pantai. Pangeran Erik tidak
bergerak ketika Ariel menyentuh wajahnya dengan lembut dan menyanyikan sebuah
lagu cinta yang indah untuknya. Sebuah nyanyian yang indah dengan suara Ariel
yang merdu. Tak lama kemudian Ariel mendengar anak buah Pangeran Erik sedang
mencarinya. Ariel tak ingin dilihat manusia. Diciumnya Pangeran Erik, lalu
Ariel segera menyelam kembali ke laut.
Pangeran
Erik siuman dan menemukan Sir Grimsby, seorang pelayannya yang setia di
sisinya.
“Apa
yang terjadi?” Tanya Sir Grimsby kepada Pangeran Erik.
Dia
senang Pangeran Erik masih hidup.
“Ada seorang
gadis,” kata Pangeran yang masih kelihatan bingung.
“Seorang
gadis telah menyelamatkan aku lalu menyanyi. Suaranya begitu merdu. Belum
pernah aku mendengar suara semerdu itu. Aku ingin menemukan gadis itu dan aku
ingin menikahinya!” Rupanya Pangeran Erik juga telah jatuh cinta pada pandangan
pertama.
Raja
Triton mendengar bahwa Ariel jatuh cinta pada seorang manusia, mengetahui hal
itu Raja Triton sangat marah. Dia segera berenang ke gua tempat Ariel
menyimpan koleksi barang-barang miliknya.
“Ayah,
aku mencintainya!” kata Ariel,
“Aku
ingin bersamanya!”.
“Dia
itu manusia, pemakan ikan!” teriak Raja Triton,
“Tidak
boleh!” Diangkatlah trisula saktinya.
Sambaran-samnbaran
kilat dari trisula sakti itu menghancurkan semua harta kesayangan Ariel. Lalu
Raja Triton itu pergi. Ariel merasa sangat sedih dan menangis.
Sementara
itu, tak jauh dari situ, kekuatan jahat sedang bekerja di kerajaan bawah laut.
Seorang penyihir laut yang bernama Ursula, ia dulu memerintah kerajaan bawah
laut sebelum Raja Triton, penyihir itu sedang mencari cara untuk menggulingkan
kepemimpinan Raja Triton. Melalui bola kristalnya, Ursula melihat Ariel yang
sedang menangis. Si penyihir itu mendapat ide,
“Aku
bisa mengalahkan Raja Triton lewat anaknya.”
Lalu
si penyihir itu mengirim sepasang pelayan belutnya yang bernama Flotsam dan
Jetsam untuk pergi ke gua dimana Ariel berada. Flotsam dan Jetsam berhasil
meyakinkan Ariel bahwa Ursula bisa membantunya mendapatkan Pangeran Erik yang
dicintainya. Saat itu Ariel sedang sedih sekali, dia mengabaikan
peringatan Sebastian si kepiting dan ikut pergi bersama Flotsam dan Jetsam
untuk menemui si penyihir laut.
“Aku
punya tawaran untukmu, anak cantik,” kata Ursula ketika Ariel sudah memasuki
tempat kediamannya.
“Tawaran?”
Tanya Ariel lugu.
“Ya,”
kata si Penyihir, “Aku akan membuatmu menjadi manusia selama tiga hari dan kau
akan menemui Pangeranmu. Jika kau bisa membuatnya menciummu sebelum matahari
terbenam pada hari ketiga, kau akan bersama selamanya sebagai manusia. Jika dia
tidak menciummu, kau akan berubah kembali menjadi putri duyung, dan kau akan
menjadi tawananku! Dan imbalan untuk tawaran ini adalah suaramu,” kata si
penyihir.
“Suaraku?”
tanya Ariel terkejut, “Aku tak akan bisa berbicara atau menyanyi. Bagaimana aku
bisa membuat Pangeran jatuh cinta padaku?”.
“Kau masih
punya wajahmu yang cantik,” jawab penyihir itu.
Lalu
Ariel menyetujui tawaran Ursula, si penyihir laut itu menggunakan kekuatan
sihirnya. Sihir itu membuat ekor Ariel lenyap. Kini Ariel mempunyai sepasang
kaki dan Ariel telah menjadi manusia. Pada saat yang bersamaan suaranya
meninggalkan tubuhnya dan ditangkap dalam sebuah kerang oleh si penyihir
laut.
Lalu
Ariel ingin mencari Pangeran, Ariel dibantu sahabat-sahabatnya untuk pergi ke
pantai. Dia mencoba berbicara kepada mereka, tetapi tak ada suara yang keluar
dari mulutnya.
Tak
lama kemudian Ariel bertemu dengan Pangeran Erik, yang telah jatuh cinta
kepadanya sejak mendengarnya bernyanyi. Mula-mula Pangeran mengira telah
bertemu kembali dengan gadis yang pernah menolongnya. Tetapi Ariel tak dapat
berbicara, maka Pangeran Erik mengira bahwa dia keliru. Pangeran Erik kasihan
kepada Ariel, ia perlu pakaian, mandi dan juga makan. Lalu dibawalah Ariel ke
istananya.
Dalam
dua hari berikutnya, Pangeran Erik menyukai Ariel, tetapi dia tetap merindukan
si gadis yang bersuara merdu. Ketika sedang berperahu berdua, Pangeran Erik
sudah hampir mencium Ariel. Sayangnya Flotsam dan Jetsam membalikkan perahu
mereka untuk mengganggu mereka.
“Hampir
saja!” kata Ursula yang menyaksikan melalui bola kristalnya.
“Aku
harus bertindak sendiri!” ujar Ursula. Lalu Ursula meminum ramuan sihir dan
berubah menjadi seorang gadis cantik.
Lalu
si penyihir laut yang telah berubah menjadi gadis cantik tersebut menemui
Pangeran Erik, penyihir itu menggunakan suara merdu Ariel yang disimpannya
dalam kerang dan digantungkan di lehernya. Dan seketika pangeran Erik merasa
telah menemukan gadis cantik dengan suara merdu yang telah menyelamatkannya.
Pada
pagi hari ketiga, istana menjadi sibuk. Pangeran Erik akan menikah dengan
seorang gadis cantik yang baru saja dijumpainya itu, yang tak lain adalah
penyihir laut yang berubah menjadi gadis cantik dengan sihirnya.
Ariel
pun patah hati, kasihan sekali Ariel...
Upacara
pernikahan tersebut akan berlangsung di atas kapal baru Pangeran Erik. Skatel
kebetulan terbang melintasi kapal itu, tepat ketika si pengantin putri melewati
cermin. Bayangan yang terpantul di cermin adalah bayangan Penyihir Laut. Skatel
menyadari bahwa Pangeran Erik telah ditipu.
Lalu
dia segera menjelaskan hal ini kepada Ariel dan teman-temannya yang lain.
Dengan cepat Sebastian menyusun rencana. Flounder membantu Ariel untuk naik ke
kapal Pangeran Erik. Skatel mengatur sekawanan camar temannya untuk menunda
pernikahan.
“Aku
akan memberitahu Triton akan hal ini,” kata Sebastian.
Pernikahan
Pangeran Erik dan si gadis hampir dilaksanakan, ketika sekawanan burung camar
yang dipimpin oleh Skatel, meluncur turun menyerang si pengantin putri.
Pengantin putri berteriak. Suara yang keluar adalah suara Penyihir Laut. Ariel
naik ke geladak tepat ketika Skatel berhasil menjatuhkan kerang yang berisi
suara Ariel dari leher si gadis. Kerang itu pecah dan suara Ariel kembali
kepadanya.
“Oh,
Pangeran Erik, aku mencintaimu,” kata Ariel.
“Rupanya
memang kau,” kata Pangeran Erik.
Matahari
menghilang di ufuk barat, tepat ketika mereka akan berciuman. Waktu tiga hari
yang diberikan kepada Ariel telah habis. Dia berubah kembali menjadi Putri
Duyung, sementara si gadis juga berubah menjadi Penyihir Laut. Ursula menyambar
Ariel dan terjun ke laut.
Berkat
pemberitahuan Sebastian, Raja Triton sudah menunggu di sarang Ursula ketika
mereka tiba di sana.
“Kulepaskan
anakmu jika kau mau menjadi gantinya,” seru Ursula.
Raja
Triton setuju. Sekarang Raja Triton yang menjadi tawanan Ursula menggantikan
Ariel. Ursula memiliki trisula sakti Triton dan menguasai kerajaan bawah laut.
Tiba- tiba sebuah pedang menusuk bahu penyihir laut itu. Rupanya Pangeran Erik
datang untuk menyelamatkan Ariel. Ariel berenang ke permukaan laut bersamanya.
Tetapi Ursula mengikuti tepat di belakang mereka. Seiring dengan bertambahnya
kemarahannya, tubuhnya pun semakin besar, sampai muncul ke atas permukaan laut.
Kemudian
Pangeran Erik berenang ke arah kapalnya, lalu segera naik. Lalu Pangeran Erik
segera menuju ke kemudi dan diarahkan kapalnya ke tubuh Ursula. Tepat ketika
Ursula akan mengirim sambaran kilat ke arah Ariel dengan trisulanya, kapal
Pangeran Erik menabraknya. Si Penyihir Laut yang jahat binasa.
Karena
Penyihir Laut telah mati, Raja Triton bebas. Dia muncul ke atas permukaan laut
dan memegang trisulanya. Raja Triton melihat Ariel sedang menatap Pangeran Erik
dengan tatapan cinta.
“Ariel
sangat mencintai pangeran itu,” kata si Raja Lautan kepada Sebastian yang
berada di sampingnya.
Sebastian
mengangguk.
“Aku
akan rindu padanya,” Raja Triton menambahkan, kemudian diangkat trisula
saktinya dan diarahkannya kilat ke arah ekor Ariel.
Seketika
ekor si PUTRI DUYUNG lenyap dan sekali lagi dia punya kaki. Ariel sekarang
menjadi manusia sungguhan. Pangeran Erik pun mencium gadis yang dicintainya
itu. Tak lama kemudian mereka menikah dan berlayar bersama.
Cerita Dongeng Misteri Dasi | DONGENG ANAK DUNIA
Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos, bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri.
Carlo
anak yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko,
Carlo pun belajar melukis dasi.
Sore
ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo
terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang
terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.
"Ada
yang bisa saya bantu,pak?" Carlo gugup.
"Tolong
carikan dasi yang cocok buatku, nak..." kata Doktor Agam lembut. "Aku
ada acara besok malam."
"Nama
saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?" tanya Carlo
bersemangat.
"ehmmmm...putih
polos."
Aha!
Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju
warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi
buatannya dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di
dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang
sedang berenang.
"Kehidupan
di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini,
pak," jelas Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
"Oh,
luar biasa! Aku akan membelinya."
Carlo
senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor
Agam.
"Carlo,
kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku," undang
Doktor Agam.
Wow!
Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya,
Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya Carlo
melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.
"Selamat
datang,"sambut Doktor Agam. "Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok
untukku?"
"Tentu,
pak," bisik Carlo.
Rumah
Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan
untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo,
Doktor Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.
Ayah
Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di
rumah Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari
topeng yang akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.
Acara
dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum
pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh
wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu,
para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu
padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang
erat ayahnya.
Untunglah
lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap
Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.
Setelah
acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.
"Terima
kasih telah mengundang kamu!" pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.
"Silakan
mengunjungi toko kami lagi. Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda,"
kata Carlo. Doktor Agam tampak jengkel.
"Dasi?
siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!" bisiknya menghardik.
Tentu
saja Carlo terkejut. "Uh, aneh sekali Doktor Agam!"
Carlo
beranjak pergi. Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam. Mata Carlo
terbelalak. Mulutnya menganga.
"Yuk
pulang! Doktor Agam pasti kecapekan," ajak ayah Carlo.
"Di...
dia b-bbbbukan Doktor Agam!" seru Carlo.
Ayah
Carlo terkejut. Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.
Para
tamu gempar. Polisi segera beraksi. Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam
diculik. Ia digantikan oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip
Doktor Agam. Para penari topeng itu ternyata anggota kawanan penculik. Mereka
berkomplot dengan asisten Doktor Agam. Polisi berhasil menangkap mereka semua.
"Bagaimana
kau tahu dia bukan Doktor Agam?
Dia
meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat
keadaan sudah tenang.
"Ada
yang berbeda," kata Carlo. " Dasi Doktor Agam bergambar gelombang
laut, raumput laut dan dua ikan uang berenang. Tetapi, gambar ikan pada dasi
Doktor Agam asli menghadap ke kanan, sedangkan yang palsu menghadap ke kiri.
Aku tahu, sebab akulah pelukisnya!"
Semua
orang berdecak kagum. Mereka memuji ketelitian Carlo. Polisi kini tahu, asisten
Doktor Agam yang membuat tiruan dasi bergambar ikan itu. Namun, tiruannya tidak
sempurna. Ketika pulang, wajah Carlo berseri-seri. Ia senang, Doktor Agam
berhasil dibebaskan dari penculikan.
Demikianlah
cerita dongeng misteri dasi, semoga dapat menghibur dan senang membacanya.
DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng - Cerita
gunung
|
Dongeng cerita gunung
- Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya
terjatuh, Dia terluka dan berteriak : "AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."
Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung
sebelah."AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."
Dengan
penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : "Siapa kamu?" Diapun
menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?" dan kemudian dia
berteriak ke gunung itu: "Saya mengagumimu!" dan suara itupun kembali
: "Saya mengagumimu!."
Dengan
muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : "Penakut" Dia masih
menerima jawaban yang sama, "Penakut!."
Dia
menatap ayahnya dan bertanya : "Apa yang sedang terjadi?" Ayahnya
sembari tersenyum dan berkata : "Sayang, perhatikan." Kembali ayah
akan berteriak : "Kamu Juara." Diapun menerima jawaban yang sama :
"Kamu Juara."
Anak ini
kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya
menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah
sesungguhnya hidup.
Segalanya
akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup
kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cerita gunung ini adalah
Segalanya
akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup
kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita katakan dan
perbuat.
Dongeng Cincin di dalam Perut Ikan (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng cincin di dalam perut ikan - Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan Inggris) yang juga merupakan seorang yang menguasai ilmu sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari, ketika anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan anaknya.
Dia
menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan
menikah dengan seorang gadis dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron
pun mengetahui bahwa ayah dari gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah
memiliki lima anak.
Secepatnya
dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan
saat dia mendekati rumah pria yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria
ini duduk dekat pintu, dengan muka sedih dan muram.
Sang
Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata,
"Apa yang terjadi, wahai Bapak yang baik?"
Pria yang
ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah memiliki lima
orang anak, dan sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang anak perempuan.
Di mana aku bisa mendapatkan roti untuk untuk mengisi perut mereka, aku tidak
tahu lagi apa yang harus aku katakan."
"Jangan
berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron. "Jika hanya itu
masalah Anda, aku dapat membantu Anda. Kebetulan aku sedang mencari anak
perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan,
Aku akan memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."
"Terima
kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain
mendapatkan uang, bayi perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang
layak, karena itu dia lalu masuk ke dalam rumah serta keluar kembali sambil
membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu menyerahkannya kepada sang Baron,
yang membungkusnya dengan jubahnya lalu menaiki kudanya dan pergi bersama bayi
tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang bayi
tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu berkata sambil berkuda untuk
pulang ke kastilnya:
"Pergilah
bersama takdirmu!"
Tetapi
gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu
menahannya agar tidak tenggelam untuk sementara waktu, dan dia pun
terapung-apung di sungai, hingga akhirnya terdampar di depan sebuah gubuk
nelayan yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan istrinya ini
tidak memiliki anak dan mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Saat
nelayan tersebut melihat bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia
dan membawanya pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya, yang menerima bayi
tersebut dengan tangan terbuka.
Di
sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh
menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi
berburu dengan beberapa orang sahabatnya di sepanjang tepi Sungai Ouse, dan
berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.
Seorang
gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka.
Sahabat-sahabat sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah
satu di antara mereka berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal
nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan menikah dengan
siapa?"
"Oh,
itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba meramal
nasibnya. Mendekatlah ke sini, Anakku, dan katakanlah, kamu dilahirkan pada
hari apa?"
