Monday, August 22, 2016

KUMPULAN DONGENG ANAK DUNIA



Dongeng Monyet dan Unta Peniru (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


dongeng monyet dan unta peniru
Dongeng Monyet dan Unta Peniru - Pada suatu perayaan besar untuk menghormati sang Singa si Raja Hutan, seekor monyet diminta untuk menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian sang Monyet begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang dan gembira melihatnya.
Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir menjadi iri hati. Dia sangat yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang monyet, bahkan mungkin lebih baik lagi, karena itu dia maju ke depan menerobos kerumunan hewan yang menonton tarian monyet, dan sang Unta mengangkat kaki depannya, mulai menari. Tapi unta yang sangat besar itu membuat dirinya kelihatan konyol saat menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-mutarkan lehernya yang kaku dan panjang. Selain itu, sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang besar tetap terangkat ke atas.
Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja Hutan sehingga hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta, mengusirnya keluar sampai ke padang gurun.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng monyet dan unta peniru ini adalah
Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu lakukan.


Dongeng Anjing yang Nakal (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - Anjing yang nakal
Dongeng anjing yang nakal - Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga majikannya mengikatkan sebuah balok yang cukup berat di lehernya agar orang mengetahui kehadiran anjing tersebut dan bisa menghindari anjing itu. 

Tetapi sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung dan balok kayu itu, dia bahkan berlari-larian sambil menyeret-nyeret balok kayu tersebut dengan ributnya untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi tak ada satupun orang yang senang melihat anjing itu.
Seekor anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu seharusnya lebih bijaksana dan berdiam diri di rumah agar orang tidak melihat balok yang dikalungkan di lehermu. Apakah kamu senang bahwa semua orang tahu betapa nakal dan jahatnya kamu?"
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing yang nakal ini adalah
Alangkah baiknya terkenal karena kebaikan, janganlah ditiru menjadi terkenal karena perbuatannya yang tidak baik atau nakal.

Dongeng Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - Ayam jantan yang cerdik
dan rubah yang licik

Dongeng ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik - Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.

"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.

ayam jantan yang cerdik
dan rubah yang licik
"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"
Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh.
"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik ini adalah
Janganlah kita menipu orang lain, jadilah cerdik tetapi tidak licik.

Dongeng Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA



Dongeng - ayam yang berkelahi dan burung elang

Dongeng ayam yang berkelahi dan burung elang - Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam yang berkelahi dan burung elang ini adalah
Janganlah bersikap sombong karena kesombongan dapat berakibat keterpurukan.

Dongeng Babi Hutan dan Rubah (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - babi hutan dan rubah
Dongeng babi hutan dan rubah - Seekor babi hutan sedang sibuk mengasah taringnya pada sebuah batang pohon. Bertepatan dengan saat itu, secara kebetulan lewatlah seekor rubah. Rubah yang suka mengolok-olok teman-teman dan tetangganya, langsung mengoloknya dengan berpura-pura melihat kesana-kemari, seolah-olah takut pada musuh yang tidak terlihat. Tetapi sang Babi Hutan tidak memperdulikan tingkah sang Rubah dan tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Mengapa engkau melakukan hal tersebut?" kata sang Rubah dengan senyum mengejek. "Saya tidak melihat ada musuh dan bahaya di sini."
"Kamu benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya yang mengancam" jawab sang Babi Hutan, "tetapi ketika musuh benar-benar datang, saya tidak akan sempat mengasah taring saya lagi seperti sekarang. Saat musuh dan bahaya datang ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah memiliki senjata untuk menghadapinya."
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng babi hutan dan rubah ini adalah
Selalulah siap siaga dan waspada.

Dongeng Bagaimana mengakali anak yang jahat (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA

Dongeng bagaimana mengakali anak yang jahat - Seorang tua yang sangat kaya, membayangkan dirinya tidak akan dapat hidup lama lagi, karena itu, dia membagi-bagikan harta dan rumahnya secara merata ke anak-anaknya. Tetapi ternyata dia tidak meninggal dunia dan malah hidup menderita setelah itu karena di usianya yang tua, anak-anaknya memperlakukan dia dengan kejam. Betapa jahat dan egoisnya anak-anaknya! Sebelum membagikan hartanya, anak-anaknya berlomba-lomba menyenangkan sang ayah karena berharap akan mendapatkan uang yang lebih banyak dibanding anak yang lain, tetapi sekarang setelah menerima warisan, mereka tidak peduli lagi terhadap ayahnya, mereka bahkan berharap ayahnya cepat meninggal karena hanya membebani mereka saja.
Suatu hari orang tua tersebut bertemu dengan temannya dan menceritakan segala kesedihannya. Temannya merasa sangat simpati dan berjanji untuk membantunya. Tidak berapa lama, temannya tersebut mendapatkan satu cara untuk membantu orang tua tersebut. Dalam beberapa hari dia mengunjungi orang tua tersebut dengan membawa empat kantung yang penuh dengan batu dan kerikil.


Dongeng - Bagaimana mengakali anak yang jahat
"Lihatlah disini, teman," katanya. "Anak-anak mu akan tahu bahwa saya datang ke sini beberapa hari berturut-turut dan akan bertanya-tanya tentang hal ini. Kamu harus berpura-pura bahwa saya datang untuk mengembalikan uang yang saya pinjam dari kamu, dan berpura-puralah seolah-olah uang pinjaman yang saya kembalikan, lebih banyak lagi dari yang engkau pernah miliki. Simpanlah kantung-kantung batu ini, dan jangan biarkan anak-anakmu mendapatkannya atau membukanya selama kamu masih hidup. Saya yakin mereka akan mengubah tingkah laku mereka terhadap kamu. Selamat jalan, saya akan mengungjungi engkau apabila saya sempat."
Ketika anak-anaknya mendengar bahwa ayahnya memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya kembali, mereka mulai berlomba-lomba memberikan perhatian kepada ayahnya, dan hal ini berlanjut hingga orang tua tersebut meninggal dunia. Saat anak-anaknya membuka dengan rakus keempat kantong-kantong yang terlihat berat itu, mereka hanya menemukan batu dan kerikil di dalamnya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bagaimana mengakali anak yang jahat ini adalah
Hormatilah orangtuamu apapun keadaannya, karena orangtua lah yang telah membesarkan anak-anaknya.

Dongeng Bangau dan Rubah Makan Bersama (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA



Dongeng - Bangau dan rubah
makan bersama
Dongeng bangan dan rubah makan bersama- Suatu hari seekor rubah memikirkan rencana untuk mempermaikan temannya - seekor burung bangau yang penampilannya selalu membuat sang Rubah tertawa.