"Aku
tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu. "Aku ditemukan di sini
setelah terbawa oleh arus sungai sekitar lima belas tahun yang lalu."
Seketika
itu juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si Gadis ini, dan ketika mereka
beranjak pergi dari gubuk nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si
Gadis itu, "Aku akan memperbaiki keberuntunganmu. Ambil dan bawalah surat
ini kepada saudaraku di Scarborough, dan kamu akan mendapatkan balasan yang
cukup untuk menghidupi diri kamu seumur hidup."
Si Gadis
itu pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan mengantarkannya. Tetapi
gadis itu tidak menyadari bahwa isi surat itu berbunyi seperti ini:
"Saudaraku
tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!
Salamku, Albert."
Tanpa
mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat menuju ke Scarborough,
dan di tengah perjalanan dia bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam
itu sekawanan perampok masuk ke penginapan dan mencari harta dari tamu-tamu
penginapan. Mereka menggeledah kantung dan saku para tamu, dan mereka menemukan
surat yang di bawa oleh si Gadis.
Saat
perampok tersebut membuka dan membaca surat sang Baron, mereka menjadi iba
terhadap nasib si Gadis dan menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam.
Pimpinan kawanan perampok itu pun mengambil pena dan kertas lalu menulis surat
yang bunyinya:
"Saudaraku
tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan putraku segera!
Salamku, Albert."
Kemudian
surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan kepada si Gadis itu, dan
menyuruhnya untuk melanjutkan perjalanan. Dia pun berangkat menuju kastil
saudara sang Baron di Scarborough, di mana putra sang Baron menginap. Ketika
dia memberikan surat kepada saudara sang Baron, saudara sang Baron langsung
menyiapkan pernikahan pada hari itu juga. Putra sang Baron, saat melihat gadis
cantik ini, langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk dinikahkan.
Ketika
kabar pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron, dia merasa bahwa itu
sudah menjadi takdir, tetapi sang Baron masih merasa keras kepala dan tidak mau
menerima takdir itu begitu saja. Dia pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa
menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia berpura-pura senang dengan pernikahan
tersebut. Suatu hari, ia meminta agar si Gadis menemani dia berjalan-jalan di
sepanjang tebing pinggiran laut.
Saat si
Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang tangannya dan akan mendorong
gadis tersebut ke pinggiran tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang
Baron menaruh belas kasihan kepadanya, dan membiarkannya untuk tetap hidup.
"Aku
tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya. "Jika Anda
mengampuni aku, maka aku akan melakukan apapun yang Anda inginkan, aku tidak
akan pernah melihat Anda atau anak Anda lagi kecuali Anda
menginginkannya."
Kemudian
sang Baron pun melepaskan cincin emasnya dan melemparkannya ke laut, sambil
berkata, "Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa
memperlihatkan cincin itu kepadaku," seru sang Baron sembari membiarkan si
Gadis berlalu dengan airmata berlinang.
Gadis
malang itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus menerus hingga akhirnya
tiba di sebuah kastil besar. Dia pun memohon untuk diterima bekerja di kastil
itu. Orang-orang di kastil menerima si Gadis itu, dan mempekerjakannya sebagai
juru masak istana karena dia telah terbiasa melakukan pekerjaan tersebut saat
tinggal di gubuk ayah angkatnya yang nelayan.
Pada
suatu hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang datang ke kastil, dan dia
sangat terkejut saat melihat beberapa tamu tersebut tidak lain adalah sang
Baron, saudara sang Baron, dan putra sang Baron yang juga merupakan suaminya.
Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, berdasarkan janjinya, dia
seharusnya pergi dan menghindar. Tetapi akhirnya dia berkesimpulan bahwa mereka
tidak akan melihatnya di dapur kastil sehingga perasaannya menjadi sedikit
lega, dan melanjutkan pekerjaannya sambil menghela napas panjang.
Dia pun
mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus untuk dijadikan menu hidangan
makan malam. Saat dia sedang membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang
bersinar di dalamnya, dan apa yang dia temukan di dalam perut ikan? Tidak lain
adalah cincin emas sang Baron yang dilemparkan oleh sang Baron dari pinggir
tebing. Si Gadis sangat girang melihat cincin tersebut, kemudian dia pun
memasak ikan selezat mungkin untuk disajikan nanti.
Saat
hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat menyukainya sehingga
mereka ingin sekali bertemu dengan orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan
pun memanggil si Gadis untuk datang ke hadapan sang Baron. Si Gadis kemudian
membersihkan badannya dan merapikan penampilannya, serta memakai cincin emas
milik sang Baron pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk menghadap para tamu
yang ingin melihatnya.
Ketika
para tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut adalah seorang gadis yang
sangat cantik, mereka pun menjadi terkejut dan terpukau. Putra sang Baron
sangat gembira melihat kehadiran istrinya, tetapi Sang Baron yang melihat gadis
itu, menjadi sangat marah dan bergerak hendak memukul si Gadis. Tanpa
mengucapkan sepatah kata, gadis itu mengangkat dan memperlihatkan jari
tangannya yang memakai cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia membuka
cincin tersebut serta meletakkannya di atas meja.
Akhirnya
sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu melawan dan mengubah takdir,
dan dia pun memegang tangan si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang
hadir bahwa si Gadis adalah istri dari putranya.
"Ini
adalah istri dari putraku. Marilah kita minum untuk menghormatinya." kata
sang Baron.
Saat
selesai makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk ikut bersama putranya
pulang ke kastilnya, dan di sanalah si Gadis bersama suaminya hidup berbahagia
selamanya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cincin di dalam perut ikan
ini adalah
Kalahkanlah
ego diri dan emosi sesaat, dan dahulukanlah kebaikan bersama.
DONGENG BANGSAWAN DAN TUKANG KEBUNNYA | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Bangsawan dan Tukang Kebunnya ditulis oleh BE. Priyanti
DONGENG BANGSAWAN DAN
TUKANG KEBUNNYA
Tuan Brandon adalah bangsawan yang
sangat kaya. Dia mempunyai seorang tukang kebun yang rajin, bernama Jack.
Tukang kebun ini bertugas mengurus tanaman di kebunnya yang megah. Ia tinggal
tak jauh dari rumah tuannnya.
Tuan Brandon sangat
sombong. Ia sama sekali tidak menghargai Jack, meski Jack telah setia mengabdi
bertahun-tahun padanya. Selama ini, ia hanya menganggap Jack sebagai pembantu
miskin yang diupahnya setiap bulan.
Walau dipandang sebelah mata, Jack
dan keluarganya tetap bahagia. Ia dan keluarganya bersyukur bisa bekerja di
rumah besar itu.
Suatu malam, Tuan Brandon dan
keluarganya mengadakan pesta. Jack dan istrinya menyiapkan banyak rangkaian
bunga yang indah. Para tamu terpesona dengan rangkaian bunga itu. Mereka ingin
bertemu dengan Jack, si tukang kebun. Tetapi Tuan Brandon berkata dengan kasar,
"Ah, tidak perlu. Jack hanyalah
tukang kebun yang tua dan kotor. Kalau kalian ingin bertemu dengannya, itu sama
saja dengan mengotori diri kalian yang sempurna sebagai seorang pahlawan."
Akhirnya tak seorang
pun yang menanyakan Jack lagi.
Jack sangat sedih mendengarnya. Dia
juga tak pernah berharap untuk bertemu dengan para tamu bangsawan. Dia hanya
merasa tidak suka disebut orang yang kotor.
Begitulah setiap
saat. Tuan Brandon, si bangsawan kaya itu, selalu merendahkan tukang kebunnya.
Walaupun begitu, kehadiran Jack selalu diharapkannya untuk mengurus halaman
rumahnya yang sangat luas itu.
Malam itu langit sangat gelap dan
dingin. Angin bertiup kencang. Tuan Brandon merasa tubuhnya tidak enak dan kedinginan.
Maka dia menyalakan perapian dan duduk disana untuk menghangatkan badan.
Kini tubuhnya terasa panas dan
berkeringat. Tuan Brandon membuka salah satu jendela besar di ruangan itu.
Angin mengalir masuk. Tuan Brandon terkantuk-kantuk di kursinya yang empuk.
Karena angin bertiup cukup kencang,
lidah-lidah api pada perapian mulai menari-nari. Lidah api itu meliuk ke kanan
dan kiri. Mencoba menyambar apa saja yang ada di sekitarnya.
Benar saja, lidah api menyambar
sebuah buku. Buku itu mulai terbakar. Apinya juga menyambar barang-barang lain
di dekatnya. Bahkan lampu minyak di sebelahnya ikut terbakar. Api mulai
membesar. Ruangan itu kini dipenuhi asap dan nyala api.
Tuan Brandon
terbatuk-batuk bangun. Dia tidak bisa melihat apa-apa. Matanya perih terkena
asap. Nafasnya sesak. Dia berteriak-teriak minta tolong.
Sebuah tangan keriput terulur
menariknya. Sosok itu membantunya keluar dari ruangan itu dan merebahkannya di
rerumputan halaman rumah. Dengan sigap sosok itu berlari masuk kembali sambil
membawa ember berisi air.
Tuan Brandon menangis
melihat api membakar rumahnya. Angin yang bertiup kencang semakin membantu api
itu menghabiskan bangunan rumah. Karena terlalu kaget, Tuan Brandon pun
pingsan. Keesokan paginya, Tuan Brandon terbangun. Dilihatnya rumahnya yang
besar tinggal puing-puing saja. Dia sangat sedih. Hartanya habis.
Tiba-tiba,
sekumpulan orang mendatanginya.
Salah
satu dari mereka bertanya kepadanya, "Tuan mari ikut ke pemakaman. Tuan
harus mengantarkan orang yang sangat berjasa kepada Tuan, menuju tempat
peristirahatan terakhirnya."
Tuan
Brandon tertegun. "Siapa orang yang sangat berjasa kepadaku itu?"
"Dia
Jack, si tukang kebun, Tuan. Dia meninggal karena berusaha menyelamatkan Tuan
dan rumah besar Tuan," jelas orang yang lain.
Tuan
Brandon menundukkan kepalanya. Ia menangis. Ia tak menyangka, Jack yang selama
ini tak dihargainya, malah menyelamatkan nyawanya. Tapi apalah artinya
penyesalan yang datang terlambat.
DONGENG CERMIN DI DINDING | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Cermin di Dinding ditulis oleh Dian Kristiani
DONGENG
CERMIN DIDINDING
Cermin, cermin di dinding, siapakah
yang paling cantik di kota ini?" tanya Reina. Cermin besar yang tergantung
di tembok kamar Reina pun menjawab, "Kaulah Reina yang cantik. Sayang,
bukan kau yang memiliki hati terbaik."
"Lagi-lagi
jawabanmu seperti itu!" teriak Reina kesal. "Aku kan hanya bertanya
siapa yang paling cantik? Aku tak perlu menjadi anak yang baik hati. Menjadi
anak cantik, jauh lebih menyenangkan,"katanya lagi.
"Tak
ada gunanya menjadi anak cantik jika hatimu tak baik,"jawab cermin itu
tenang.
Reina
memang cantik. Rambutnya cokelat tua, matanya bersinar-sinar, dan kulitnya pun
halus sekali. Sayangnya, ia egois. Ia tak bisa melihat makhluk lain senang.
Reina
sering sengaja menginjak sarang semut di halaman rumahnya. Ia juga sering
memetik bunga-bunga yang masih kuncup. Yang paling parah, Reina sering mengejek
teman-temannya. Ada saja yang dijulukinya si gendut, si ceking, si hidung melon,
atau si rambut sarang burung.
Kini,
Reina tak punya teman sama sekali. Ia kesepian, tetapi masih tak sadar juga.
Satu-satunya temannya adalah cermin di dinding kamarnya itu. Tetapi,
akhir-akhir ini, cermin itu juga membuatnya marah.
Suatu
pagi, lagi-lagi Reina bertanya, "Cermin, cermin di dinding, siapakah yang
paling cantik di kota ini?"
Jawaban
dari cermin tetap sama. "Kaulah Reina yang tercantik. Sayang, bukan kau
yang memiliki hati terbaik."
Kali
ini Reina benar-benar marah. "Mengapa kau selalu berkata begitu?"
katanya.
"Reina
sayang, lihatlah dirimu. Apakah kau punya sahabat? Itu semua karena tingkah
lakumu. Coba kau sedikit bersikap manis pada teman-temanmu, juga pada makhluk
lain. Aku yakin, sebenarnya kau tak suka hidup kesepian seperti ini,"
jawab cermin panjang lebar.
Reina
semakin marah. Ia membanting cermin itu. PRAAANG! Cermin itu jatuh
berkeping-keping. Reina lalu menyimpan serpihannya ke dalam kardus, dan
menaruhnya di bawah tempat tidurnya.
Aku
akan membuangmu jauh-jauh nanti," katanya kesal.
Kini
Reina benar-benar tak punya teman. Hari-harinya bertambah sepi sejak cermin itu
tak lagi ada di dinding kamarnya. Reina pun berusaha menghibur dirinya sendiri.
Ia berjalan-jalan ke teras rumahnya.
"Aha...
semut-semut ini membangun sarang lagi ya? He he... rasakan ini!" katanya
sambil mengangkat kaki. Ia siap menginjak sarang semut itu ketika tiba-tiba ia
teringat kata-kata si cermin.
"Aku
harus bersikap manis? Ah, ini kan cuma semut?" pikirnya.
Reina
menghela nafas. Ia akhirnya tak jadi menginjak sarang semut itu. Ia duduk dan
memandangi semut-semut yang sedang mengumpulkan makanan.
"Hmmm....
mereka sungguh kompak. Kerja sama yang bagus, gumamnya.
Reina
lalu melihat bunga-bunga di sekitarnya. Tangannya terulur hendak memetik kuncup
bunga. Tetapi pandangannya lalu teralih pada bunga-bunga lain yang mekar.
"Indah
sekali. Kenapa aku baru melihatnya ya?" Reina sadar, ia tak pernah melihat
bunga bermekaran karena ia selalu memetiknya saat mereka masih kuncup!
Reina
tak jadi memetik kuncup bunga. Ia mengambil gunting dan keranjang. Ia
menggunting bunga-bunga yang mekar dan menaruhnya di keranjang.
"Aku
akan merangkainya untuk ibu,"katanya senang.
Saat
hendak masuk ke rumah, lewatlah Rosa, temannya yang bertubuh gemuk.
"Hai
gen... "Reina tak meneruskan kata-katanya. "Hai Rosa, kau mau kemana?
Temani aku merangkai bunga, yuk!" sapanya.
Rosa
membelalakan matanya, seolah tak percaya.
"Ayo!
Aku suka merangkai bunga,"jawab Rosa.
Siang
itu, Reina dan Rosa sibuk merangkai bunga. Ibu Reina gembira saat menerima
rangkaian bunga itu.
Setelah
Rosa pulang, Reina kembali ke kamarnya. Ia pun kembali kesepian. Ia lalu
teringat pada serpihan cermin yang belum dibuangnya. Diambilnya kardus tempat
ia menyimpan serpihan cermin tadi. Reina berusaha merekatkan pecahan cermin
itu. Beberapa jam kemudian, pekerjaan Reina pun selesai. Cermin itu kembali ia
gantung di dinding, meskipun tak lagi sempurna.
"Cermin,
cermin di dinding, maafkan aku karena telah membantingmu. Rupanya kau benar,
sedikit bersikap manis telah membuat hatiku gembira. Hari ini aku belajar
banyak hal. Aku baru tahu jika semut itu hewan yang kompak. Aku juga baru tahu
kalau Rosa pandai merangkai bunga."
Cermin
diam tak menjawab. Reina sedih. Ia tahu, cermin itu mungkin telah rusak. Cermin
itu tak lagi bisa diajaknya bercakap. Reina bertekad, ia tak mau pengorbanan
cermin itu sia-sia. Esok, ia akan belajar bersikap manis lagi terhadap semua
teman dan makhluk hidup. Esok, dan esok, dan esok, dan selamanya, ia akan
bersikap manis.
DONGENG CINDELARAS | DONGENG ANAK DUNIA
DONGENG CINDELARAS
Raden
Putra adalah raja kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik
hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi selir Raja Raden Putra memiliki
sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencakan suatu yang buruk
kepada permaisuri.