"Kamu harus datang dan menikmati makan siang bersamaku hari ini," kata sang Rubah kepada sang Bangau, sambil tersenyum-senyum karena memikirkan gurauan yang akan diperbuat olehnya. Sang Bangau dengan senang menerima undangan dari sang Rubah dan datang pada siang hari itu.
Untuk makan siang, sang Rubah menyiapkan sup yang disajikan pada piring yang sangat ceper dan hampir datar, sehingga sang Bangau tidak bisa menikmati sup tersebut, hanya ujung paruhnya saja yang bisa menyentuh air sup. Tak setetes sup yang bisa di minumnya, sedangkan sang Rubah menjilati sup tersebut dengan gampangnya sambil tertawa-tawa hingga sang Bangau menjadi sangat kecewa karena telah dipermainkan.
Sang Bangau yang lapar dan merasa tidak senang, tetap berusaha untuk tenang. Lalu kemudian sang Bangau balas mengundang sang Rubah untuk makan siang keesokan hari di rumahnya.
Dongeng - bangau dan rubah
 makan bersama
Keesokan hari, tepat pada saat makan siang, sang Rubah tiba di rumah sang Bangau yang menyediakan ikan yang sangat lezat sebagai menunya, tetapi ikan tersebut di sajikan dalam sebuah guci tinggi yang mempunyai mulut guci yang sempit. Sang Bangau dengan gampang memakan ikan tersebut dengan paruhnya yang panjang sedangkan sang Rubah hanya bisa menjilati pinggiran guci sambil mencium lezatnya makanan yang tersaji. Saat sang Rubah menjadi marah, dengan tenangnya sang Bangau berkata: "Jangan mempermainkan orang karena kamu sendiri pasti tidak suka untuk dipermainkan".
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bangau dan rubah makan bersama ini adalah
Janganlah mempermainkan orang lain karena kita juga tidak suka jika dipermainkan orang lain.

Dongeng Banteng Yang Berkelahi dan Katak di Rawa-rawa (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa
Dongeng banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa - Dua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa menjadi gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.

"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.
"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan terdorong menuju ke rawa-rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk ke dalam lumpur?"
Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah terdorong sampai ke rawa-rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa ini adalah
Hindarilah perkelahian dan janganlah terlibat dalam perkelahian karena damai itu jauh lebih indah.

Dongeng Beruang dan Lebah (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - beruang dan lebah
Dongeng beruang dan lebah - Seekor beruang menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan, menemukan pohon tumbang di mana pada pohon tersebut terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu. Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut,  tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang, menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Beruang tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat seluruh kawanan lebah yg berada dalam sarang, keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang sial itu akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.
 Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng beruang dan lebah ini adalah
Lebih bijaksana untuk berdiam diri menahan diri daripada menambah masalah karena melampiaskan emosi.

Dongeng Biji Pohon Oak Dan Labu (Jean de La Fontaine) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - biji oak dan labu
Dongeng biji pohon oak dan labu - Semua yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna, untuk membuktikannya saya tidak perlu mengelilingi dunia untuk mencarinya, Saya dapat menemukan kesempurnaan itu di dalam sebuah labu.
Seorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh. "Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak. Seharusnya disanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri, "Sebagai contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya di gantungkan pada batang labu yang kurus ini."

Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.
Saat itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan mengeluarkan darah. "Aduh.. aduh..!" teriaknya, "Hidungku berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah labu? Saya tadinya meragukan ciptaanNya, sekarang saya telah mengerti semuanya dengan sempurna."
Lalu sang Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke rumahnya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng biji pohon oak dan labu ini adalah
Semua yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna, untuk membuktikannya kita hanya perlu melihat, mendengar dan merasakan kebesaran-NYA.

Dongeng Bola Kristal (Brothers Grimm) | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng -  bola kristal
Dongeng bola kristal - Dahulu kala, ada seorang wanita penyihir yang memiliki tiga anak yang saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya sebagai saudara, tetapi wanita penyihir tua itu tidak mempercayai anaknya sendiri, dan berpikir bahwa ketiga anaknya ingin mencuri kekuatannya darinya. Penyihir itu lalu mengubah anak sulungnya menjadi burung elang, yang terpaksa tinggal di pegunungan berbatu, dan sering terlihat terbang melayang di langit. Yang kedua, disihir sehingga berubah menjadi seekor ikan paus yang hidup di laut dalam, dan terkadang terlihat di permukaan laut menyemburkan sebuah pancuran air yang besar di udara. Kedua anak ini masing-masing masih bisa berubah bentuk menjadi manusia selama dua jam setiap hari. Anak yang ketiga, karena takut bahwa ibunya yang penyihir ini akan mengubahnya menjadi seekor binatang buas, dengan diam-diam pergi meninggalkan ibunya.
Saat itu, di pusat kerajaan, dia mendengar berita tentang seorang putri Raja yang disihir dan dipenjarakan di istana matahari, sedang menanti datangnya pertolongan. Mereka yang mencoba membebaskan sang Putri, mempertaruhkan nyawa mereka karena tugas untuk menyelamatkan sang Putri, tidaklah mudah. Sudah puluhan orang yang mencoba tetapi gagal, dan sekarang tidak ada orang yang berani untuk menyelamatkan sang Putri lagi.
Si Putra Ketiga menguatkan hatinya untuk mencoba menyelamatkan sang Putri. Dia lalu melakukan perjalanan untuk mencari istana matahari itu dalam waktu yang cukup lama tanpa bisa menemukannya. Suatu ketika, dia tiba tanpa sengaja di sebuah hutan yang besar, dan menjadi tersesat. Tiba-tiba dia melihat di kejauhan, dua raksasa yang melambaikan tangan mereka kepadanya, dan ketika dia datang kepada raksasa tersebut, mereka berkata, 
"Kami bertengkar mengenai sebuah topi, siapa di antara kami yang berhak memilikinya, karena kami berdua sama kuatnya, tak ada satupun di antara kami yang lebih kuat dibandingkan yang lain. Manusia kecil lebih pandai dari kami, karena itu, kami menyerahkan keputusan kepada mu."
"Bagaimana kamu bisa bertengkar hanya karena sebuah topi tua?" kata si Putra Ketiga.
"Kamu tidak mengerti keajaiban topi itu! Itu adalah topi yang bisa mengabulkan keinginan kita; barang siapa yang memakainya, dan berharap untuk pergi ke tempat manapun dia mau, dalam sekejap dia akan tiba di tempat tersebut."
"Berikanlah topi itu kepadaku," kata si Putra Ketiga, "Saya akan berdiri di sana, ketika saya memanggil kalian, kalian harus berlomba lari, dan topi ini akan menjadi milik orang yang lebih duluan tiba di sana." Dia lalu memakai topi tersebut lalu berjalan pergi, dan saat berjalan, si Putra Ketiga berpikir tentang sang Putri, melupakan para raksasa dan berjalan terus. Akhirnya dia mendesah dalam hatinya dan bersedih, "Ah, jika saja saya bisa tiba di istana matahari," tiba-tiba si Putra Ketiga sudah berdiri di sebuah gunung yang tinggi tepat di depan pintu gerbang istana matahari.
Dia lalu masuk dan memeriksa semua kamar, saat sampai pada kamar terakhir dia menemukan putri Raja. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah sang Putri. Wajahnya pucat abu-abu penuh keriput, mata rabun, dan berambut merah."
Apakah kamu adalah putri raja, yang kecantikannya terkenal di seluruh pujian dunia?" tanyanya.
"Ah," jawabnya," ini bukan bentuk saya yang sebenarnya, mata manusia hanya bisa melihat saya dalam keadaan buruk rupa ini, tetapi kamu mungkin bisa melihat bentuk saya yang sebenarnya, lihat melalui cermin ini, karena cermin ini tidak akan salah dan akan menampilkan wajah saya yang sebenarnya."
Dia lalu memberinya cermin yang di pegangnya, dan saat si Putra Ketiga melihat bayangan di dalam cermin, dilihatnya wajah yang paling cantik di seluruh penjuru dunia, dan dia juga melihat butiran air mata yang bergulir di pipi sang Putri. 
Lalu si Putra Ketiga bertanya, "Bagaimana kamu dapat dibebaskan ? Aku tidak takut akan mara bahaya.
Sang Putri berkata, "Dia yang mendapatkan bola kristal, dan mengacungkannya kehadapan penyihir, akan menghancurkan kekuatan sihirnya dengan bola kristal itu, dan saya akan kembali ke bentuk sejati saya. "Ah," dia menambahkan, "sudah banyak yang mencoba dan gagal, kamu begitu muda, saya sangat sedih karena kamu harus menghadapi bahaya yang begitu besar."

"Tidak ada yang bisa mencegah saya melakukannya," kata si Putra Ketiga, "coba katakan padaku apa saja yang harus kulakukan."
"Kamu harus tahu semuanya," kata sang Putri," ketika kamu menuruni gunung di mana istana ini berdiri, kamu akan menemukan seekor banteng liar di dekat sebuah mata air, dan kamu harus berkelahi dengan banteng itu, dan jika kamu bisa membunuhnya, seekor burung yang berapi-api akan muncul yang membawa sebuah telur yang membara, dan sebuah bola kristal terletak di dalam telur tersebut. burung itu tidak akan membiarkan telur tersebut terlepas kecuali dipaksa untuk melakukannya, dan saat telur itu jatuh di tanah, semuanya akan menyala dan membakar segala sesuatu yang berada dekat telur tersebut, dan dengan bola kristal semua masalahmu akan terselesaikan."
Pemuda itu lalu pergi ke mata air, di mana seekor banteng liar mendengus dan berteriak marah padanya. Setelah melalui perjuangan yang panjang, si Putra Ketiga berhasil menusukkan pedangnya ke tubuh hewan itu yang akhirnya jatuh mati. Seketika itu juga, seekor burung api muncul dan hendak terbang, tapi kakak si Putra Ketiga yang berubah bentuk menjadi elang, menukik turun, mengejar burung api tersebut sampai ke laut, dan memukul dengan paruhnya sampai sang Burung Api melepaskan telur yang dipegangnya. Telur tersebut tidak jatuh ke laut, tetapi ke sebuah gubuk nelayan yang berdiri di tepi pantai dan gubuk itu langsung terbakar api. Lalu tiba-tiba muncullah gelombang laut setinggi rumah, menerjang gubuk tersebut hingga seluruh api menjadi padam. Ternyata, saudara lain si Putra Ketiga yang menjadi ikan paus, yang telah mendorong dan menciptakan gelombang laut tersebut. Ketika api itu padam, si Putra Kegita mencari telur itu dan menjadi sangat bahagia saat menemukannya. Kulit telur tersebut menjadi retak dan pecah akibat suhu panas yang tiba-tiba berubah menjadi dingin saat tersiram air, sehingga bola kristal di dalamnya dapat diambil oleh si Putra Ketiga.
Ketika pemuda pergi menghadap ke si Penyihir dan mengacungkan bola kristal itu di hadapannya, si Penyihir berkata, "kekuatan sihir saya telah hancur, dan mulai dari saat ini, kamulah yang menjadi raja di istana matahari. Dengan bola kristal itu juga, kamu telah mengembalikan bentuk saudara-saudara-mu ke bentuk manusia seperti semula."
Si Putra Ketiga pun bergegas menemui sang Putri, dan ketika dia memasuki ruangan, dia mendapati sang Putri berdiri di sana dengan segala kecantikan dan keindahannya, dan tidak lama, merekapun menikah dan hidup berbahagia selamanya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bola kristal ini adalah
Bertengkar itu perbuatan yang tidak terpuji.
Berjuang dengan sunggu untuk mendapatkan sesuatu.

Dongeng Burung Bangau yang Angkuh (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Sang Bangau mencari ikan besar di sungai yang dangkal
Dongeng - burung bangau yang angkuh
Dongeng burung bangau yang angkuh - Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya. Saat itu, sungai di penuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.

"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."
Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"
Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung bangau yang angkuh ini adalah
Jangan bersikap angkuh dan menolak sesuatu yang kecil, karena bisa saja kamu tidak mendapatkan apa-apa karena keangkuhanmu.

Dongeng Burung Elang dan Burung Gagak (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Elang yang menyambar anak domba
Dongeng - Burung elang dan burung gagak
Dongeng burung elang dan burung gagak - Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat pada bulu domba, walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.

Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu lalu mengikat dan mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.
"Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa ayah?"
"itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah dia seekor burung elang."
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung elang dan burung gagak ini adalah

Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan kemampuanmu.

Dongeng Burung Gagak dan Sebuah Kendi (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Burung gagak dan sebuah kendi
Dongeng - burung gagak dan sebuah kendi
Dongeng burung gagak dan sebuah kendi - Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung gagak dan sebuah kendi ini adalah
Janganlah putus asa dan berusahalah dengan pengetahuan dan akal yang kita miliki.

Dongeng Burung Lark yang Bersarang di Ladang Gandum (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Anak-anak burung memberi tahu induknya, pembicaraan yang mereka dengarkan dari sang Petani
Dongeng - burung lark yang bersarang di ladang gandum

Dongeng burung lark yang bersarang di ladang gandum - Seekor burung Lark (burung jenis ini tidak membangun sarangnya di pohon, tetapi di permukaan tanah) membangun sarangnya di permukaan tanah pada suatu ladang gandum. Seiring dengan berjalannya waktu, gandum ini tumbuh makin tinggi, begitu pula dengan anak-anak burung Lark yang tumbuh makin kuat. Suatu hari, ketika biji-biji gandum yang terlihat kuning keemasan terayun-ayun saat tertiup angin, sang Petani dan anaknya datang ke ladang tersebut.

"Gandum ini telah siap untuk kita panen," kata sang Petani. "Kita harus memanggil tetangga-tetangga dan teman-teman untuk membantu kita memanennya."
Anak-anak burung Lark yang masih muda dan kebetulan mendengar pembicaraan tersebut menjadi takut, karena mereka mengerti bahwa hidup mereka berada dalam keadaan bahaya apabila mereka tidak pindah dari sarangnya saat para pemanen datang. Ketika induk burung datang membawakan mereka makanan, mereka langsung menceritakan apa yang telah mereka dengarkan.