"Seharusnya
akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan
permaisuri," pikirnya.
Selir
baginda berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah.
Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang
telah menaruh racun dalam minuman tuan putri.
"Orang
itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib.
Baginda
menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan
patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Sang
patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara.
Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah
mengetahui niat jahat selir baginda.
"Tuan
putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada baginda bahwa tuan
putri sudah hamba bunuh," kata patih.
Untuk
mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang
ditangkapnya. Raja mengangguk puas ketika sang patih melaporkan kalau ia sudah
membunuh permaisuri.
Setelah
beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu
diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas
dan tampan.
Sejak
kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika
sedang asyik bermain, seekora rajawali menjatuhkan sebutir telur.
"Hmm,
rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku."
Setelah
3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin.
Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada
satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan!
"Kukuruyuuk....
Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden
Putra.."
Cindelaras
sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya.
Lalu ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di
hutan.
Mendengar
cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan
selir baginda. Setelah diijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani
oleh ayam jantannya.
Ketika
dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian
dipanggil oleh para penyabung ayam.
"Ayo,
kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya.
"Baikalh,"
jawab Cindelaras.
Ketika
diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu
singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam
Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita
tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun
mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangya untuk
mengundang Cindelaras.
"Hamba
menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.
Ayam
Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam
Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya
menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua
ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam
Cindelaras berhasil menaklukan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai
mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.
"Baiklah
aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya,
anak muda?" tanya Baginda Raden Putra.
Cindelaras
segera membungkuk seperti membisikan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama
ayamnya segera berbunyi.
"Kukuruyuuuk....
Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden
Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang.
Raden
Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras.
"Benarkah
itu?" tanya Baginda keheranan.
"Benar
Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."
Bersamaan
dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.
"Aku
telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra.
"Aku
akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan
murka.
Kemudian
selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan
meminta maaf atas kesalahanya.
Setelah
itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan. Akhirnya
Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden
Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah
negerinya dengan adil dan bijaksana.
DONGENG EMPAT PENARI | DONGENG ANAK DUNIA
DONGENG EMPAT PENARI
Tante
Calya menyisir rambut dengan tangan, merenung. Uh, sepertinya tante Calya tidak
peduli pada Li-el. Tetapi lama-lama Li-el mengerti. Tante Calya sedang sangat
sibuk berpikir.
"Aduh!"
seru tante Calya, terdengar kesakitan.
Li-el
mendongkak kaget. Hampir saja dia menjatuhkan kalung manik-manik yang susah
payah dirangkainya.
Tante
Calya menyesali beberapa helai rambut di tangannya. "Kenapa yang tercabut
yang hitam?" keluhnya.
Kalau
ubannya yang tercabut, pasti tante Calya tidak terlalu kesal. Li-el
menyembunyikan tawa gelinya dengan pura-pura batuk. Dia buru-buru mencari
Petra.
Petra
sedang kebingungan di depan kamarnya, memegangi pakaian penari jawa. Pakaian
milik Zea itu akan dipinjam Li-el.
"Kenapa
mengambil pakaian saja lama sekali?" ujar Li-el.
Petra
justru mengangkat bahu. Mengherankan. Li-el mengambil pakaian tersebut. Saat
Li-el akan kembali menemui tante Calya, Petra menahannya.
"Jangan!
cegah Petra. "Bahaya!"
Li-el
tertegun. Kenapa ya, pakaian penari Jawa bisa jadi bahaya? Sebelum Petra sempat
mengatakan sesuatu, tante Calya muncul. Pandangan tante Calya terpaku pada
pakaian di tangan Li-el. Wajahnya berubah tegang, lalu berlalu begitu saja.
Tanpa
bilang apa-apa, Petra mengajak Li-el ke kamarnya. Bukannya menjelaskan, Petra
justru mengambil kertas. Dia mulai menulis sesuatu.
"Bisa-bisanya
Petra menulis cerpen di saat begini?" pikir Li-el bingung. Soalnya, Petra
tampak menulis cukup panjang.l Namun, Li-el mencoba tidak bertanya-tanya.
Petra
lalu menyerahkan kertasnya. Li-el membaca dengan wajah berkerut.
"Waktu
tante Calya berusia sekitar sepuluh tahun, tante Calya dan tiga temannya
berlatih tari golek. Mereka akan tampil di pertunjukan 17 agustus. Susah sekali
menghafal gerakannya. Mereka jadi sering saling menyalahkan. Suatu kali, tante
Calya dan tante Meta bertengkar. Tante April yang malas mendengar pertengkaran
mereka, pergi diam-diam. Sedihnya tante April tertabrak sepeda motor. Akibatnya
jalan tante April menjadi agak timpang. Sejak saat itu, mereka tidak pernah
menari lagi. Tante Calya juga selalu sedih setiap kali melihat kostum menari.
Aku lupa menyembunyikan pakaian itu. Tante Calya melihatnya kemarin. Pasti
tante Calya sedang sedih sekarang."
Li-el
terbelalak. "Jangan-jangan, mereka masih bermusuhan?"
"Sssst!"
Petra menempelkan telunjuknya di bibr. Petra sengaja menuliskan di kertas
kejadian masa lalu tante Calya itu. Petra tak ingin tante Calya mendengarnya
dan semakin sedih.
Li-el
meringis bersalah.
"Mereka
tetap berteman. Tante April juga tidak menyalahkan siapa-siapa," ujar
Petra sedih." Tapi mereka berempat tidak seakrab sebelumnya."
Ah,
ternyata tante Calya punya kenangan sedih. Bagaimana cara membuat mereka
berempat tidak merasa bersalah lagi? Li-el merenung.
"Siapa
tante yang terakhir?" ujar Li-el penuh semangat.
Petra
hanya memandang Li-el, tidak mengerti. Pelan-pelan matanya berbinar.
"Tante Irma," balas Petra bersemangat. "Yuk kita menemuinya!"
Li-el
dan Petra seperti detektif saja, menyelidiki kesana kemari secara rahasia.
Berhasil juga keduanya mengetahui alamat tante Irma. Mereka ingin tante Calya
dan teman-temannya melakukan pertunjukan tahunan di sekolah. Tante Calya dan
teman-temannya kan alumni sekolah, jadi boleh saja. Sepertinya, tante Irma yang
paling cocok untuk membujuk teman-temannya.
"Kami
tidak ingin menari lagi," tolak tante Irma." Sebenarnya kami tidak
berbakat."
"Terus
kenapa dulu tante dan teman-teman tante menari?" tanya Li-el.
Tante
Irma menghela nafas. "Kami merasa tari golek itu indah sekali. Biarpun
gerakan kami tidak luwes, kami ingin menarikannya walau hanya sekali."
Mereka
sudah berusaha keras bertahun-tahun. Terus berusaha menari, meskipun sulit
untuk mereka. Sekarang saatnya mewujudkan mimpi itu. Bersama-saa menarikan
sebuah tarian indah sebagai empat sahabat yang kompak.
"Tante
Irma bisa menjadi penengah," ujar Li-el. "Saatnya menyatukan
persahabatan, menari bersama dengan indah."
Tante
Irma dan Petra terpana. Cara Li-el berbicara memang biasa saja, namun
kata-katanya tetap seperti puisi. Tidak sia-sia Li-el menghafalkan kalimat itu
di rumah. Lama-lama, tante Irma bersedia. Sepertinya sih gara-gara takut Li-el
meneruskan puisi anehnya, hi hi hi....
Meskipun
harus berusaha keras membujuk teman-temannya, tante Irma berhasil juga. Tiga
hari kemudian, tante Calya dan teman-temannya mulai sibuk berlatih. Mereka
benar-benar bersemangat. Kelihatannya mereka juga melupakan apa yang terjadi
dulu.
Empat
penari ini pun berlatih dan persahabatan mereka seindah tarian mereka -
DONGENG ISTANA PASIR | DONGENG ANAK DUNIA
oleh
Vanda P.
DONGENG
ISTANA PASIR
Luna,
saudara Oki datang berlibur ke rumah Oki. Luna adalah seorang penyihir cilik.
Wajahnya cantik. "Ki, besok aku berulang tahun. Itu sebabnya aku kesini!
Aku ingin merayakannya disini!" ujar Luna.
Wah,
Oki pusing juga. Ia lalu berjalan ke pantai, sambil mencari ide. "Apa yang
harus kulakukan untuk memeriahkan ulang tahun Luna?" pikir Oki sambil
bermain pasir. Tanpa disadari, ia membuat sebuah istana dari pasir.
"Wah
bagus sekali istana pasirmu!" ujar Luna yang tiba-tiba muncul. "Andai
aku putri raja, tentu ulang tahunku dirayakan di istana. Asyik,ya!" Luna
mengkhayal. "Ah aku ada akal!" gumam Oki seketika.
Oki
lalu menemui Nirmala. Ia membisikkan sesuatu. "Oooo.... beres, Ki!"
ujar Nirmala sambil tersenyum lebar. "Eh itu pak Dobleh! Kau juga bisa
minta tolong padanya untuk membuat makanan!" saran Nirmala.
Oki
lega karena pak Dobleh tak menolak permintaannya. "Akan kubuatkan makanan
yang enak untuk pesta saudaramu!" janji pak Dobleh. Kini Oki mengundang
teman-teman kurcacinya untuk datang ke pesta Luna.
Esoknya,
pagi-pagi sekali Oki dan Nirmala ke pantai. Oki kembali membuat istana dari
pasir. Lalu, "sim salabim!" Nirmala menyulap istana pasir itu menjadi
istana betulan. Indah dan megah. "Wah Luna pasti senang!" seru Oki
riang.
Wuah,
lihatlah! Meriah sekali pesta ulang tahun Luna. Pak Dobleh menghidangkan
makanan lezat di atas cangkang-cangkang kerang. Kurcaci-kurcaci datang membawa
hadiah. Ratu bidadari pun datang. Ia menghadiahi Luna sebuah mahkota mungil.
Hmmm... Luna jadi seperti putri raja kan? "Terima kasih, semuanya! Ini
pesta ulang tahunku yang paling meriah!" gumam Luna bahagia.
DONGENG KANCIL DAN TIKUS | DONGENG ANAK DUNIA
Di
hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor
kancil itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca
adalah adik dari Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka
sangatlah berbeda. Kanca rajin dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas
dan suka menjahili teman-temannya.
Pada
suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya
Manggut mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana
makanannya, Manggut menjawab dicuri tikus.
"Ah,
mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.
"Iya
betul kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.
Mulanya
Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah
Manggut mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca
memanggil tikus ke rumahnya.
"Tikus,
apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus.
"Ha?
Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus.
"Ah,
si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,"
kata Manggut.
"Ya,
sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana.
Tadi aku juga mengambil makanan dari sana!" kata Kanca mengakhiri percakapan.
Tikus
berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang
sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan.
Sementara
itu, di bagian sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia
hendak memasang perangkap tikus agar tikus terperangkap.
Ketika
tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat perangkap. Tikus yakin
kalau perangkap itu dipasang oleh Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus
berpura-pura tenggelam dalam sungai.
"Aaa...Manggut,
tolong aku...!" teriak tikus.
Mendengar
itu Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut mengantarkannya ke
seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mengantarkan tikus ke
seberang sungai.
Sesampai
di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan.
Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus.
Manggut menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya
lagi.
DONGENG KEJUTAN KAKEK | DONGENG ANAK DUNIA
oleh Pupuy
Hurriyah
Apa
kejutan kakek kali ini? Jodi, Jenny, Gina, Bobi, dan aku mencoba menerka. Kami,
lima sepupu selalu mengisi liburan sekolah di rumah kakek. Kakek selalu
memberikan kejutan!
Kakek
pernah mengajak kami mengunjungi desa Geulis yang berseberangan dengan desa
Sae, desa tempat kakek tinggal. Wah! Kami harus melewati jembatan gantung.
Jembatan
gantung itu terbuat dari jalinan akar pohon beringin yang tumbuh di dua desa,
desa Geulis dan desa Sae. Di bawah jembatan gantung, mengalir air jernih Sungai
Caiherang. Jembatan gantung ini panjangnya tiga puluh meter dan tingginya enam
meter.
Selangkah,
dua langkah, kami berjalan gagah. Sampai di tengah-tengah jembatan, iiihh...
kami saling bergandengan. Jalinan akar jembatan yang tidak rata dan air sungai
yang mengalir deras di bawah jembatan, membuat kami deg-degan.
"Tetap
berpegangan pada siis jembatan." Kakek mengingatkan. Pegangan lurus ke
depan, jangan lihat ke bawah."
Hati-hati
kami melewati jembatan gantung, lalu hop hop hop. Satu per satu kami melompat
sampai desa Geulis.
Kakek
pernah mengajak kami menyusuri pasar sepanjang desa Sae. Kami keluar masuk
pasar membawa belanjaan yang tidak pernah kami temui di kota. Ada buah kesemek,
kecapi, jamblang, ceri, dan jambu monyet.
"Bagaimana
rasanya?" tanya kakek.
Hmmmm....."
Kami berlomba mengacungkan jempol tinggi-tinggi.
Kakek
pernah mengajak kami ke sebuah ranch, menunggang kuda seperti koboi, lengkap
dengan kostumnya.
"Ayo,
kita berlomba!" Kakek menepuk kuda tunggangannya.
Keteplak...
keteplok... Kuda-kuda kami beradu cepat mengejar kakek yang melesat bersama si
black.
Kakek
pernah mengajak kami membuat pertunjukan wayang. Ada banyak wayang di lemari
kayu kakek. Semar, Cepot, Gareng, Petruk, Bagong, Togog, Arjuna, Bima, Nakula,
Sadewa dan Gatotkaca. Kami terkikik mendengar suara kakek mendalang.
"Ayo
kalian harus bisa mendalang." Kakek memberi kami masing-masing sebuah
wayang.
Kakek
tinggal di sebuah rumah di atas bukit. Di belakang rumah kakek, tumbuh sebatang
pohon oak yang sangat besar. Pertama kali berlibur di rumah kakek, kami takut
pada pohon oak. Malam-malam, seringkali angin bertiup kencang, membuat
daun-daun dan dahan-dahan saling bergesekan. Bunyinya menyeramkan.
Supaya
kami tidak takut, kakek mengajak kami melihat sendiri pohon oak itu. Ternyata
memang itu hanya bunyi daun dan dahan yang tertiup angin.
Kini,
kami tidak takut lagi kalau mendengar bunyi dari pohon oak. Liburan kali ini,
kami malah terkagum-kagum melihat pohon oak itu. Kakek membuat kejutan seru di
pohon itu. Sungguh menyenangkan!
"Kapan
kakek mengerjakannya?" tanya Jodi girang.
"Liburan
yang lalu, belum ada kan?" kata Jenny hampir tak percaya.
"Pasti
mengerjakannya butuh waktu lama." Aku mengagumi hasil karya kakek.
Kakek
tertawa riang. "Saat kalian belajar di sekolah, di sini pun kakek belajar.
Kakek memikirkan sesuatu yang dapat membuat cucu-cucu kakek bahagia."
Si
kecil Bobi menatap kakek serius. "Apa yang kakek pelajari? Kalau aku di
sekolah belajar menyanyi, menggambar, dan baris berbaris."
Kakek
terkekeh. "Tahun ini, kakek belajar membuat rumah pohon."
Kakek
menatap bangga pada rumah buatannya di atas pohon oak. Ya itulah kejutan seru
dari kakek. Sebuah rumah pohon untuk kami!
"Ceritakan
kek, bagaimana awalnya?" pinta Gina.
"Sore
itu.... "Kakek mulai bercerita. "Kakek sedang duduk-duduk di teras
belakang memandangi pohon oak. Tiba-tiba bayangan kalian menari-nari di pelupuk
mata kakek. Kalian bermain di bawah pohon oak."
Kami
saling merapat, serius mendengarkan cerita kakek.
"Kalian
bermain ular naga. Jodi berdiri paling depan menjadi kepala ular. Bobi berdiri
paling belakang menjadi ekor ular. Hanna, Gina dan Jenny di tengah menjadi
badan."
"Menjadi
ekor ular naga? Menyenangkan!" seru Bobi.