"Janganlah takut anak-anakku," kata sang Induk Burung. "Jika petani mengatakan akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya mengerjakan pekerjaannya, gandum-gandum ini tidak akan dipanen dalam waktu dekat.
Beberapa hari kemudian, gandum-gandum di ladang menjadi sangat matang, dan disaat angin bertiup menggoyangkan batangnya, beberapa butir biji gandum jatuh bertaburan di atas kepala burung Lark yang masih muda.
"Jika gandum ini tidak kita panen dalam waktu dekat," kata sang Petani, "kita akan kehilangan setengah dari hasil panen. Kita tidak dapat menunggu datangnya bantuan dari teman-teman kita. Besok kita harus memulai pekerjaan kita, tanpa bantuan orang lain."
Ketika burung Lark muda memberi tahu induknya tentang segala sesuatu yang mereka dengar dari sang Petani, Induknya berkata:
Kalau begitu, kita harus meninggalkan sarang ini secepatnya. Saat seorang manusia mengambil keputusan untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa tergantung pada orang lain, yakinlah bahwa mereka tidak akan menunda pekerjaannya lagi."
Sore itu juga, semua anak-anak burung mengepak-ngepakkan sayapnya dan mencoba untuk terbang, dan saat matahari terbit pada keesokan harinya, Petani dan anak-anaknya mulai bekerja memotong dan memanen gandum yang telah matang. Di ladang gandum tersebut, mereka menemukan sebuah sarang burung Lark yang telah kosong dan ditinggalkan oleh penghuninya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung lark yang berasarang di ladang gandum ini adalah
Bekerja sendiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain, akan terasa senangnya menikmati hasil dari usaha sendiri.

Dongeng Burung Merak yang Angkuh dan Bangau (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Merak yang angkuh tidak dapat terbang seperti burung bangau
Dongeng - burung merak yang angkuh dan bangau
Dongeng burung merak yang angkuh dan bangau - Seekor burung merak yang berjalan dengan penuh keangkuhan, suatu hari bertemu dengan seekor burung bangau, dan untuk membuat sang Bangau kagum, dia merentangkan bulunya yang indah di bawah sinar matahari.
"Lihat," katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan ku? Saya bermandikan kemewahan dan pelangi, sedangkan bulu mu kusam kelabu seperti debu!"
Sang Bangau merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang jauh tinggi ke atas.
"Ikutilah saya kalau kamu bisa," Kata sang Bangau. Tetapi sang Merak hanya bisa berdiri terpaku karena burung merak termasuk jenis burung yang tidak dapat terbang, sedangkan sang Bangau terbang melayang-layang di langit biru dengan bebasnya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng burung merak yang angkuh dan bangau ini adalah
Janganlah kita menyombongkan diri terhadap apa yang kita miliki.

CERITA DONGENG PUTRI DUYUNG | DONGENG ANAK DUNIA

Description: Ariel - Putri duyung

PUTRI DUYUNG
 - Raja Triton adalah raja lautan yang perkasa, ia mempunyai banyak anak perempuan. Mereka mencintai dunia bawah laut dimana tempat mereka tinggal. Tetapi Ariel yaitu anak bungsunya, memimpikan dunia di atas permukaan air, dunia manusia. Meskipun ayahnya telah memperingatkannya agar tidak ke dunia manusia, Ariel mengabaikannya. Dia sering berenang ke permukaan laut untuk melihat dunia yang berada di atas permukaan air.

Description: Putri duyung Ariel dan teman-temannya

Ariel dan sahabatnya yang bernama Flounder, senang sekali mengunjungi Skatel si burung camar. Skatel itu memberitahu mereka tentang segala barang manusia yang ditemukan Ariel di dasar laut. 

Suatu hari Raja Triton mengetahui bahwa Ariel sering pergi ke permukaan laut. Mengetahui itu Raja Triton sangat marah. Dia mencemaskan keselamatan anak perempuannya, Ariel. Raja Triton meminta sahabat kepercayaannya, Sebastian si kepiting untuk mengawasi Ariel.

Description: Ariel senang ke permukaan laut

Beberapa hari kemudian Ariel melihat ada kapal melintas di permukaan laut.

“Manusiaaaa!!!” seru Ariel sambil bergegas berenang mendekati kapal itu. 

“Oh, tidak!” teriak Sebastian si kepiting. Sebastian dan Flounder segera mengejar Ariel.

Ketika Ariel muncul di permukaan air, Ariel melihat sebuah kapal besar penuh pelaut yang bernyanyi dan menari- nari. Mata Ariel bercahaya ketika dia melihat pemuda gagah, para pelaut lain memanggilnya Pangeran Erik. Ariel jatuh cinta pada pangeran Erik di pandangan pertama itu. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan petir menyambar-nyambar. Kapal yang dinaiki Pangeran Erik bukanlah tandingan badai yang dasyat itu. Kapal itu terombang-ambing, ombak begitu besar dan seketika Pangeran Erik terlempar ke laut.

“Aku harus menyelamatkannya!” teriak Ariel. 
Description: Putri duyung Ariel dan pangeran Erik

Dengan cepat Ariel berenang ke tempat Pangeran Erik terlempar, Pangeran Erik hampir tenggelam, lalu Ariel membawanya berenang ke tepi pantai. Pangeran Erik tidak bergerak ketika Ariel menyentuh wajahnya dengan lembut dan menyanyikan sebuah lagu cinta yang indah untuknya. Sebuah nyanyian yang indah dengan suara Ariel yang merdu. Tak lama kemudian Ariel mendengar anak buah Pangeran Erik sedang mencarinya. Ariel tak ingin dilihat manusia. Diciumnya Pangeran Erik, lalu Ariel segera menyelam kembali ke laut.

Pangeran Erik siuman dan menemukan Sir Grimsby, seorang pelayannya yang setia di sisinya. 

“Apa yang terjadi?” Tanya Sir Grimsby kepada Pangeran Erik. 

Dia senang Pangeran Erik masih hidup. 

“Ada seorang gadis,” kata Pangeran yang masih kelihatan bingung. 

“Seorang gadis telah menyelamatkan aku lalu menyanyi. Suaranya begitu merdu. Belum pernah aku mendengar suara semerdu itu. Aku ingin menemukan gadis itu dan aku ingin menikahinya!” Rupanya Pangeran Erik juga telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Raja Triton mendengar bahwa Ariel jatuh cinta pada seorang manusia, mengetahui hal itu Raja Triton sangat marah. Dia segera berenang ke gua tempat Ariel menyimpan koleksi barang-barang miliknya. 

“Ayah, aku mencintainya!” kata Ariel, 
“Aku ingin bersamanya!”. 

“Dia itu manusia, pemakan ikan!” teriak Raja Triton, 
“Tidak boleh!” Diangkatlah trisula saktinya. 

Sambaran-samnbaran kilat dari trisula sakti itu menghancurkan semua harta kesayangan Ariel. Lalu Raja Triton itu pergi. Ariel merasa sangat sedih dan menangis.

Sementara itu, tak jauh dari situ, kekuatan jahat sedang bekerja di kerajaan bawah laut. Seorang penyihir laut yang bernama Ursula, ia dulu memerintah kerajaan bawah laut sebelum Raja Triton, penyihir itu sedang mencari cara untuk menggulingkan kepemimpinan Raja Triton. Melalui bola kristalnya, Ursula melihat Ariel yang sedang menangis. Si penyihir itu mendapat ide, 

“Aku bisa mengalahkan Raja Triton lewat anaknya.”

Lalu si penyihir itu mengirim sepasang pelayan belutnya yang bernama Flotsam dan Jetsam untuk pergi ke gua dimana Ariel berada. Flotsam dan Jetsam berhasil meyakinkan Ariel bahwa Ursula bisa membantunya mendapatkan Pangeran Erik yang dicintainya. Saat itu Ariel sedang sedih sekali, dia mengabaikan peringatan Sebastian si kepiting dan ikut pergi bersama Flotsam dan Jetsam untuk menemui si penyihir laut.

“Aku punya tawaran untukmu, anak cantik,” kata Ursula ketika Ariel sudah memasuki tempat kediamannya. 

“Tawaran?” Tanya Ariel lugu. 

“Ya,” kata si Penyihir, “Aku akan membuatmu menjadi manusia selama tiga hari dan kau akan menemui Pangeranmu. Jika kau bisa membuatnya menciummu sebelum matahari terbenam pada hari ketiga, kau akan bersama selamanya sebagai manusia. Jika dia tidak menciummu, kau akan berubah kembali menjadi putri duyung, dan kau akan menjadi tawananku! Dan imbalan untuk tawaran ini adalah suaramu,” kata si penyihir. 

“Suaraku?” tanya Ariel terkejut, “Aku tak akan bisa berbicara atau menyanyi. Bagaimana aku bisa membuat Pangeran jatuh cinta padaku?”. 

“Kau masih punya wajahmu yang cantik,” jawab penyihir itu.

Lalu Ariel menyetujui tawaran Ursula, si penyihir laut itu menggunakan kekuatan sihirnya. Sihir itu membuat ekor Ariel lenyap. Kini Ariel mempunyai sepasang kaki dan Ariel telah menjadi manusia. Pada saat yang bersamaan suaranya meninggalkan tubuhnya dan ditangkap dalam sebuah kerang oleh si penyihir laut. 

Lalu Ariel ingin mencari Pangeran, Ariel dibantu sahabat-sahabatnya untuk pergi ke pantai. Dia mencoba berbicara kepada mereka, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Tak lama kemudian Ariel bertemu dengan Pangeran Erik, yang telah jatuh cinta kepadanya sejak mendengarnya bernyanyi. Mula-mula Pangeran mengira telah bertemu kembali dengan gadis yang pernah menolongnya. Tetapi Ariel tak dapat berbicara, maka Pangeran Erik mengira bahwa dia keliru. Pangeran Erik kasihan kepada Ariel, ia perlu pakaian, mandi dan juga makan. Lalu dibawalah Ariel ke istananya.

Dalam dua hari berikutnya, Pangeran Erik menyukai Ariel, tetapi dia tetap merindukan si gadis yang bersuara merdu. Ketika sedang berperahu berdua, Pangeran Erik sudah hampir mencium Ariel. Sayangnya Flotsam dan Jetsam membalikkan perahu mereka untuk mengganggu mereka. 

“Hampir saja!” kata Ursula yang menyaksikan melalui bola kristalnya. 
“Aku harus bertindak sendiri!” ujar Ursula. Lalu Ursula meminum ramuan sihir dan berubah menjadi seorang gadis cantik.

Lalu si penyihir laut yang telah berubah menjadi gadis cantik tersebut menemui Pangeran Erik, penyihir itu menggunakan suara merdu Ariel yang disimpannya dalam kerang dan digantungkan di lehernya. Dan seketika pangeran Erik merasa telah menemukan gadis cantik dengan suara merdu yang telah menyelamatkannya.

Pada pagi hari ketiga, istana menjadi sibuk. Pangeran Erik akan menikah dengan seorang gadis cantik yang baru saja dijumpainya itu, yang tak lain adalah penyihir laut yang berubah menjadi gadis cantik dengan sihirnya.

Ariel pun patah hati, kasihan sekali Ariel... 

Upacara pernikahan tersebut akan berlangsung di atas kapal baru Pangeran Erik. Skatel kebetulan terbang melintasi kapal itu, tepat ketika si pengantin putri melewati cermin. Bayangan yang terpantul di cermin adalah bayangan Penyihir Laut. Skatel menyadari bahwa Pangeran Erik telah ditipu. 

Lalu dia segera menjelaskan hal ini kepada Ariel dan teman-temannya yang lain. Dengan cepat Sebastian menyusun rencana. Flounder membantu Ariel untuk naik ke kapal Pangeran Erik. Skatel mengatur sekawanan camar temannya untuk menunda pernikahan. 

“Aku akan memberitahu Triton akan hal ini,” kata Sebastian.

Pernikahan Pangeran Erik dan si gadis hampir dilaksanakan, ketika sekawanan burung camar yang dipimpin oleh Skatel, meluncur turun menyerang si pengantin putri. Pengantin putri berteriak. Suara yang keluar adalah suara Penyihir Laut. Ariel naik ke geladak tepat ketika Skatel berhasil menjatuhkan kerang yang berisi suara Ariel dari leher si gadis. Kerang itu pecah dan suara Ariel kembali kepadanya.

“Oh, Pangeran Erik, aku mencintaimu,” kata Ariel. 

“Rupanya memang kau,” kata Pangeran Erik. 

Matahari menghilang di ufuk barat, tepat ketika mereka akan berciuman. Waktu tiga hari yang diberikan kepada Ariel telah habis. Dia berubah kembali menjadi Putri Duyung, sementara si gadis juga berubah menjadi Penyihir Laut. Ursula menyambar Ariel dan terjun ke laut.

Berkat pemberitahuan Sebastian, Raja Triton sudah menunggu di sarang Ursula ketika mereka tiba di sana. 

“Kulepaskan anakmu jika kau mau menjadi gantinya,” seru Ursula. 

Raja Triton setuju. Sekarang Raja Triton yang menjadi tawanan Ursula menggantikan Ariel. Ursula memiliki trisula sakti Triton dan menguasai kerajaan bawah laut. Tiba- tiba sebuah pedang menusuk bahu penyihir laut itu. Rupanya Pangeran Erik datang untuk menyelamatkan Ariel. Ariel berenang ke permukaan laut bersamanya. Tetapi Ursula mengikuti tepat di belakang mereka. Seiring dengan bertambahnya kemarahannya, tubuhnya pun semakin besar, sampai muncul ke atas permukaan laut.

Kemudian Pangeran Erik berenang ke arah kapalnya, lalu segera naik. Lalu Pangeran Erik segera menuju ke kemudi dan diarahkan kapalnya ke tubuh Ursula. Tepat ketika Ursula akan mengirim sambaran kilat ke arah Ariel dengan trisulanya, kapal Pangeran Erik menabraknya. Si Penyihir Laut yang jahat binasa.

Karena Penyihir Laut telah mati, Raja Triton bebas. Dia muncul ke atas permukaan laut dan memegang trisulanya. Raja Triton melihat Ariel sedang menatap Pangeran Erik dengan tatapan cinta. 

“Ariel sangat mencintai pangeran itu,” kata si Raja Lautan kepada Sebastian yang berada di sampingnya. 

Sebastian mengangguk. 