"Tiba-tiba
seorang pangeran datang. Ia hendak menangkap ular naga tersebut untuk dibawa ke
istana."
"Oh!
bagaimana nasib ular naga itu?"
"Nah,
saat itulah sesuatu terlintas dalam benak kakek,"seru kakek bersemangat.
"Andai pohon oak memiliki tangga dan rumah, maka ular naga dapat
bersembunyi dan selamat dari serangan pangeran."
"Akhir
cerita yang seru!" Kami bertepuk tangan.
Si
kecil Bobi berlari ke pangkuan kakek. "Terima kasih, Kakek." Ia
menghujani kakek dengan ciuman.
Kakek
mendapat ciuman bukan hanya dari Bobi. Tetapi juga dari Jodi, Jenny, Gina dan
aku.
Kami
memeluk kakek penuh sayang.
Kejutan
kakek selalu kami nanti-nantikan....
DONGENG MALIN KUNDANG LEGENDA SUMATRA BARAT | DONGENG ANAK DUNIA
-
Suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah
Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki
yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka
tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan,
dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke
kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk
mencari nafkah.
Malin
termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia
tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi
berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah
beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang
mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia
sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang
nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang
kaya raya.
Malin
kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin
Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah
mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga
dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi
orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu
ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal
yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan
Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang
ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di
tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh
bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas
oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di
kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut.
Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena
ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil
yang tertutup oleh kayu.
Malin
Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin
Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa
tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah
sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Desa
tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan
kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang
kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya
lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting
seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita
Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada
ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira
anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke
dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah
beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang
besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu
Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat
indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di
atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin
Kundang beserta istrinya.
Malin
Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat,
ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah
ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
“Malin
Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”,
katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi
apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan
mendorongnya hingga terjatuh.
“Wanita
tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada
ibunya.
Malin
Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah
tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita
itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang.
“Tidak,
ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan
harta ku”, sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar
pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat
marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang
memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata
“Oh
Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak
berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang
menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan
menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Sumber
: Buku
DONGENG MUMI | DONGENG ANAK DUNIA
ditulis
oleh Vanda P.
Lengan peri merah keseleo karena terjatuh. Nirmala membalut dengan segulung kain pembalut luka.
"aduuuh...." keluhnya.
"Sabar....." bujuk peri kuning dan peri biru.
Sementara itu, Oki melihat sisa gulungan kain pembalut dan boneka milik peri merah.
"Wah, ada tongkat wasiat juga!" gumam Oki. Ia mulai mendapat ide nakal.
Oki segera melilit boneka itu dengan gulungan kain pembalut luka.
"Hi hi hi... aku akan bikin kejutan di hutan ini. Peri-peri hutan itu pasti lari ketakutan!" Oki cekikikan.
Setelah seluruh tubuh boneka terbalut, Oki mengambil tongkat wasiat. Ia lalu menyulap boneka itu.
PLOP! boneka itu jadi besar dan bisa bergerak.
Hiiiii... seperti mumi.
Lengan peri merah keseleo karena terjatuh. Nirmala membalut dengan segulung kain pembalut luka.
"aduuuh...." keluhnya.
"Sabar....." bujuk peri kuning dan peri biru.
Sementara itu, Oki melihat sisa gulungan kain pembalut dan boneka milik peri merah.
"Wah, ada tongkat wasiat juga!" gumam Oki. Ia mulai mendapat ide nakal.
Oki segera melilit boneka itu dengan gulungan kain pembalut luka.
"Hi hi hi... aku akan bikin kejutan di hutan ini. Peri-peri hutan itu pasti lari ketakutan!" Oki cekikikan.
Setelah seluruh tubuh boneka terbalut, Oki mengambil tongkat wasiat. Ia lalu menyulap boneka itu.
PLOP! boneka itu jadi besar dan bisa bergerak.
Hiiiii... seperti mumi.
"Awaaaas...
ada mumi ngamuk! Ada mumi ngamuk! Lari..." teriak Oki menakut-nakuti.
"Aaaaaaa...
Lariiiii...." peri-peri hutan lari ketakutan. Oki melompat-lompat geli.
Nirmala melihatnya.
"Wah,
Oki nakal sekali!" gerutu Nirmala. Ia segera mengambil tongkatnya yang
tergeletak di tanah. Lalu menyulap, "Sim salabim!"
Kini mumi itu berbalik arah. Ia mengejar Oki.
"Aaaaaa.... Tolong....." teriak Oki ketakutan. Oki lari tunggang langgang. Mumi itu terus mengejarnya. Akibatnya....
"BYUUUUUUUR..........
Oki jatuh di kubangan becek. Tubuhnya kotor semua. "Ha ha ha... kamu jadi menyeramkan, Ki! Sekarang muminya yang takut padamu!" tawa peri-peri hutan. Oki kesal sekali....
DONGENG PINOKIO (PINOCCHIO) | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Pinokio (Pinocchio) - Geppetto adalah seorang kakek tua miskin pemahat kayu,
dia bergumam ketika sedang membuat boneka dari cabang pohon
"Kamu
akan menjadi anak saya dan aku akan menamaimu 'Pinokio'".
Dia
bekerja berjam-jam sambil hati-hati dengan ukiran setiap detailnya. Ketika
sampai di mulut, boneka kayu mulai meledek Geppetto.
"Hentikan
itu, anak nakal" Geppetto dimarahi, "Hentikan itu sekarang juga! Aku
tidak akan berhenti berteriak!" teriak Pinokio.
"Kamu
bisa bicara!" seru Geppetto.
"Tentu
saja saya bisa, konyol" kata boneka kayu. "Anda telah memberi saya
sebuah mulut untuk bicara".
Lalu
Pinokio berdiri dan menari-nari di atas meja.
"Lihat
apa yang bisa kulakukan!" ia menjerit.
"Pinokio,
ini bukan waktu untuk menari", jelas Geppetto.
"Kamu
harus segera beristirahat malam karena besok akan mulai pergi ke sekolah dengan
anak lainnya.. kamu akan belajar banyak hal, termasuk bagaimana berperilaku
yang baik!."
Dalam
perjalanan ke sekolah keesokan harinya, Pinokio berhenti untuk melihat
pertunjukan boneka.
"saya
bisa menari dan bernyanyi lebih baik daripada boneka kayu itu" membual
Pinokio.
Dia
lantas naik ke panggung.
"Pergi
dari panggungku " raung sang dalang.
Lalu
ia menyadari banyak orang menyukai Pinokio. Dia tidak mengatakan apa-apa dan
membiarkan Pinokio tinggal.
"Di
sini, kamu telah menerima lima koin tembaga," kata dalang.
"Ambil
koin ini dan langsung pulang," kata dalang.
Pinokio
meletakkan koin ke dalam karungnya.
Dia
tidak pergi terlalu jauh sebelum ia bertemu dengan rubah yang lemah dan kucing
buta. Mengetahui bahwa Pinokio punya uang, mereka berpura-pura menjadi
teman-temannya.
"Mari
bersama kami. Kami akan mengajarkan bagaimana mengubah potongan-potongan
tembaga menjadi emas," membujuk kucing dengan licik.
"Kami
ingin membantumu menjadi kaya caranya menimbun koin emasmu di bawah pohon ajaib
ini.. Dalam beberapa jam mereka akan berubah menjadi emas yang banyak,"
kata rubah.
"Tunjukkan
dimana aku harus menimbun koin emasku," kata Pinokio bersemangat.
Kucing
dan Rubah menunjuk sepetak tanah. Pinokio menggali lubang dan meletakkan karung
yang berisi koin emas di dalamnya, dan menandainya dengan sebuah batu.
"Beres!"
seru si kucing.
"Sekarang
mari kita pergi ke penginapan untuk makan malam."
Setelah
makan malam rubah dan kucing menyelinap pergi keluar dan menyamar sebagai
pencuri. Mereka bersembunyi dibalik pohon menunggu Pinokio dan menggali koin.
Setelah Pinokio menggali koin mereka menerkamnya.
"Berikan
uangnya!". Tapi Pinokio tetap memegang koin dan menolak untuk memberikan
kepada mereka. Sekali lagi mereka menuntut, "Beri kami koin itu!"
Tiba-tiba
sesosok peri muncul dan menyuruh seekor serigala mengejar kucing serta rubah
itu.
"Kenapa
kau tidak pergi ke sekolah hari ini?" tanyanya kepada Pinokio dengan suara
manis.
"Akuuu?"
jawab Pinokio.
Saat
itu hidungnya memanjang seperti cabang pohon.
"Apa
yang terjadi terhadap hidung saya?" dia menangis.
"Setiap
kali berbohong hidungmu akan tumbuh panjang namun ketika mengatakan yang
sebenarnya hidungmu akan menyusut kembali" kata Peri Biru.
"Pinokio,
kamu akan dapat menjadi anak yang nyata jika kamu belajar bagaimana menjadi
anak yang berani, jujur dan murah hati."
Peri
Biru menyuruh Pinokio pulang, diperjalanan dia selalu mengingat perkataan peri
tersebut.
Dalam
perjalanan menuju rumah ia bertemu dengan beberapa anak laki-laki.
"Mari
ikut kami," kata anak laki-laki.
"Kami
tahu tempat indah penuh dengan permainan, kue raksasa, permen manis dan
sirkus".
Anak-anak
itu tidak tahu bahwa mereka akan dirubah menjadi keledai dan dilatih untuk
sirkus.
Setelah
sampai ketempat tersebut, anak-anak disihir menjadi keledai lalu penyihir itu
berkata
"Itulah
yang terjadi pada anak laki-laki yang tidak pintar".
Lalu
Pinokio disulap tapi hanya telinga, kaki, dan ekor saja yang berubah karena ia
terbuat dari kayu. Pemimpin sirkus pun tidak bisa menjual dia untuk acara
apapun. Ia melemparkan Pinokio ke laut dan ditelan oleh ikan paus besar.
Pinokio
terus melayang jauh ke dalam perut ikan paus.
"Siapa
di sana dengan cahaya?" sahut Pinokio.
"Pinokio,
apakah itu kamu?" tanya dengan suara lelah.
"Ayah,
kau masih hidup?" Pinokio berteriak dengan sukacita. Dia tidak takut lagi.
Pinokio
membantu Geppetto membangun rakit besar yang cukup untuk mereka berdua. Ketika
rakit selesai, Pinokio menggelitik ikan paus.
"Rencananya
ketika ikan paus ini bersin, dia akan meniup kita keluar dari sini!."
teriak Pinokio.
Alhasil
mereka dapat keluar dari perut ikan paus tersebut dan berjalan pulang.
Akhirnya
bisa sampai dirumah, Geppetto berbicara kepada Pinokio di tempat tidur
"Pinokio,
hari ini kamu sangat berani, jujur dan murah hati" kata Geppetto.
"Kamu adalah anakku dan aku mencintaimu."
Pinokio
ingat apa yang disampaikan Peri Biru kepadanya.
"Ayah,
sekarang aku sudah membuktikan sendiri, aku sedang menunggu sesuatu
terjadi," bisiknya saat ia tertidur.
Pagi
berikutnya Pinokio berlari menuruni tangga, melompat dan melambaikan tangannya.
Dia berlari ke Geppetto sambil berteriak,
"Ayah
lihat!, sekarang aku berubah menjadi seorang anak laki-laki sejati!"
DONGENG PUTRI SALJU DAN 7 KURCACI | DONGENG ANAK DUNIA
Pada
suatu waktu, hiduplah seorang Ratu di sebuah kerajaan. Ratu ini adalah wanita
tercantik di seluruh negeri dan sangat bangga dengan kecantikannya. Ratu
memiliki Cermin Ajaib yang dapat menjawab setiap pertanyaan. Setiap pagi, Ratu
berdiri di hadapan Cermin Ajaib dan bertanya kepada Cermin Ajaib,
“Wahai
Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Setiap hari
pula Cermin Ajaib akan menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri
ini”.
Suatu
hari, saat pertengahan musim dingin, saat salju jatuh seperti bulu dari langit,
Ratu duduk di dekat jendela yang dipigura oleh kerangka kayu berwarna hitam.
Sambil menjahit, dia menatap salju hingga tak sengaja jarinya tertusuk jarum
jahit. Tiga tetes darah jatuh dari jari Ratu yang terluka. Darah tersebut jatuh
di atas salju, merah di atas putih, tampak begitu cantik.
Melihatnya,
Ratu kemudian berpikir, “Andai saja aku punya anak dengan kulit seputih salju,
bibir semerah darah, dan rambut sehitam bingkai jendela ini”. Tak lama kemudian,
sang Ratu pun memiliki anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah,
dan rambut sehitam bingkai jendela. Dia dipanggil, Putri Salju.
Waktu
terus berjalan dan Putri Salju tumbuh menjadi gadis remaja. Kecantikannya sudah
melampaui kecantikan Ratu. Suatu hari, Ratu kembali bertanya kepada Cermin
Ajaib,
“Wahai
Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Saat itu
Cermin Ajaib menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi
Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”.
Sejak
saat itu, Ratu pun menjadi benci kepada Putri Salju. Ratu merasa kecantikannya
tersaingi oleh Putri Salju. Ratu berpikir untuk menyingkirkan Putri Salju
sehingga dia akan kembali menjadi wanita tercantik di negeri ini.
Ratu
pun memanggil pemburu dan menyuruhnya membawa Putri Salju ke hutan. Pemburu itu
diperintahkan untuk menikam Putri Salju sampai mati, dan membawa paru-paru dan
hati Putri Salju kembali ke Ratu. Ratu ingin memasak paru- paru dan hati Putri
Salju dengan garam dan memakannya, untuk melampiaskan kebenciannya kepada Putri
Salju.
Pemburu
pun mengajak Putri Salju ke hutan. Ketika pemburu mengambil pisau berburu untuk
menusuk Putri Salju, Putri Salju mulai menangis, dan memohon sungguh-sungguh
agar pemburu itu tidak membunuhnya. Putri Salju berjanji untuk melarikan diri
ke hutan dan tidak pernah kembali. Pemburu merasa kasihan padanya dan ia
berpikir untuk melepaskan Putri Salju. Jika Putri Salju berlari ke dalam hutan,
maka Putri Salju akan dimakan oleh binatang buas. Maka pemburu pun melepaskan
Putri Salju dan menyuruhnya berlari ke dalam hutan.
Untuk
memenuhi permintaan Ratu agar membawa paru- paru dan hati Putri Salju, maka
pemburu itu membunuh seekor babi hutan. Paru- paru dan hati babi hutan tersebut
diambil oleh pemburu dan dibawanya kembali ke Ratu, sebagai bukti bahwa pemburu
tersebut telah membunuh Putri Salju. Ratu pun memasaknya dengan garam dan
memakannya, mengira bahwa ia telah memakan paru- paru dan hati Putri Salju.
Putri
Salju sekarang sendirian di hutan besar. Dia sangat takut dan mulai berlari.
Dia berlari di atas batu-batu tajam dan ranting- ranting pohon sepanjang hari.
Akhirnya, saat matahari hampir terbenam, ia datang ke sebuah rumah kecil. Rumah
ini milik tujuh kurcaci. Mereka sedang bekerja di tambang dan saat itu sedang
tidak berada di rumah. Putri Salju pun masuk ke dalam dan menemukan segala
sesuatunya lebih kecil, tetapi tersusun rapi dan teratur. Ada meja kecil dengan
tujuh piring kecil, tujuh sendok kecil, tujuh pisau kecil dan garpu, tujuh
cangkir kecil, dan di dinding ada tujuh tempat tidur kecil.
Putri
Salju merasa lapar dan haus sehingga dia memutuskan untuk mengambil sedikit
sayuran dan roti dari setiap piring dan minum setetes anggur dari setiap gelas.
Karena begitu lelah, dia pun tidur di salah satu tempat tidur. Ketika malam
datang, tujuh kurcaci kembali dari tempatnya bekerja. Mereka menyalakan tujuh
lilin kecil mereka , dan melihat bahwa seseorang telah berada di rumah
mereka.
Kurcaci
pertama berkata, “Siapa yang telah duduk di kursiku?”.
Kurcaci
kedua berkata, “Siapa yang telah makan dari piringku?”.
Kurcaci
ketiga berkata, “Siapa yang telah makan rotiku?”.