“Aku akan rindu padanya,” Raja Triton menambahkan, kemudian diangkat trisula saktinya dan diarahkannya kilat ke arah ekor Ariel.
 Description: Ariel dan Pangeran Erik hidup bersama

Seketika ekor si PUTRI DUYUNG lenyap dan sekali lagi dia punya kaki. Ariel sekarang menjadi manusia sungguhan. Pangeran Erik pun mencium gadis yang dicintainya itu. Tak lama kemudian mereka menikah dan berlayar bersama.

Cerita Dongeng Misteri Dasi | DONGENG ANAK DUNIA


Description: gambaran dasi

Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos, bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri.
Carlo anak yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar melukis dasi.

Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Ada yang bisa saya bantu,pak?" Carlo gugup.
"Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak..." kata Doktor Agam lembut. "Aku ada acara besok malam."
"Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?" tanya Carlo bersemangat.
"ehmmmm...putih polos."

Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.

"Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak," jelas Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
"Oh, luar biasa! Aku akan membelinya."
Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor Agam.

"Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku," undang Doktor Agam.
Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.

"Selamat datang,"sambut Doktor Agam. "Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?"
"Tentu, pak," bisik Carlo.
Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.

Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.

Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat ayahnya.

Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.

Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.
"Terima kasih telah mengundang kamu!" pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.

"Silakan mengunjungi toko kami lagi. Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda," kata Carlo. Doktor Agam tampak jengkel.
"Dasi? siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!" bisiknya menghardik.
Tentu saja Carlo terkejut. "Uh, aneh sekali Doktor Agam!"
Carlo beranjak pergi. Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam. Mata Carlo terbelalak. Mulutnya  menganga.
"Yuk pulang! Doktor Agam pasti kecapekan," ajak ayah Carlo.
"Di... dia b-bbbbukan Doktor Agam!" seru Carlo.

Ayah Carlo terkejut. Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.
Para tamu gempar. Polisi segera beraksi. Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam diculik. Ia digantikan oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip Doktor Agam. Para penari topeng itu ternyata anggota kawanan penculik. Mereka berkomplot dengan asisten Doktor Agam. Polisi berhasil menangkap mereka semua.

"Bagaimana kau tahu dia bukan Doktor Agam?
Dia meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat keadaan sudah tenang.

"Ada yang berbeda," kata Carlo. " Dasi Doktor Agam bergambar gelombang laut, raumput laut dan dua ikan uang berenang. Tetapi, gambar ikan pada dasi Doktor Agam asli menghadap ke kanan, sedangkan yang palsu menghadap ke kiri. Aku tahu, sebab akulah pelukisnya!"

Semua orang berdecak kagum. Mereka memuji ketelitian Carlo. Polisi kini tahu, asisten Doktor Agam yang membuat tiruan dasi bergambar ikan itu. Namun, tiruannya tidak sempurna. Ketika pulang, wajah Carlo berseri-seri. Ia senang, Doktor Agam berhasil dibebaskan dari penculikan.

Demikianlah cerita dongeng misteri dasi, semoga dapat menghibur dan senang membacanya.

DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng - Cerita gunung
Dongeng cerita gunung - Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak : "AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!." Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah."AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."
Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : "Siapa kamu?" Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?" dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: "Saya mengagumimu!" dan suara itupun kembali : "Saya mengagumimu!."
Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : "Penakut" Dia masih menerima jawaban yang sama, "Penakut!."
Dia menatap ayahnya dan bertanya : "Apa yang sedang terjadi?" Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : "Sayang, perhatikan." Kembali ayah akan berteriak : "Kamu Juara." Diapun menerima jawaban yang sama : "Kamu Juara."
Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup.
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cerita gunung ini adalah
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita katakan dan perbuat.

Dongeng Cincin di dalam Perut Ikan (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Si Gadis menemukan cicin di dalam perut ikan
Dongeng - cincin di dalam perut ikan

Dongeng cincin di dalam perut ikan - Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan Inggris) yang juga merupakan seorang yang menguasai ilmu sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari, ketika anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan anaknya.

Dia menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan menikah dengan seorang gadis dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun mengetahui bahwa ayah dari gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah memiliki lima anak.
Secepatnya dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan saat dia mendekati rumah pria yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat pintu, dengan muka sedih dan muram.
Sang Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata, "Apa yang terjadi, wahai Bapak yang baik?"
Pria yang ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah memiliki lima orang anak, dan sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang anak perempuan. Di mana aku bisa mendapatkan roti untuk untuk mengisi perut mereka, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan."
"Jangan berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron. "Jika hanya itu masalah Anda, aku dapat membantu Anda. Kebetulan aku sedang mencari anak perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan, Aku akan memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."

"Terima kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain mendapatkan uang, bayi perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang layak, karena itu dia lalu masuk ke dalam rumah serta keluar kembali sambil membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu menyerahkannya kepada sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya lalu menaiki kudanya dan pergi bersama bayi tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang bayi tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu berkata sambil berkuda untuk pulang ke kastilnya:
"Pergilah bersama takdirmu!"
Tetapi gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu menahannya agar tidak tenggelam untuk sementara waktu, dan dia pun terapung-apung di sungai, hingga akhirnya terdampar di depan sebuah gubuk nelayan yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan istrinya ini tidak memiliki anak dan mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Saat nelayan tersebut melihat bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia dan membawanya pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya, yang menerima bayi tersebut dengan tangan terbuka.
Di sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu dengan beberapa orang sahabatnya di sepanjang tepi Sungai Ouse, dan berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.
Seorang gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka. Sahabat-sahabat sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah satu di antara mereka berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan menikah dengan siapa?"
"Oh, itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba meramal nasibnya. Mendekatlah ke sini, Anakku, dan katakanlah, kamu dilahirkan pada hari apa?"
"Aku tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu. "Aku ditemukan di sini setelah terbawa oleh arus sungai sekitar lima belas tahun yang lalu."
Seketika itu juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si Gadis ini, dan ketika mereka beranjak pergi dari gubuk nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si Gadis itu, "Aku akan memperbaiki keberuntunganmu. Ambil dan bawalah surat ini kepada saudaraku di Scarborough, dan kamu akan mendapatkan balasan yang cukup untuk menghidupi diri kamu seumur hidup."
Si Gadis itu pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan mengantarkannya. Tetapi gadis itu tidak menyadari bahwa isi surat itu berbunyi seperti ini:
"Saudaraku tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!
Salamku, Albert."

Tanpa mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat menuju ke Scarborough, dan di tengah perjalanan dia bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam itu sekawanan perampok masuk ke penginapan dan mencari harta dari tamu-tamu penginapan. Mereka menggeledah kantung dan saku para tamu, dan mereka menemukan surat yang di bawa oleh si Gadis.
Saat perampok tersebut membuka dan membaca surat sang Baron, mereka menjadi iba terhadap nasib si Gadis dan menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam. Pimpinan kawanan perampok itu pun mengambil pena dan kertas lalu menulis surat yang bunyinya:
"Saudaraku tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan putraku segera!
Salamku, Albert."

Kemudian surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan kepada si Gadis itu, dan menyuruhnya untuk melanjutkan perjalanan. Dia pun berangkat menuju kastil saudara sang Baron di Scarborough, di mana putra sang Baron menginap. Ketika dia memberikan surat kepada saudara sang Baron, saudara sang Baron langsung menyiapkan pernikahan pada hari itu juga. Putra sang Baron, saat melihat gadis cantik ini, langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk dinikahkan.
Ketika kabar pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron, dia merasa bahwa itu sudah menjadi takdir, tetapi sang Baron masih merasa keras kepala dan tidak mau menerima takdir itu begitu saja. Dia pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia berpura-pura senang dengan pernikahan tersebut. Suatu hari, ia meminta agar si Gadis menemani dia berjalan-jalan di sepanjang tebing pinggiran laut.
Saat si Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang tangannya dan akan mendorong gadis tersebut ke pinggiran tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang Baron menaruh belas kasihan kepadanya, dan membiarkannya untuk tetap hidup.
"Aku tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya. "Jika Anda mengampuni aku, maka aku akan melakukan apapun yang Anda inginkan, aku tidak akan pernah melihat Anda atau anak Anda lagi kecuali Anda menginginkannya."
Kemudian sang Baron pun melepaskan cincin emasnya dan melemparkannya ke laut, sambil berkata, "Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa memperlihatkan cincin itu kepadaku," seru sang Baron sembari membiarkan si Gadis berlalu dengan airmata berlinang.
Gadis malang itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus menerus hingga akhirnya tiba di sebuah kastil besar. Dia pun memohon untuk diterima bekerja di kastil itu. Orang-orang di kastil menerima si Gadis itu, dan mempekerjakannya sebagai juru masak istana karena dia telah terbiasa melakukan pekerjaan tersebut saat tinggal di gubuk ayah angkatnya yang nelayan.
Pada suatu hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang datang ke kastil, dan dia sangat terkejut saat melihat beberapa tamu tersebut tidak lain adalah sang Baron, saudara sang Baron, dan putra sang Baron yang juga merupakan suaminya. Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, berdasarkan janjinya, dia seharusnya pergi dan menghindar. Tetapi akhirnya dia berkesimpulan bahwa mereka tidak akan melihatnya di dapur kastil sehingga perasaannya menjadi sedikit lega, dan melanjutkan pekerjaannya sambil menghela napas panjang.
Dia pun mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus untuk dijadikan menu hidangan makan malam. Saat dia sedang membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang bersinar di dalamnya, dan apa yang dia temukan di dalam perut ikan? Tidak lain adalah cincin emas sang Baron yang dilemparkan oleh sang Baron dari pinggir tebing. Si Gadis sangat girang melihat cincin tersebut, kemudian dia pun memasak ikan selezat mungkin untuk disajikan nanti.
Saat hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat menyukainya sehingga mereka ingin sekali bertemu dengan orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan pun memanggil si Gadis untuk datang ke hadapan sang Baron. Si Gadis kemudian membersihkan badannya dan merapikan penampilannya, serta memakai cincin emas milik sang Baron pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk menghadap para tamu yang ingin melihatnya.
Ketika para tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut adalah seorang gadis yang sangat cantik, mereka pun menjadi terkejut dan terpukau. Putra sang Baron sangat gembira melihat kehadiran istrinya, tetapi Sang Baron yang melihat gadis itu, menjadi sangat marah dan bergerak hendak memukul si Gadis. Tanpa mengucapkan sepatah kata, gadis itu mengangkat dan memperlihatkan jari tangannya yang memakai cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia membuka cincin tersebut serta meletakkannya di atas meja.
Akhirnya sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu melawan dan mengubah takdir, dan dia pun memegang tangan si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang hadir bahwa si Gadis adalah istri dari putranya.
"Ini adalah istri dari putraku. Marilah kita minum untuk menghormatinya." kata sang Baron.
Saat selesai makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk ikut bersama putranya pulang ke kastilnya, dan di sanalah si Gadis bersama suaminya hidup berbahagia selamanya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cincin di dalam perut ikan ini adalah
Kalahkanlah ego diri dan emosi sesaat, dan dahulukanlah kebaikan bersama.

DONGENG BANGSAWAN DAN TUKANG KEBUNNYA | DONGENG ANAK DUNIA

Dongeng Bangsawan dan Tukang Kebunnya ditulis oleh BE. Priyanti

DONGENG BANGSAWAN DAN TUKANG KEBUNNYA
Tuan Brandon adalah bangsawan yang sangat kaya. Dia mempunyai seorang tukang kebun yang rajin, bernama Jack. Tukang kebun ini bertugas mengurus tanaman di kebunnya yang megah. Ia tinggal tak jauh dari rumah tuannnya.
Tuan Brandon sangat sombong. Ia sama sekali tidak menghargai Jack, meski Jack telah setia mengabdi bertahun-tahun padanya. Selama ini, ia hanya menganggap Jack sebagai pembantu miskin yang diupahnya setiap bulan.
Walau dipandang sebelah mata, Jack dan keluarganya tetap bahagia. Ia dan keluarganya bersyukur bisa bekerja di rumah besar itu.
Suatu malam, Tuan Brandon dan keluarganya mengadakan pesta. Jack dan istrinya menyiapkan banyak rangkaian bunga yang indah. Para tamu terpesona dengan rangkaian bunga itu. Mereka ingin bertemu dengan Jack, si tukang kebun. Tetapi Tuan Brandon berkata dengan kasar,
"Ah, tidak perlu. Jack hanyalah tukang kebun yang tua dan kotor. Kalau kalian ingin bertemu dengannya, itu sama saja dengan mengotori diri kalian yang sempurna sebagai seorang pahlawan."
Akhirnya tak seorang pun yang menanyakan Jack lagi.
Jack sangat sedih mendengarnya. Dia juga tak pernah berharap untuk bertemu dengan para tamu bangsawan. Dia hanya merasa tidak suka disebut orang yang kotor.
Begitulah setiap saat. Tuan Brandon, si bangsawan kaya itu, selalu merendahkan tukang kebunnya. Walaupun begitu, kehadiran Jack selalu diharapkannya untuk mengurus halaman rumahnya yang sangat luas itu.
Malam itu langit sangat gelap dan dingin. Angin bertiup kencang. Tuan Brandon merasa tubuhnya tidak enak dan kedinginan. Maka dia menyalakan perapian dan duduk disana untuk menghangatkan badan.
Kini tubuhnya terasa panas dan berkeringat. Tuan Brandon membuka salah satu jendela besar di ruangan itu. Angin mengalir masuk. Tuan Brandon terkantuk-kantuk di kursinya yang empuk.
Karena angin bertiup cukup kencang, lidah-lidah api pada perapian mulai menari-nari. Lidah api itu meliuk ke kanan dan kiri. Mencoba menyambar apa saja yang ada di sekitarnya.
Benar saja, lidah api menyambar sebuah buku. Buku itu mulai terbakar. Apinya juga menyambar barang-barang lain di dekatnya. Bahkan lampu minyak di sebelahnya ikut terbakar. Api mulai membesar. Ruangan itu kini dipenuhi asap dan nyala api.
Tuan Brandon terbatuk-batuk bangun. Dia tidak bisa melihat apa-apa. Matanya perih terkena asap. Nafasnya sesak. Dia berteriak-teriak minta tolong.
Sebuah tangan keriput terulur menariknya. Sosok itu membantunya keluar dari ruangan itu dan merebahkannya di rerumputan halaman rumah. Dengan sigap sosok itu berlari masuk kembali sambil membawa ember berisi air.
Tuan Brandon menangis melihat api membakar rumahnya. Angin yang bertiup kencang semakin membantu api itu menghabiskan bangunan rumah. Karena terlalu kaget, Tuan Brandon pun pingsan. Keesokan paginya, Tuan Brandon terbangun. Dilihatnya rumahnya yang besar tinggal puing-puing saja. Dia sangat sedih. Hartanya habis.