Kurcaci
keempat berkata, “Siapa yang telah makan sayuranku?”.
Kurcaci
kelima berkata, “Siapa yang makan menggunakan garpuku?”.
Kurcaci
keenam berkata, “Siapa yang telah memotong dengan pisauku?”.
Kurcaci
ketujuh berkata, “Siapa yang telah minum dari cangkirku?”.
Mereka
merasa heran dan penasaran, siapakah orang yang telah masuk ke rumah mereka.
Kemudian mereka menemukan Putri Salju sedang tidur di salah satu tempat tidur
mereka. Ketujuh kurcaci itu pun berlari mengelilingi Putri Salju dan berseru
takjub,
“Dia
begitu cantik”.
Mereka
sangat menyukai Putri Salju dan membiarkannya tidur di tempat tidur mereka.
Putri
Salju bersama 7 kurcaci Ketika Putri Salju terbangun, mereka menanyakan siapa
dia dan bagaimana dia telah menemukan jalan ke rumah mereka. Putri Salju
bercerita bagaimana ibunya telah mencoba membunuhnya, bagaimana pemburu
membiarkannya hidup, bagaimana ia menjalankan seluruh hari, hingga akhirnya
datang ke rumah mereka. Para kurcaci merasa kasihan dan mengijinkan Putri Salju
tinggal di rumah mereka dengan syarat Putri Salju harus mencuci baju,
membersihkan rumah, memasak, dan mencuci untuk mereka. Selain itu, mereka juga
memperingatkan Putri Salju untuk tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam
rumah mereka.
Sementara
itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di
seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib,
“Wahai
Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin
Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi
Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”.
Ratu
pun terkejut dan tahu bahwa pemburu sudah menipunya. Dia pun segera mencari
Putri Salju dan akan membunuhnya sendiri, karena Ratu tidak akan tenang sampai
Cermin Ajaib mengatakan bahwa Ratu adalah wanita tercantik di seluruh negeri,
bukan Putri Salju.
Ratu
pun berpikir keras untuk dapat membunuh Putri Salju. Dia menyamar sebagai
wanita tua penjual pakaian dan merias wajahnya sedemikian rupa sehingga tidak
ada seorang pun yang mengenalinya. Ratu pun pergi ke rumah kurcaci dan mengetuk
pintunya,
“Buka.
Bukalah. Aku wanita tua penjual pakaian”.
Putri
Salju tidak mengizinkan wanita tua itu masuk, sesuai dengan pesan para kurcaci.
Putri Salju hanya mengintip dari jendela dan bertanya,
“Apa
yang kamu miliki?”. “Korset tali, Nak,” kata wanita tua dan ditunjukkannya satu
korset tali yang dijalin dari sutra kuning, merah, dan biru.
Putri
Salju menyukainya dan membeli korset itu untuknya. Saat dia memasang korset
itu, wanita tua menawarkan untuk membantunya, “Kamu tidak memasangnya dengan
benar, kemarilah, aku akan melakukannya dengan lebih baik,” dan wanita tua itu
menarik tali korset dengan begitu ketat sehingga Putri Salju tidak bisa
bernafas. Putri Salju pun jatuh dan seolah- olah ia sudah mati. Wanita tua itu
merasa puas dan kembali ke istananya.
Malam
pun datang dan ketujuh kurcaci kembali dari tambang. Mereka menemukan Putri
Salju tergeletak. Mereka mengangkatnya dan menemukan bahwa Putri Salju mengikat
tali korset terlalu erat. Ketujuh kurcaci pun memotong tali korset sehingga
Putri Salju dapat kembali bernafas. “Pasti itu adalah Ratu yang coba membunuh
kamu. Hati- hatilah. Jangan biarkan orang lain masuk lagi,” kata ketujuh
kurcaci.
Sementara
itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di
seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib,
“Wahai
Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin
Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi
Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”.
Ratu
kembali terkejut. Dia pun menyusun rencana baru untuk membunuh Putri Salju.
Ratu pun membuat sisir beracun.
Ratu
kembali menyamar menjadi penjual sisir dan mengetuk pintu rumah tujuh kurcaci.
Putri Salju tidak memperbolehkannya masuk. Lalu Ratu mengeluarkan sisir dan
mengatakan bahwa dia penjual sisir. Putri Salju pun membukakan pintu dan
membeli sisir. “Ayo, biarkan aku menyisir rambutmu,” kata wanita penjual. Dia
baru saja menempelkan sisir ke rambut Putri Salju, sehingga membuat gadis itu
jatuh dan mati. “Itu akan membuatmu terbaring di sana,” kata Ratu.
Para
kurcaci pulang tepat pada waktunya. Mereka melihat apa yang telah terjadi dan
menarik sisir beracun dari rambut Putri Salju. Putri Salju membuka matanya dan
hidup kembali. Dia berjanji pada kurcacil untuk tidak membiarkan siapa pun
masuk ke rumah tujuh kurcaci.
Sementara
itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di
seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib, “Wahai Cermin
Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin Ajaib pun
menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju
seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. Ratu sangat marah, “Putri Salju akan
mati, walaupun imbalannya adalah nyawaku!”
Ratu
masuk ke kamar rahasia nya dan membuat apel beracun. Esoknya dia menyamar
sebagai wanita tua penjual apel. Wanita tua itu menawarkan apel kepada Putri
Salju. Putri Salju menolaknya. “Jika kamu tidak ingin, aku tak bisa memaksamu,”
kata wanita tua, “Jika kamu takut, maka aku akan memotong apel menjadi dua dan
makan setengahnya. Ini, kamu makan setengah yang kemerahan”. Apel itu dibuat
begitu berseni dan hanya setengah yang beracun. Ketika Putri Salju melihat
bahwa wanita tua itu makan separuh bagian dari apel itu, keinginan untuk mencicipi
semakin kuat, sehingga ia akhirnya membiarkan tangan wanita tua itu memberikan
apel yang setengah lainnya melalui jendela. Putri Salju menggigit apel
tersebut, belum sampai habis Putri Salju sudah jatuh ke tanah dan mati.
Ratu
sangat senang. Dia pulang ke istana dan bertanya pada Cermin Ajaib, “Wahai
Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin
Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini”. Ratu
senang karena sekarang dia kembali menjadi wanita paling cantik di negeri ini.
Malam
itu para kurcaci pulang dari tambang. Putri Salju tergeletak di lantai, dan dia
sudah mati. Mereka tidak bisa menghidupkan kembali. Mereka membaringkannya di
atas usungan dan ketujuh kurcaci tersebut duduk di sampingnya, menangis selama
tiga hari. Mereka akan menguburkan dia, tapi mereka melihat bahwa dia tetap
segar. Dia tidak terlihat seperti orang mati, dan dia masih memiliki pipi merah
cantik. Mereka membuat peti kaca untuk Putri Salju, dan meletakkan Putri Salju
di dalamnya, sehingga dia bisa dilihat dengan mudah. Mereka menulis nama Putri
Salju di atas peti dalam huruf-huruf emas, dan salah satu dari mereka selalu
tinggal di rumah dan terus mengawasinya.
Putri
Salju dan Pangeran Suatu hari seorang Pangeran muda datang ke rumah kurcaci dan
ingin tempat bermalam. Ketika dia masuk ke ruang tamu mereka, dia melihat Putri
Salju terbaring di peti kaca, begitu cantik diterangi oleh tujuh lilin kecil.
Pangeran meminta mereka untuk memberikan kepadanya, karena dia tidak bisa hidup
tanpa bisa melihatnya. Ketujuh kurcaci kasihan kepada Pangeran itu dan
memberikan peti kaca berisi Putri Salju kepada Pangeran.
Pangeran
itu itu membawa peti mati ke istanaya dan ditempatkan di sebuah ruangan di mana
ia duduk di sampingnya setiap hari. Setiap dia pergi, Peti kaca Putri Salju
dibawa juga bersamanya. Pegawai istana yang selalu membawakannya untuk
Pangeran. Suatu hari mereka sangat marah tentang hal ini, karena harus membawa
peti kaca ke manapun Pangeran pergi. Salah satu dari mereka membuka peti kaca,
mengangkat tegak Putri Salju, dan berkata,
“Kami
terganggu sepanjang hari, hanya karena seorang gadis yang mati,” dan ia memukul
punggung Putri Salju dengan tangan. Kemudian potongan apel yang mengerikan
keluar dari mulut Putri Salju dan Putri Salju hidup kembali. Akhir dari cerita
ini adalah pernikahan antara Pangeran dan Putri Salju.
Putri
Salju dan pangeran hidup bahagia selamanya bersama 7 kurcaci...
Sumber : princessrapunah
DONGENG PUTRI TIDUR | DONGENG ANAK DUNIA
Dahulu
kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan
bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu
yang masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan.
Setiap
hari raja dan permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya,
doa raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri
melahirkan seorang anak wanita yang cantik.
Raja
sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta
seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan
mantera baiknya.
"Jadilah
engkau putri yang baik hati", kata penyihir pertama.
"Jadilah
engkau putri yang cantik", kata penyihir kedua.
"Jadilah
engkau putri yang jujur dan anggun", kata penyihir ketiga.
"Jadilah
engkau putri yang pandai berdansa", kata penyihir keempat.
"Jadilah
engkau putri yang bijaksana", kata penyihir kelima.
"Jadilah
engkau putri yang pandai menyanyi", kata pneyihir keenam.
Sebelum
penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana terbuka. Sang
penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke
pesta ini?"
Penyihir
terakhir yang belum sempat memberikan mantanya sempat bersembunyi dibalik
tirai.
"Karena
aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu."
Penyihir
tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,
"sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang, ha ha ha
ha!..".
Si
penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan kutukannya. Para undangan
terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri
menangis sedih.
Pada
saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh.
"Jangan
khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat," ujar penyihir
ketujuh.
"Sang
putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur selama 100 tahun setelah terkena
jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun kembali setelah seorang pangeran
datang padanya", lanjut penyihir ketujuh.
Setelah
kejadian itu, raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang
ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam
belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama raja dan permaisuri melakukan perjalanan ke
luar negeri.
Sang
putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk
ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum
pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di
dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal benang.
Setelah
berbicara dengan nenek tua, sang putri duduk di depan alat pemintal dan mulai
memutar alat pemintal itu.
Ketika
sedang asyik memutar alat pintal, tiba-tiba jari sang putri tertusuk jarum alat
pemintal. Ia menjerit kesakitan dan tersungkur di lantai.
"Hi
hi hi..... tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si
penyihir jahat.
Hilangnya
sang putri dari istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang diperintahkan
untuk mencari sang putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak
sadarkan diri.
"Anakku!
malang sekali nasibmu" ratap raja.
Tiba-tiba
datanglah penyihir muda yang baik hati.
"Jangan
khawatir, tuan putri hanya akan tertidur seratus tahun," kata penyihir.
"Tapi
ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian semua," lanjutnya
sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana.
Kemudian,
penyihir itu menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk
ke istana.
Seratus
tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang kebetulan
lewat di istana yang tertutup semak berduri itu.
Menurut
cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang
mengerikan. Tentu saja pangeran tidak percaya begitu saja pada kabar itu.
"Akan
kuhancurkan naga itu," kata sang pangeran.
Pangeran
pun pergi ke istana. Sesampai di gerbang istana, pangeran mengeluarkan
pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.
Namun,
setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula.
"Semak
apa ini?" kata pangeran keheranan.
Tiba-tiba
muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah
pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya berkilauan.
Dengan
pedangnya yang baru, pangeran berhasil masuk ke istana.
"Nah
itu dia menara yang dijaga oleh naga."
Pangeran
segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat kejadian itu melalui bola
kristalnya.
"Akhirnya
kau datang, pangeran. Kau pun akan terkena kutukan sihirku!" Penyihir
jahat itu bergegas naik ke menara.
Ia
menghadang sang pangeran.
Hai
pangeran! jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih dahulu!"
teriak si penyihir.
Dalam
sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga raksasa yang menakutkan. Ia
menyemburkan api yang panas.
Pangeran
menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis sinar yang terpancar dari mulut
naga itu dengan pedangnya.
Ketika
mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu memantul kembali dan mengenai
mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan secepat kilat, pangeran melemparkan
pedangnya ke arah leher sang naga.
"Aaaaa....!"
Naga
itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk semula, lalu mati.
Begitu
tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang selama ini menutupi istana
ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran dan burung-burung
berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir muda
yang baik hati muncul di hadapan pangeran.
"Pangeran,
engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke
tempat sang putri tidur," katanya.
Pangeran
menuju ke sebuah ruangan tempat sang putri tidur. Ia melihat seorang putri yang
cantik jelita dengan pipi semerah mawar yang merekah.
"Putri,
bukalah matamu," katanya sambil menggengam tangan sang putri.
Pangeran
mencium pipi sang putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang putri.
Setelah
tertidur selama seratus tahun, sang putri terbangun dengan kebingungan.
"Ah
apa yang terjadi?Siapa kamu?"tanyanya.
Lalu
pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada sang putri.
"Pangeran,
kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih pangeran," kata
sang putri.
Ketika
melihat sang putri dalam keadaan sehat, raja dan permaisuri sangat bahagia.
Mereka sangat berterima kasih pada sang pangeran yang gagah berani.
Kemudian
pangeran berkata, "paduka raja, hamba punya satu permohonan. Hamba ingin
menikah dengan sang putri."
Raja
pun menyetujuinya. Hari pernikahan sang putri dan pangeran pun tiba. Orang
berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri untuk mengucapkan
selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa hadiah.
DONGENG SERANGAN MANUSIA RANTING | DONGENG ANAK DUNIA
oleh
Vanda P.
Hari
ini udara sangat hangat. Bunga-bunga matahari bermekaran indah di padang bunga
matahari. Peri-peri bunga asyik bercakap di atas kuntum bunga.
"Teman-teman, kudengar manusia ranting sedang ada di hutan kita. Kita
harus hati-hati," kata peri kuning.
Sruuuut!!
Tiba-tiba tangkai bunga yang sedang peri-peri itu duduki, lenyap masuk ke
tanah. "Adooooow......" teriak peri-peri yang terjatuh ke tanah.
Peri
Popi kebetulan lewat. Ia heran melihat bunga-bunga matahari yang tiba-tiba
lenyap. Ia terbang menemui Nirmala. "Ada kejadian aneh di padang bunga
matahari," ceritanya.
Sementara
itu, manusia-manusia ranting keluar dari dalam tanah. Mereka mengejar peri-peri
bunga. "Toloooooong.... tolooooooong...." peri-peri bunga terbang
ketakutan.
Untunglah
Nirmala datang. Ia segera menyulap, "Sim salabim!" Seketika
manusia-manusia ranting itu terdiam. Mereka tak bisa bergerak lagi.
Di
tubuh mereka, lalu keluar bunga-bunga putih. "Wah manusia-manusia ranting
ini malah membuat padang bunga menjadi indah," kata Oki. Ia lalu meniru
gerakan salah satu manusia ranting. "Hahhahaha.... Oki lucu,"tawa
peri-peri bunga. "Terimakasih, Nirmala sudah menyelamatkan kami,"
kata peri kuning lega.
DONGENG TIMUN MAS DAN MBOK SIRNI | DONGENG ANAK DUNIA
Mbok
Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat
membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi
seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan
ke raksasa itu untuk disantap. Mbok Sirni pun setuju.
Raksasa
memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat. Setelah dua minggu diantara
buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti
emas. Kemudian mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya
seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Mas.
Semakin
hari Timun Mas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk
menagih janji. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Mas, dia mengulur janji
agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin besar, semakin enak untuk
disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirni pun semakin sayang pada Timun Mas,
setiap kali ia teringat akan janjinya, hatinya pun menjadi cemas dan sedih.
Suatu
malam mbok Sirni bermimpi agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di
gunung Gundul. Paginya mbok Sirni langsung pergi.
Di
gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil,
yaitu biji mentimun, jarum, garam dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya di
rumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada Timun Mas, dan disuruhnya Timun Mas
berdoa.
Paginya
raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Mas pun disuruh keluar lewat
pintu belakang oleh mbok Sirni. Raksasa pun mengejarnya. Timun Mas pun teringat
akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun.
Sungguh
ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun
memakannya. Tapi buah itu malah menambah tenaga raksasa.
Lalu
Timun Mas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang
sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus
mengejar.
Timun
Mas pun membuka bungkusan garam dan ditaburkannya. Seketika hutan pun menjadi
lautan luas. Dengan kesakitan raksasa dapat melewatinya.
Yang
terakhir Timun Mas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan
lumpur yang mendidih, akhirnya raksasa pun mati.
"Terima
kasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini" Timun Mas mengucap
syukur.
Akhirnya
Timun Mas dan mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
DONGENG si KANCIL DAN SIPUT | DONGENG ANAK DUNIA
Suatu
hari angin berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu
juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya si kancil berjalan-jalan
di hutan sambil membusungkan dadanya.
Sambil
berjalan si kancil berkata, "Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si
cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku."
Ketika
sampai di sungai, si kancil segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air
yang begitu jernih membuat si kancil dapat berkaca. Si kancil berkata-kata
sendirian.
"Buaya,
gajah, harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat
aku perdaya."
Si
kancil tidak tahu kalau ia daritadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang
sedang duduk di bongkahan batu yang besar.
Si
siput berkata, "Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa?
Kamu sedang bergembira?"
Kancil
mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya si kancil menemukan letak si siput.
"Rupanya
sudah lama kau memperhatikanku ya? Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!
Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran
ayam," ujar si kancil.
Siput
terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel.
Lalu
siput pun berkata, "hai kancil! kamu memang cerdik dan pemberani karena
itu aku menantangmu lomba adu cepat."
Akhirnya
mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan. Setelah si kancil pergi, siput
segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya.
Si
siput meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus
berada di jalur lomba.
"Jangan
lupa, kalian bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera
muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si
kancil," kata siput.
Hari
yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan
sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan kancil untuk
berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai.
Perlombaan
dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air.
Setelah
beberapa langkah, si kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan
kancil sambil berseru, "hai kancil! aku sudah sampai sini."
Si
kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil
si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya.
Akhirnya
si kancil berlari tetapi ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil.
Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Ketika
hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Si kancil berpikir
siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.
Si
kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum
sinis kancil berkata," kancil memang tiada duanya."
Si
kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu
besar.
"Oh
kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, capai ya berlari?"
ejek siput.
Tidak
mungkin! Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat
kencang," seru si kancil.
"Sudahlah
akui saja kekalahanmu," ujar siput.
Si
kancil masih heran dan tak percaya kalau ia dikalahkan oleh binatang yang lebih
kecil darinya. Si kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya.
"Sudahlah
tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu
hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu. Semua binatang
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan
menyepelekan mereka," ujar siput.
Siput
segera menyelam ke dalam sungai. Tinggalah si kancil dengan rasa menyesal dan
malu.
Dongeng Ahli Perbintangan (Aesop)
Dongeng Ahli perbintangan ditulis oleh Aesop
Pada zaman dahulu kala hiduplah
seorang tua yang dipercaya bisa meramal masa depan dengan melihat susunan
bintang-bintang di langit. Dia menyebut dirinya sebagai seorang ahli
perbintangan (astrologer) dan menghabiskan waktunya setiap malam dengan memandangi
langit.
Suatu malam saat dia berjalan di
sebuah jalan di pinggiran desa. Matanya menerawang memandangi bintang di atas
langit. Dia mulai memperkirakan dan meramalkan apa yang akan terjadi di masa
depan dari susunan bintang yang dilihatnya, dan saat itu juga tiba-tiba dia
jatuh terperosok ke dalam lubang yang berisikan lumpur dan air.
Di lubang tersebut, sang Ahli
Perbintangan tenggelam oleh lumpur sampai sebatas telinganya, dan dengan panik
Dia berusaha untuk menggapai pinggiran lubang agar dapat memanjat keluar.
Dia lalu berteriak-teriak minta
tolong dalam keadaan panik dan dalam waktu yang singkat orang-orang desa
berlarian untuk datang menolong dan menariknya keluar dari lubang. Salah
seorang diantaranya lalu berkata:
"Kamu selalu berpura-pura
bisa membaca masa depan dengan melihat bintang-bintang, tapi kamu gagal untuk
melihat apa yang ada di bawah kakimu! Mungkin kejadian hari ini akan menjadi
pelajaran agar kamu lebih memperhatikan apa yang ada di depanmu, dan membiarkan
masa depan berjalan dengan sendirinya."
"Apa gunanya dapat membaca
bintang-bintang," kata yang lainnya, "apabila kamu sendiri tidak bisa
melihat apa yang terjadi di dunia?"
Jadi pembelajaran yang dapat kita
teladani dari dongeng ahli perbintangan ini adalah
Urus dan perhatikanlah mulai dari
hal yang kecil sekalipun, sehingga dengan sendirinya hal yang besar juga akan
berjalan dengan baik.
Dongeng Aladin dan Lampu Ajaib | DONGENG ANAK DUNIA
Dahulu
kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama
Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang
bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki
itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk
membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh, Aladin mengeluh kecapaian kepada
pamannya tetapi ia dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, jika tidak
mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan
pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan
api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. “Kraak…” tiba-tiba tanah
menjadi berlubang seperti gua.
Aladin menemukan lampu ajaib
|
Dalam
lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. “Ayo turun! Ambilkan aku
lampu antik di dasar gua itu”, seru si penyihir. “Tidak, aku takut turun ke
sana”, jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan
memberikannya kepada Aladin. “Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan
melindungimu”, kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan
perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah
permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera
menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. “Cepat
berikan lampunya !”, seru penyihir. “Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah
aku keluar”, jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar
dan akhirnya “Brak!” pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan
Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk
termenung. “Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !”, ucap
Aladin.
Aladin
merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya
menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa.
Aladin sangat ketakutan. “Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan”, saya
adalah peri cincin kata raksasa itu. “Oh, kalau begitu bawalah aku pulang
kerumah.” “Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini”,
ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya.
“Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan.”
Aladin
menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. “Mengapa penyihir itu
menginginkan lampu kotor ini?”, kata Ibu sambil menggosok untuk membersihkan
lampu itu. “Suuuut !” Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri
lampu. “Sebutkanlah perintah Nyonya”, kata si peri lampu. Aladin yang sudah
pernah mengalami hal seperti ini berkata, ”kami lapar, tolong siapkan makanan
untuk kami”. Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat
kemudian menyuguhkannya. “Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya
dengan menggosok lampu itu”, kata si peri lampu.
Aladin dan lampu ajaib
|
Demikian
hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin
sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di
depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik
itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri
putri raja. “Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya”. Ibu pergi ke istana raja
dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. “Baginda, ini adalah hadiah
untuk Baginda dari anak laki-lakiku.” Raja amat senang. “Wah…, anakmu pasti
seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan
membawa serta putriku”.
Setelah
tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk
membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama
kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. “Tuan, ini
Istananya”. Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin
yang sangat megah. “Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu?”, tanya
sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan
pesta pernikahan.
Di
tempat nan jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui
bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang
penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, “tukarkan lampu lama
anda dengan lampu baru !”. Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang
usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir
menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta
isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika
Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin
dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. “Kalau begitu tolong kembalikan
lagi semuanya kepadaku”, seru Aladin. “Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar
peri lampu,” ujar peri cincin. “Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya.
Tolong Antarkan aku kesana”, seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin
menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. “Penyihir itu sedang
tidur karena kebanyakan minum bir”, ujar sang Putri. “Baik, jangan kuatir aku
akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang”, jawab Aladin.
Aladin
mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul
dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya.
“Singkirkan penjahat ini”, seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun,
lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga
tewas. “Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke
Persia”. Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir
dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
dongeng Aladin dan lampu ajaib
|
Dongeng Almira Si Peri Penjaga Hutan | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Almira Si Peri Penjaga Hutan ditulis oleh Siti Nurlaela
Almira
mendapat tugas menjaga hutan. Biasanya, tugas itu dilakukan oleh Mama Almira.
Karena Mama sedang sakit, tugas menjaga hutan diserahkan kepadanya.
"Kelak,
kau akan menggantikan tugas mama. Nah, anggaplah hari ini sebagai latihan
untukmu," ucap mama.
Mama
kemudian memberikan tongkat ajaib kepada putrinya. Almira sangat gembira.
Dengan tongkat ajaib itu, ia bisa membantu hewan-hewan di hutan. Ia pernah
melihat mama menolong rusa yang terluka, anak burung yang terjatuh dari sarang,
anak burung yang tersesat, dan singa yang kena jebakan pemburu. Almira ingin
seperti mama. Setelah berpamitan, peri mungil itu mulai berkeliling hutan.
Almira melihat seekor jerapah melintas.
"Kasihan
jerapah itu,"ia bergumam.
"Jerapah
kepayahan berjalan gara-gara lehernya yang panjang. Aku akan membuat lehernya
jadi pendek."
Almira
lalu menggerakan tongkat ajaibnya.
"Hah,
apa yang terjadi denganku?!" pekik Jerapah.
"Kenapa
leherku jadi pendek begini?"
Almira
lalu bertemu gajah.
"Belalaimu
panjang sekali, gajah. Penglihatanmu pasti terganggu. Aku hilangkan saja,
ya?" Almira lalu menggerakan tongkat ajaibnya.
"Belalaiku!
Apa yang terjadi dengan belalaiku?" tanya gajah ketakutan. Belalainya
perlahan-lahan melesak. Aneh sekali melihat gajah tanpa belalai.
"Wah,
harimau...cakarmu panjang dan tajam," komentar Almira saat ia berpapasan
dengan harimau. "Mamaku bilang, kuku tak boleh panjang. Kuku panjang jadi
sarang kuman. Harimau, aku akan membuat cakarmu jadi pendek selamanya.
"Almira menggerakan tongkat ajaibnya. Harimau terkejut.
Tak
lama kemudian, mama memanggil Almira pulang.
"Jerapah,
gajah dan harimau melapor pada mama. Mereka bilang kau telah berbuat usil.
Leher jerapah kau sihir jadi pendek. Belalai gajah kau lenyapkan. Harimau pun
kehilangan cakarnya gara-gara ulahmu."
"Almira
tak bermaksud jahat,ma....," ucap Almira tertunduk. Ia lalu menjelaskan
alasannya menyulap hewan-hewan itu. Mama geleng-geleng kepala mendengar
pengakuan putrinya.
"Mama
tahu maksudmu baik. Tapi, bagian tubuh hewan-hewan itu memiliki kegunaan. Leher
jerapah yang panjang berguna untuk mengambil pucuk-pucuk daun pada cabang yang
tinggi. Belalai gajah berguna untuk mencabut rumput dan mengambil air. Cakar
harimau yang panjang dan tajam berguna untuk menangkap mangsa. Tanpa itu semua,
hewan-hewan tersebut tidak bisa mendapatkan makanan. Mereka bisa mati,"
mama menjelaskan.
Almira
tak menyangka perbuatannya justru bisa mencelakai hewan-hewan itu. Ia meminta
maaf pada mama.
"Sekarang, segera temui
jerapah, gajah dan harimau. Kembalikan mereka seperti semula! Jangan lupa minta
maaf kepada mereka, ya..." kata mama Almira mengangguk. Ia bergegas pergi
ke hutan mencari ketiga hewan itu. Almira mengembalikan bentuk mereka seperti
semula. Tentu saja, sambil meminta maaf.
Dongeng Anak Gembala yang Bijaksana (tidak dikenal)
Dahulu
kala, ada seorang gembala kecil yang terkenal sampai jauh dimana-mana karena
bisa memberi jawaban yang bijaksana atas semua pertanyaan yang diberikan
kepadanya. Kabar tersebut sampai ke telinga Raja di kerajaan itu, tetapi sang
Raja sendiri kurang percaya dengan apa yang orang kabarkan tentang gembala
kecil itu, karena itu, anak gembala tersebut diperintahkan untuk datang dan
menghadap ke istana.
Ketika
dia tiba, Raja berkata kepadanya: "Jika kamu dapat memberikan jawaban dari
tiga pertanyaan yang akan saya berikan kepadamu, aku akan menganggap kamu
sebagai anak saya sendiri, dan kamu akan hidup berbahagia dengan saya di
istanaku."
"Apakah
ketiga pertanyaan itu, paduka?" tanya anak gembala itu.
"Yang
pertama adalah, berapa banyak tetesan air yang ada di laut?"
"Tuanku
Paduka," jawab anak gembala, "hentikanlah semua tetesan air yang ada
di bumi sehingga tidak ada satu tetespun yang akan masuk ke laut sebelum saya
menghitungnya, dan saat itu, saya akan memberitahu Paduka berapa banyak tetesan
yang ada di laut!"
"Pertanyaan
kedua," kata Raja, "Berapa banyak bintang yang ada di langit?"
"Beri
aku selembar kertas besar," kata anak itu, kemudian ia membuat begitu
banyak lubang dengan sebuah jarum sehingga terlalu banyak dan tidak
memungkinkan untuk dihitung. Saat selesai si Anak Gembala berkata :
"Jumlah bintang yang ada di langit sama banyaknya dengan lubang yang ada
di kertas ini, adakah yang mampu menghitungnya?" Tapi tak seorang pun bisa
menghitungnya.
Kemudian
Raja berkata lagi "Pertanyaan ketiga adalah, berapa detik yang ada dalam
keabadian." "Di kerajaan ini, terletak gunung adamantine, satu
mil tingginya, satu mil lebarnya, dan satu mil dalamnya, dan tiap seribu tahun,
seekor burung datang untuk menggosok paruhnya ke gunung tersebut, dan, saat
seluruh gunung telah di gosok oleh sang Burung, maka detik pertama dari
keabadian pun berlalu."
"Kamu
telah menjawab tiga pertanyaan saya secara bijak," kata sang Raja,
"dan untuk selanjutnya kamu akan hidup bersama saya di istana, dan saya
akan memperlakukan kamu sebagai anak saya sendiri."
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak gembala yang bijaksana
ini adalah
Belajarlah
dan bersikaplah bijaksana dalam setiap hal di dalam kehidupan kita.
Dongeng Anak Kambing dan Serigala (Aesop)
Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.
Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak kambing dan serigala ini adalah
Janganlah kamu mengatakan sesuatu yang buruk atau kasar kepada siapapun.
Dongeng Anak Laki-laki dan Setoples Kacang (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Seorang
anak laki-laki diijinkan oleh ibunya untuk memasukkan tangannya ke dalam sebuah
toples dan mengambil kacang yang ada di dalamnya.
Dan
anak laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang,
tetapi karena anak laki-laki itu mengambil kacang tersebut dengan genggaman
yang sangat besar, dia tidak dapat menarik tangannya keluar, dan disana dia
berdiri terus, tidak rela untuk melepaskan sebiji kacangpun dari genggamannya
karena dia ingin mengambil semuanya sekaligus. Karena rasa penasaran dan kecewa
dia mulai menangis.
"Putraku,"
kata ibunya ,"Ambillah kacang tersebut setengah genggam saja, sehingga
kamu akan lebih mudah mengeluarkan tanganmu dari toples tersebut, dan mungkin
kamu akan bisa memiliki lebih banyak kacang lagi jika kamu mengambilnya
berulang-ulang."
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak laki-laki dan setoples
kacang ini adalah
Jangan
mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru atau tergesa-gesa.
Dongeng Anak Penggembala dan Serigala (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Seorang anak gembala selalu menggembalakan
domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari
kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu
menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan
memainkan serulingnya.
Suatu
hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa
yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur
dengan memikirkan berbagai macam rencana.
Tuannya
pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya,
dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya.
Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat
serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya.
Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia
berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya,
"Serigala, serigala!"
Seperti
yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat
meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk
membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa
terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa
hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala!
serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk
menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada
suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang
dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam
ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak,
"Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung
mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak
akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.
Serigala
itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh
sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak penggembala dan
serigala ini adalah
Janganlah kita berbohong karena pembohong tidak akan pernah di
percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.
Dongeng Anak-anak dan katak di kolam (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Pada
suatu hari, beberapa orang anak laki-laki bermain-main di pinggiran sebuah
kolam di mana pada kolam tersebut hiduplah beberapa keluarga katak. Anak
laki-laki tersebut bermain-main dengan cara melemparkan batu-batu ke atas
permukaan kolam.
Batu-batu
yang beterbangan dengan cepat di atas permukaan kolam membuat anak-anak
tersebut tertawa terbahak-bahak sedangkan katak-katak yang menghuni kolam
tersebut gemetar ketakutan.
Lalu
seekor katak yang paling tua dan paling berani, mengeluarkan kepalanya dari
dalam air dan berkata, "Oh, anak-anak, mohon hentikanlah permainan kalian!
walaupun permainan kalian merupakan hiburan bagi kalian, permainan itu bisa
menyebabkan kematian bagi kami!"
Jadi pembelajaran yang
dapat kita teladani dari dongeng anak-anak dan katak di kolam ini adalah
Pertimbangkan
dahulu dengan baik sebelum melakukan sesuatu, apakah dapat merugikan orang lain
atau tidak.
Dongeng Androcles dan Seekor Singa (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA
Dahulu kala di Kota Roma, hiduplah seorang
budak bernama Androcles yang melarikan diri dari majikannya dan menyembunyikan
diri di dalam hutan. Dia berjalan tak tentu arah di hutan tersebut cukup lama,
hingga dia merasa kelelahan dan kelaparan serta mulai berputus asa.
Sesaat
kemudian, dia mendengar suara seekor singa di dekatnya yang mengaum dengan
keras. Androcles yang kelelahan, bangkit dan bergegas untuk pergi karena rasa
takutnya kepada singa, tetapi saat dia berjalan menembus semak-semak dia
tersandung pada akar pohon dan terjatuh.
Ketika
dia mencoba untuk bangkit kembali, dia melihat seekor singa yang sangat besar
datang ke arahnya, berjalan terpincang-pincang dengan tiga kakinya sambil
mengangkat satu kakinya ke depan.
Androcles
yang malang menjadi putus asa karena dia tidak memiliki kekuatan lagi untuk
bangkit dan melarikan diri pada saat sang singa besar berjalan menuju ke
arahnya. Ketika hewan besar itu tiba di depannya, Androcles ketakutan setengah
mati. Akan tetapi singa tersebut tidak menyerangnya, dan hanya mengeluh serta
mendesah sambil menatap Androcles.
Androcles
pun melihat bahwa kaki kanan yang dijulurkan oleh sang Singa, berlumuran darah
dan bengkak. Androcles mencoba melihat lebih dekat, dan saat itu dia melihat
sebuah duri besar tertusuk pada kaki kanan sang Singa.
Androcles mengumpulkan keberanian dan menarik keluar duri yang
menusuk cakar singa, yang saat itu langsung meraung dengan keras karena
kesakitan. Tetapi tidak lama setelah itu, sepertinya sang Singa menjadi lebih
lega dan tenang, bahkan sang Singa pun menggosok-gosokkan kepala dan badannya
ke Androcles sebagai tanda kasih sayang dan terima kasih.
Apa yang
ditakutkan oleh Androcles menjadi sirna, sang Singa bukan hanya tidak memangsa
dirinya, tetapi dalam waktu tidak berapa lama, singa tersebut pergi dan kembali
sambil membawa rusa muda yang berhasil ditangkapnya ke hadapan Androcles,
sehingga Androcles bisa mendapatkan makanan di saat itu.
Untuk
beberapa waktu, sang Singa terus membawa hewan hutan yang dimangsanya untuk
Androcles yang semakin hari semakin akrab dengan hewan besar tersebut. Namun
suatu hari, sejumlah prajurit memasuki hutan dan menemukan Androcles. Ketika
itu, dia tidak dapat menjelaskan apa yang dia perbuat di dalam hutan. Para
prajurit tersebut menahan Androcles, dan membawanya kembali ke kota di mana dia
melarikan diri. Di sanalah tuannya mengenali dia dan membawanya ke depan pihak
berwenang. Dia pun dijatuhi hukuman mati karena telah melarikan diri dari
majikannya.
Pada
zaman tersebut, telah menjadi kebiasaan bagi bangsa Roma untuk memasukkan
tahanan yang akan dihukum mati, seperti para pembunuh dan penjahat lainnya, ke
dalam suatu arena besar bersama dengan seekor singa, sehingga di saat para
penjahat menerima hukuman matinya di arena, masyarakat bisa menonton
pertarungan antara mereka dan binatang buas tersebut.
Androcles
juga dijatuhi hukuman mati, dan akan tempatkan di arena tarung beserta seekor
singa. Pada hari yang telah ditentukan, dia pun ditempatkan di arena sendirian
dan hanya berbekal tombak untuk melindungi dirinya dari dari serangan singa
yang buas. Kaisar yang berada di barisan kursi untuk kalangan istana, memberikan
sinyal untuk melepaskan singa dan memulai pertarungan.
Saat sang
Singa keluar dari kandangnya dan mendekati Androcles, apa yang terjadi?
Bukannya sang Singa melompat ke atasnya untuk menerkam, tetapi sang Singa malah
menunjukkan sikap hormat kepadanya, menggosok-gosokkan kepalanya pada Androcles
yang dengan segera membelai kepala sang Singa. Ternyata singa tersebut adalah
singa yang pernah bertemu dengan Androcles di dalam hutan.
Kaisar
yang terkejut melihat perilaku aneh dari sang Singa, memanggil Androcles untuk
datang kepadanya dan bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi, sehingga singa
yang terkenal ganas, menjadi jinak di hadapan Androcles.
Androcles
pun menceritakan semua yang telah terjadi terhadapnya kepada sang Kaisar, dan
bagaimana singa itu menunjukkan rasa terima kasihnya setelah dia mencabut duri
yang menusuk di telapak kakinya.
Sang
Kaisar pun mengampuni Androcles dan memerintahkan majikan Androcles untuk
membebaskan Androcles dari perbudakan, sementara sang Singa pun dibawa kembali
ke hutan untuk dilepaskan sehingga sang Singa bisa menikmati kebebasannya
kembali.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng Androcles dan seekor
singa ini adalah
Berbuat
baiklah selalu kepada siapapun juga, karena dengan berbuat baik akan memberi dampak
yang baik juga.
Dongeng Anggrek Hitam Untuk Domia | DONGENG ANAK DUNIA
Terdengar
suara gong dari rumah panjang menggelagar bertalu-talu. Penduduk kampung
Tebelianmangkang sudah tahu. Jika gong ditabuh, berarti ada keadaan genting.
Merekapun bergegas mendatangi rumah itu.
Rupanya,
seorang wanita bernama Darahitam akan melahirkan bayi. Namun bayinya tak juga
mau keluar. Darahitam sangat khawatir. Sebelumnya, sudah dua kali bayinya
meninggal. Sambil kesakitan ia berdoa dan bernazar,
“Jubata,
tolonglah agar anakku lahir dengan selamat. Lelaki atau perempuan, anak ini
akan kupersembahkan menjadi pelayanmu!”
Jubata
adalah dewa tertinggi suku Dayak. Jubata adalah perantara antara manusia dan
Tuhan. Darahitam yakin Jubata akan menolongnya. Lalu terdengarlah..…
“Hoaaa,
hooaaaa, hoooaaaaaa …” suara tangis bayi memecah kekhawatiran.
Seluruh
penduduk desa menyambut gembira. “Ia lahir dengan selamat! Bayi yang cantik!
Kulitnya bersih. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bulu matanya lentik,” seru
para wanita. Karena sangat cantik, bayi perempuan itu dinamakan Domia.
Dalam bahasa Dayak, Domia berarti dewi.
Seperti
ramalan banyak orang, Domia tumbuh menjadi gadis jelita. Banyak pria yang
melamarnya. Namun Domia menolaknya. Sebab ia terikat nazar ibunya pada Jubata.
Domia ditakdirkan menjadi pelayan Tuhan, atau imam wanita. Seorang imam tak
boleh menikah. Tak seorang pun bisa membatalkan nazarnya. Kecuali Jubata
sendiri yang mencabutnya.
Meskipun
demikian, Domia jatuh cinta pada pemuda bernama Ikot Rinding. Pemuda itupun
mencintai Domia. Namun Ikot Rinding heran. Karena Domia tak mau menikah
dengannya.
Suatu
hari yang panas, pergilah Ikot Rinding memancing. Namun, karena tak ada seekor
ikanpun yang didapatnya, ia lalu pergi ke hulu sungai. Di tengah jalan, Ikot
Rinding terhenti! Ia melihat Domia sedang mencuci pakaian. Pemuda itu langsung
menghampiri gadis pujaan hatinya.
Dongeng Anggrek Hitam Untuk Domia
|
“Domia,
mengapa kau tak mau menjadi istriku?” tanya Ikot Rinding.
Mendengar
pertanyaan itu, Domia terkejut. Gadis cantik itu akhirnya berterus terang. Ia
bercerita tentang nazar ibunya pada Jubata ketika melahirkannya. Betapa sedih
hati Ikot Rinding mendengar cerita itu. Ia tahu, nazar pada Jubata hanya bisa
dibatalkan oleh Jubata sendiri. Tapi… kemana ia harus mencari Jubata?
Karena
cintanya pada Domia, Ikot Rinding pun mengembara. Siang berganti malam. Malam
menjelang pagi. Setelah enam hari mengembara, sampailah ia di Bukit Sungkung.
Ikot Rinding beristirahat dan tertidur pulas di bawah pohon rindang. Begitu
bangun, hari sudah pagi. Berarti ini hari ketujuh pengembaraanya mencari
Jubata.
Ketika
akan melangkah pergi, Ikot Rinding terkejut. Ia melihat sebuah sumpit
tergeletak di tanah. Di hutan belantara tak berpenghuni ini ada sumpit? Dari
mana asalnya? Ikot Rinding segera memungutnya. Di hutan belantara seperti ini,
sumpit tentu sangat berguna, pikirnya.
Ikot
Rinding meneruskan pengembaraanya. Ketika melintasi sebongkah batu, ia
tiba-tiba teringat pada nasihat ibunya. Ketika masih kecil, saat menemani
ibunya menyikat pakaian di atas batu, ibunya selalu berkata, “Jangan sekali-kali
mengambil barang orang lain tanpa izin!”
Seketika
Ikot Rinding berbalik, meletakkan sumpit itu ke tempat semula. Sumpit itu bukan
miliknya. Mungkin milik pemburu yang lewat di daerah itu.
Maka
Ikot Rinding pun meneruskan perjalanannya mencari Jubata. Badannya lelah. Ia
merasa lapar dan dahaga. Tapi begitu ingat akan Domia, ia menjadi bersemangat
kembali. Tiba-tiba ia mendengar suara desisan. Sekelebat melintas seekor ular
tedung. Ia berhenti di depan Ikot Rinding. Lidahnya kecil panjang bercabang. Badannya
yang tadi melingkar, ditegakkan.
Ikot
Rinding sadar ia harus waspada. Tangan kanannya kini meraih ranting.
Diputar-putarnya ranting itu. Lalu dengan cepat tangan kirinya menyambar leher
si ular tedung. Ular itu rupanya terpedaya oleh gerak tipunya. Dilemparnya ular
tedung itu jauh ke tepi jurang.
Usai
pertistiwa itu, terdengarlah langkah kaki. Rupanya ada orang yang menonton
perkelahian Ikot Rinding melawan ular tedung. Semula Ikot Rinding curiga. Namun
wajah pemuda itu tampak ramah.
“Aku
Salampandai, putra bungsu raja hutan di sini,” ujarnya. Salampandai bercerita,
sudah dua hari ia berburu. Namun tak berhasil menangkap apapun. Ini gara-gara
senjatanya hilang. Ia juga bercerita bahwa ayahnya menyuruhnya rajin berlatih
menyumpit. Terutama menyumpit binatang liar yang bergerak cepat.
Sekarang
Ikot Rinding tahu siapa pemilik sumpit yang ditemukannya tadi. Ia mengajak
Salampandai ke tempat sumpit itu. Benda itu masih ada di sana.
Karena
gembira, Salampandai mengundang Ikot Rinding bermalam di rumahnya. Ia ingin
mengenalkan sahabat barunya kepada keluarganya. Bahkan, ia pun ingin menjadikan
Ikot Rinding saudara angkat. Walau ia sudah mempunyai enam orang kakak.
Sejak
itu, Ikot Rinding diizinkan tinggal di istana. Raja dan ratu sangat
menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Salam pandai dan Ikot Rinding-pun
selalu bersama kemanapun mereka pergi.
Suatu
hari, “Jaga Si Bungsu baik-baik,” pesan Raja pada Ikot Rinding dan keenam
putranya saat mereka akan pergi berburu. Ikot Rinding mengangguk. Tapi enam
saudara kandung Salampandai tak menjawab. Mereka tidak menyukai Ikot Rinding.
Mereka merasa Ratu dan Raja hanya memperhatikan Si Bungsu dan Ikot Rinding.
Mereka lalu membuat rencana mencelakakan salah satu dari Ikot Rinding atau Si
Bungsu.
Setibanya
di hutan, mereka harus berpencar. Salampandai mendapat tempat yang agak
mendaki. Dan Ikot Rinding ke tempat yang menurun. Keenam kakak Salampandai
sengaja memisahkan mereka berdua. Namun ketika keenam orang itu sudah pergi,
diam-diam Ikot Rinding membuntuti Salampandai. Ia tahu, keenam orang itu
sengaja menyuruh Salampandai ke tempat yang berbahaya.
“Berhenti!
Jangan lewat gua itu!” teriak Ikot Rinding pada Si Bungsu.
Ikot
Rinding tahu, di gua itu hidup sekawanan kalong. Gigi dan cakar hewan-hewan itu
sangat tajam. “Salampandai, tiarap!” teriak Ikot Rinding saat melihat
gumpalan-gumpalan hitam keluar dari mulut gua. Tetapi terlambat. Si Bungsu kini
dalam kepungan kelelawar.
Dengan
tangkas, Ikot Rinding mencabut mandau. Ia menebas ke segala arah. Satu persatu
binatang gua itu dikalahkannya. Kini tinggal raja kelelawar yang bertubuh
besar. Kali ini Ikot Rinding menggunakan sumpitnya. “FUUHH!” Hanya dengan
sekali tiupan, robohlah si raja kelelawar. Si Bungsu pun selamat.
Keduanya
lalu pulang. Salampandai menceritakan peristiwa itu pada ayahnya. Raja sangat
takjub mendengarkan cerita ketangkasan Ikot Rinding. Ia sangat bahagia karena
putra kesayangannya selamat.
“Mintalah
apa saja yang kau inginkan,” ujarnya pada Ikot Rinding. “Hari ini juga akan
segera kupenuhi.”
Pada
saat itu Ikot Rinding baru sadar. Ayah Salampandai ternyata adalah Jubata itu
sendiri. Inilah saat yang diimpikan Ikot Rinding. Meski agak ragu, Ikot Rinding
pun berkata, “Aku memohon bukan untuk diriku tetapi untuk orang lain. Sudilah
kiranya Raja membebaskan Domia, dari nazar ibunya, Darahitam.”
Jubata
ingat. Tujuh belas tahun lalu, seorang ibu bernama Darahitam kesulitan
bersalin. Karena putus asa, Darahitam bernazar. Dan kini Ikot Rinding meminta
agar nazar itu dilepaskan. Jubata yang bijaksana mengerti. Berbuat baik jauh
lebih penting daripada memegang teguh sebuah sumpah.
“Permohonanmu
kukabulkan,” ujarnya.
“Apakah
tandanya?” tanya Ikot Rinding.
Melihat
keraguan putra angkatnya, Raja masuk ke kamarnya. Begitu keluar, tangannya
memegang setangkai anggrek hitam. Yang hanya tumbuh di halaman istana Jubata.
“Inilah
tandanya,” sabda Jubata. Anggrek itu lalu diserahkannya pada Ikot Rinding.
“Begitu Domia menerima sendiri dari uluran tanganmu, bunga ini segera
berubah warna. Itulah pertanda. Bahwa nazar ibunya telah kulepaskan.” Usai
menerima anggrek hitam itu, Ikot Rinding bergegas meninggalkan istana. Ia telah
sangat rindu pada Domia. Perjalanan panjang ditempuhnya tanpa rasa lelah. Tak
terasa, tibalah ia di kampung Tebelianmangkang.
Anggrek
hitam ia serahkan pada Domia. “Pejamkan matamu…” pinta Ikot Rinding. Tanpa
banyak bertanya, Domia menurut. “Nazar ibumu akan dilepaskan Jubata. Sebagai
tanda, anggrek hitam di genggamanmu akan berubah warna.”
Ketika
membuka kelopak matanya kembali, Domia melihat anggrek hitam telah berubah
warna. Jadi butih bersih. Indah berseri bagai anggrek bulan. Domia telah
terlepas dari nazar. Sepasang kekasih itu tak hentinya mengucap syukur
pada Jubata. Dan keduanya hidup bahagia sampai masa tua mereka.
Dongeng Angin Utara dan Matahari (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Angin
Utara dan Matahari berdebat tentang siapa diantara mereka yang lebih kuat.
Sementara mereka berdebat dengan hebat, seorang pengembara berjalan melewati
suatu jalan dengan badan terbungkus jubah.
"Mari
kita buktikan" kata Matahari, "bahwa yang terkuat diantara kita
adalah siapa saja yang bisa membuat pengembara itu membuka jubahnya. "
"Baiklah,"
kata Angin Utara , dan seketika itu juga meniupkan angin kencang yang dingin
kepada pengembara itu.
Dengan
hembusan angin yang kencang, ujung jubah yang dipakai pengembara, tertiup ke
belakang. Tetapi ia segera membungkus erat jubah itu ke tubuhnya, dan semakin
kuat angin bertiup, semakin erat ia membungkus tubuhnya. Angin utara berusaha
merobek jubah pengembara itu dengan tiupan anginnya, namun semua usahanya
sia-sia.
Tibalah
giliran matahari. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Pada awalnya sinar yang
dikeluarkan cukup lembut , dan dalam sekejap, kehangatan menggantikan rasa
dingin dari Angin Utara. Sang Pengembara kemudian melonggarkan jubahnya dan
membiarkannya tergantung dari bahunya. Sinar matahari kemudian bersinar lebih
terik dan makin terik. Pria itu melepaskan topinya dan mengusap alisnya yang
basah oleh keringat. Akhirnya ia menjadi kepanasan sehingga ia melepaskan
jubahnya, dan untuk menghindari sinar matahari yang terik, ia berteduh di bawah
naungan bayangan pohon di pinggir jalan.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng angin utara dan matahari
ini adalah
Kelembutan
akan mengalahkan kekerasan.
Dongeng Angsa dan Telur Emas (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Pada
zaman dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seekor angsa yang sangatlah
cantik, dimana setiap hari ketika petani tersebut mendatangi kandang angsa,
sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.
Petani
tersebut mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar dan
menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat petani tersebut mulai menjadi
kaya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu
terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya memberikan sebuah telur
setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara
begitu.
Suatu
hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani,
gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan
cara memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak
ada sebuah telur yang dapat dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga
terlanjur mati dipotong.
Jadi pembelajaran yang
dapat kita teladani dari dongeng angsa dan telur emas ini adalah
Barang
siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah, tetapi serakah dan
menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya. Maka
bersyukurlah dengan segala sesuatu yang kita miliki.
Dongeng Anjing dan Bayangannya (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Seekor
anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke
rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah
jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya
terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira
dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari
miliknya.
Bila saja
dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya.
Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang
dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut
akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat
tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang
yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan
menyadari betapa bodohnya dirinya.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing dan bayangannya
ini adalah
Janganlah
kita memiliki sifat yang serakah karena dapat berakibat buruk.
Dongeng Anjing dan Tiram (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Ada
seekor anjing yang sangat senang makan telur. Anjing itu sering masuk ke
kandang ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam bulat-bulat.
Suatu
hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran pantai. Anjing tersebut melihat
seekor tiram, dan dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat tiram yang
disangkanya telur.
Tidak
berapa lama kemudian, seperti yang kita duga, sang Anjing merasakan sakit yang
hebat di perutnya.
"Saya
akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang berbentuk bulat, adalah
telur," katanya sambil mengerang kesakitan.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing dan tiram ini
adalah
Bertindak
terlalu tergesa-gesa akan mengakibatkan sesuatu yang buruk.
Dongeng Anjing di dalam Kandang Kerbau (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA
Seekor
anjing yang tidur pulas di sebuah kandang sapi yang penuh dengan tumpukan
jerami, dibangunkan oleh kerbau-kerbau yang kelelahan dan kelaparan sehabis
bekerja di ladang. Tetapi sang Anjing tidak membiarkan kerbau-kerbau tersebut
mendekati kandang. Anjing tersebut menggeram-geram dan mengancam menggigit
seolah-olah kandang tersebut penuh dengan daging dan tulang yang semuanya
adalah untuk dirinya sendiri.
Kerbau-kerbau
tersebut menatap sang Anjing dengan tatapan jengkel. "Betapa egoisnya
dia!" kata salah satu kerbau. "Dia tidak makan jerami tetapi dia
tidak membiarkan kita yang sudah sangat kelaparan untuk memakan jerami
tersebut!"
Saat
itulah petani datang. Ketika dia melihat bagaimana tingkah laku sang Anjing,
sang Petani lalu mengambil sebuah kayu dan mengusir sang Anjing sambil
memukulnya karena tingkah lakunya yang egois dan mementingkan diri sendiri.
Jadi
pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing di dalam kandang
kerbau ini adalah
Janganlah
kita bersikap egois dan mementingkan diri sendiri, perhatikanlah kepentingan
orang lain.
Dongeng Arbei Obat | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Arbei Obat ditulis oleh Vanda P.
Oki
dan Felip sering bermain di hutan. Suatu hari, mereka menemukan kebun arbei.
Indah dan menggiurkan sekali. Buah-buahnya besar dan ranum. "Asyiiiik!
Jangan bilang kurcaci lain! Kita saja yang menghabiskannya! usul Felip.
"Cepat
petik! Keburu pemiliknya datang!" ujar Felip lagi. Kedua kurcaci itu
cepat-cepat memetik semua arbei. Lalu dimasukkan ke daun besar yang dibentuk
kerucut.
Kini
mereka menikmati hasil curian mereka. "Hmmmm... manisnyaaa!" gumam
Oki sambil terus mengunyah. "Belum pernah aku makan arbei semanis ini!
ujar Felip.
Tiba-tiba,
"Aduuuuh...duh..." Oki dan Felip mengaduh sakit perut.
Di
sekujur tubuh mereka kini timbul bintik-bintik merah. Persis buah arbei. Oki
dan Felip ketakutan. Untung ada Nirmala. Ia langsung membawa mereka ke rumah
Pak Tobi.
Pak
Tobi segera mengobati mereka. Namun ia marah, "Arbei-arbei itu, adalah
arbei untuk ramuan obat-obatanku. Sekarang kalian harus menanam bibit arbei
baru!"
Hmm,
Oki dan Felip harus bekerja keras. Menanam bibit arbei obat satu per satu.
Tetapi, mereka tak menggerutu. Sebab, Pak Tobi sudah menyembuhkan mereka!
Dongeng Asli Indonesia Saat Marah | DONGENG ANAK DUNIA
Dongeng
Saat Marah ditulis oleh Pupuy Hurriyah
Negeri
Belanda adalah negeri para kurcaci. Salah satu kurcaci yang tinggal di negeri
itu adalah Zizi. Semua kurcaci di negeri Belanda mengenal Zizi. Sayang, mereka
mengenalnya sebagai kurcaci pemarah. Hanya karena hal kecil, Zizi bisa marah.
Siang
ini Zizi Kurcaci bermalas-malasan di rumah jamurnya. "Hu-uh! Panas
sekali!" Zizi marah karena cuaca terasa panas. "Ke mana, sih, Peri
Angin?" Zizi marah-marah. "Jangan-jangan, peri angin tidur. Pantas
saja udara panas sekali."
Zizi
kurcaci terus marah-marah. Sebentar-sebentar duduk, sebentar-sebentar berdiri.
"Aku tidak suka panas begini!" Zizi membuka jendela rumahnya
lebar-lebar. Saat itu, Zizi melihat teman-temannya mengantre membeli jus bubble
buah. Hm, asyik juga panas-panas begini minum jus bubble buah. Zizi tersenyum.
Cepat Zizi berlari ke teman, ikut mengerubungi Pak Jupiter, penjual jus bubble
buah.
"Aku
beli jus buah stroberi ya," pinta Zizi.
"Kamu
harus mengantre, Zizi," kata Kaka.
"Betul!"
sahut Mima. "Kamu kan baru datang."
"Hu-uh!"
Zizi menunjukkan wajah tidak suka. Zizi terus saja mendesak ke depan. "Aku
dulu, Pak Jupiter."
"Kami
dulu, pak Jupiter. Kami sudah mengantre sejak tadi." Haya dan Hayu
terjepit desakan Zizi.
"Aku
dulu! Ayo, cepat!" Zizi tidak menghiraukan protes Haya dan Hayu, si
kurcaci kembar.
"Zizi!
Kamu harus antre. "Teman-teman yang lain mulai protes.
"Ya!
Kamu harus antre," perintah Pak Jupiter pada Zizi. "Kamu datang
terakhir jadi harus menunggu giliran berikutnya."
"Hu-uh!"
Zizi menghentakkan kakinya. "Aku tidak mau jus bubble buah!" Zizi pun
berlari meninggalkan antrean.
Zizi
duduk di bawah pohon beringin mungil. Wajahnya memerah menahan marah. Apalagi,
saat satu per satu teman-temannya mendapatkan satu gelas jus bubble buah.
"Hu-uh!
Tidak! Aku tidak mau jus bubble buah," gerutu Zizi memendam marah.
Akhirnya
antrean jus bubble buah usai. Pak Jupiter melihat Zizi duduk sendiri. Ia
melambaikan tangan. "Zizi, sini! Ini jus bubble buah stroberimu."
Akan
tetapi, Zizi tidak menghiraukan panggilan pak Jupiter. Zizi berlari pulang,
padahal tenggorokannya sangat haus. Ia ingin sekali minum jus bubble stroberi.
Sore
harinya, Zizi bermain ular naga bersama teman-temannya. Mereka dibagi menjadi
dua regu. Saat pemilihan ketua regu, lagi-lagi Zizi marah. Zizi ingin menjadi
kepala regu. Waah seharusnya, kepala regu itu dipilih, bukan memilih diri
sendiri.
"Aku
mau jadi kepala regu bintang,"kata Zizi. Teman-teman Zizi tidak bisa
menolaknya. Lalu mereka memilih Haya sebagai kepala regu bulan.
Selama
bermain ular naga, Zizi marah-marah terus. Setiap kali ada teman yang memilih
ikut regu bulan, Zizi marah.
"Seharusnya
kamu ikut regu bintang!" Zizi marah pada Beta.
"Uh
kenapa sih pilih regu bulan?" Zizi marah pada Miomi.
"Zizi,
teman-teman boleh memilih sendiri, mau ikut regu bintang atau bulan," bela
Nila.
"Betul,
Zizi." Sasa, Fuji dan Ruben mengingatkan Zizi.
"Ah
aku tidak mau main lagi!" Zizi marah.
"Tidak
perlu marah, Zizi. Ayo kita main lagi," ajak Beneto.
"Tidak!
Aku tidak mau lagi melihat kalian!" Zizi berlari pulang.
Saat
itu peri angin bertiup, membawa terbang semua teman Zizi. Zizi tidak melihat
kejadian itu.
Setiba
di rumah, Zizi senang. Ia tidak lagi mendengar suara teman-temannya bermain.
"Sendiri begini, lebih menyenangkan." Zizi merebahkan diri di sofa.
Awalnya,
Zizi senang karena tidak tampak seorang pun temannya di depan rumah. Tetapi
lama-lama, Zizi merasa kesepian.
Usai
mandi sore, Zizi berlari ke rumah Gio yang tinggal di sebelah kanan rumahnya.
"Gio!"
panggil Zizi.
Tidak
ada sahutan Gio.
Zizi
berlari ke rumah Beta. Namun, tidak juga terdengar suara Beta.
Zizi
menuju rumah Popi. Zizi ke rumah Haya dan Hayu. Zizi cepat-cepat ke rumah Fex.
"Oh!
Kemana mereka pergi?" Zizi ketakutan. Tidak seorang pun temannya ada di
rumah.
"Bukankah
saat marah, kamu tidak mau melihat teman-temanmu lagi?" Peri angin
berbisik lembut d telinga Zizi.
Oh!
Zizi mendekap mulutnya erat-erat. Zizi sungguh takut semua temannya benar-benar
pergi.
"Aku
ingin teman-temanku kembali," gumam Zizi.
"Saat
mereka kembali, apakah kau akan marah-marah lagi? Kau selalu marah pada siapa
saja!" Peri angin mengingatkan.
Zizi
terdiam. Kemudian, ia menggeleng. "Aku janji tidak akan marah-marah lagi.
Aku tidak mau jadi kurcaci pemarah."
Peri
angin tersenyum melihat Zizi benar-benar menyesal.
"Zizi!"
Suara
ramai mengagetkan Zizi. Zizi berlari menyambut teman-temannya.
"Kalian
dari mana saja?" Zizi memeluk semua temannya. "Aku tidak mau
kehilangan kalian."
Teman-teman
Zizi mengedipkan mata pada peri angin.
Hmmm,
kamu tahu ke mana teman-teman Zizi pergi saat Zizi marah? Wah peri angin rupanya
menyembunyikan mereka di balik awan.
Dongeng Cinderella Putri yang Cantik | DONGENG ANAK DUNIA
Di
sebuah kerajaan, tinggalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia
tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal
dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan
rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu
tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya “Cinderella”. Cinderella
artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. “Nama yang cocok buatmu!” kata
mereka.
Setelah
beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat
undangan pesta dari Istana.
“Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira”, kata mereka.
Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Cinderella sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. “Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak Cinderella.
“Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira”, kata mereka.
Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Cinderella sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. “Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak Cinderella.
Setelah
semua berangkat ke pesta, Cinderella kembali ke kamarnya. Ia menangis
sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal.
“Aku
tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin
pergi”
Tidak
berapa lama terdengar sebuah suara. “Cinderella, berhentilah menangis.”
Ketika
Cinderella berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah.
“Cinderella bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal.” Setelah semuanya
dikumpulkan Cinderella, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di
halaman belakang.
“Sim salabim!” sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderella berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
“Sim salabim!” sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderella berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Karena
gembiranya, Cinderella mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya
seperti kupu-kupu. Peri berkata,”Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap
setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum
lewat tengah malam.
“Ya Nek. Terimakasih,” jawab Cinderella.
Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderella. “Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?” Tanya mereka.
“Ya Nek. Terimakasih,” jawab Cinderella.
Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderella. “Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?” Tanya mereka.
Akhirnya
sang Pangeran datang menghampiri Cinderella. “Putri yang cantik, maukah Anda
menari dengan saya ?” katanya.
“Ya…,” kata Cinderella sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderella.
“Ya…,” kata Cinderella sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderella.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderella.
“Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,” kata sang Pangeran.
Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali.
“Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,”. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana.
“Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,” kata sang Pangeran.
Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali.
“Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,”. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana.
Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderella
tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderella, tetapi
ia kehilangan jejak Cinderella. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu
kaca kepunyaan Cinderella. Pangeran mengambil sepatu itu.
“Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati.
Meskipun Cinderella kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella.
“Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal.
Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderella.
“Hai kamu, cobalah sepatu ini,” katanya. Ibu tiri Cinderella menjadi marah,” tidak akan cocok dengan anak ini!”.
Kemudian Cinderella menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok.
“Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. “Cinderella, selamat..,” Cinderella menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.,” katanya.
“Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati.
Meskipun Cinderella kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella.
“Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal.
Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderella.
“Hai kamu, cobalah sepatu ini,” katanya. Ibu tiri Cinderella menjadi marah,” tidak akan cocok dengan anak ini!”.
Kemudian Cinderella menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok.
“Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. “Cinderella, selamat..,” Cinderella menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.,” katanya.
Cinderella
|
Begitu peri membaca mantranya, Cinderella berubah menjadi
seorang Putri yang memakai gaun pengantin.
“Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali”, kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.
“Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali”, kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.