Tiba-tiba, sekumpulan orang mendatanginya. 
Salah satu dari mereka bertanya kepadanya, "Tuan mari ikut ke pemakaman. Tuan harus mengantarkan orang yang sangat berjasa kepada Tuan, menuju tempat peristirahatan terakhirnya."

Tuan Brandon tertegun. "Siapa orang yang sangat berjasa kepadaku itu?"
"Dia Jack, si tukang kebun, Tuan. Dia meninggal karena berusaha menyelamatkan Tuan dan rumah besar Tuan," jelas orang yang lain.
Tuan Brandon menundukkan kepalanya. Ia menangis. Ia tak menyangka, Jack yang selama ini tak dihargainya, malah menyelamatkan nyawanya. Tapi apalah artinya penyesalan yang datang terlambat.

DONGENG CERMIN DI DINDING | DONGENG ANAK DUNIA


Dongeng Cermin di Dinding ditulis oleh Dian Kristiani
DONGENG CERMIN DIDINDING
Cermin, cermin di dinding, siapakah yang paling cantik di kota ini?" tanya Reina. Cermin besar yang tergantung di tembok kamar Reina pun menjawab, "Kaulah Reina yang cantik. Sayang, bukan kau yang memiliki hati terbaik."

Description: Dongeng Cermin di Dinding

"Lagi-lagi jawabanmu seperti itu!" teriak Reina kesal. "Aku kan hanya bertanya siapa yang paling cantik? Aku tak perlu menjadi anak yang baik hati. Menjadi anak cantik, jauh lebih menyenangkan,"katanya lagi.

"Tak ada gunanya menjadi anak cantik jika hatimu tak baik,"jawab cermin itu tenang.

Reina memang cantik. Rambutnya cokelat tua, matanya bersinar-sinar, dan kulitnya pun halus sekali. Sayangnya, ia egois. Ia tak bisa melihat makhluk lain senang.

Reina sering sengaja menginjak sarang semut di halaman rumahnya. Ia juga sering memetik bunga-bunga yang masih kuncup. Yang paling parah, Reina sering mengejek teman-temannya. Ada saja yang dijulukinya si gendut, si ceking, si hidung melon, atau si rambut sarang burung.

Kini, Reina tak punya teman sama sekali. Ia kesepian, tetapi masih tak sadar juga. Satu-satunya temannya adalah cermin di dinding kamarnya itu. Tetapi, akhir-akhir ini, cermin itu juga membuatnya marah.
Suatu pagi, lagi-lagi Reina bertanya, "Cermin, cermin di dinding, siapakah yang paling cantik di kota ini?"

Jawaban dari cermin tetap sama. "Kaulah Reina yang tercantik. Sayang, bukan kau yang memiliki hati terbaik."
Kali ini Reina benar-benar marah. "Mengapa kau selalu berkata begitu?" katanya.

"Reina sayang, lihatlah dirimu. Apakah kau punya sahabat? Itu semua karena tingkah lakumu. Coba kau sedikit bersikap manis pada teman-temanmu, juga pada makhluk lain. Aku yakin, sebenarnya kau tak suka hidup kesepian seperti ini," jawab cermin panjang lebar.

Reina semakin marah. Ia membanting cermin itu. PRAAANG! Cermin itu jatuh berkeping-keping. Reina lalu menyimpan serpihannya ke dalam kardus, dan menaruhnya di bawah tempat tidurnya.
Aku akan membuangmu jauh-jauh nanti," katanya kesal.

Kini Reina benar-benar tak punya teman. Hari-harinya bertambah sepi sejak cermin itu tak lagi ada di dinding kamarnya. Reina pun berusaha menghibur dirinya sendiri. Ia berjalan-jalan ke teras rumahnya.

"Aha... semut-semut ini membangun sarang lagi ya? He he... rasakan ini!" katanya sambil mengangkat kaki. Ia siap menginjak sarang semut itu ketika tiba-tiba ia teringat kata-kata si cermin.
"Aku harus bersikap manis? Ah, ini kan cuma semut?" pikirnya.

Reina menghela nafas. Ia akhirnya tak jadi menginjak sarang semut itu. Ia duduk dan memandangi semut-semut yang sedang mengumpulkan makanan.
"Hmmm.... mereka sungguh kompak. Kerja sama yang bagus, gumamnya.
Reina lalu melihat bunga-bunga di sekitarnya. Tangannya terulur hendak memetik kuncup bunga. Tetapi pandangannya lalu teralih pada bunga-bunga lain yang mekar.

"Indah sekali. Kenapa aku baru melihatnya ya?" Reina sadar, ia tak pernah melihat bunga bermekaran karena ia selalu memetiknya saat mereka masih kuncup!

Reina tak jadi memetik kuncup bunga. Ia mengambil gunting dan keranjang. Ia menggunting bunga-bunga yang mekar dan menaruhnya di keranjang.
"Aku akan merangkainya untuk ibu,"katanya senang.

Saat hendak masuk ke rumah, lewatlah Rosa, temannya yang bertubuh gemuk.
"Hai gen... "Reina tak meneruskan kata-katanya. "Hai Rosa, kau mau kemana? Temani aku merangkai bunga, yuk!" sapanya.
Rosa membelalakan matanya, seolah tak percaya.
"Ayo! Aku suka merangkai bunga,"jawab Rosa.
Siang itu, Reina dan Rosa sibuk merangkai bunga. Ibu Reina gembira saat menerima rangkaian bunga itu.

Setelah Rosa pulang, Reina kembali ke kamarnya. Ia pun kembali kesepian. Ia lalu teringat pada serpihan cermin yang belum dibuangnya. Diambilnya kardus tempat ia menyimpan serpihan cermin tadi. Reina berusaha merekatkan pecahan cermin itu. Beberapa jam kemudian, pekerjaan Reina pun selesai. Cermin itu kembali ia gantung di dinding, meskipun tak lagi sempurna.

"Cermin, cermin di dinding, maafkan aku karena telah membantingmu. Rupanya kau benar, sedikit bersikap manis telah membuat hatiku gembira. Hari ini aku belajar banyak hal. Aku baru tahu jika semut itu hewan yang kompak. Aku juga baru tahu kalau Rosa pandai merangkai bunga."

Cermin diam tak menjawab. Reina sedih. Ia tahu, cermin itu mungkin telah rusak. Cermin itu tak lagi bisa diajaknya bercakap. Reina bertekad, ia tak mau pengorbanan cermin itu sia-sia. Esok, ia akan belajar bersikap manis lagi terhadap semua teman dan makhluk hidup. Esok, dan esok, dan esok, dan selamanya, ia akan bersikap manis.

DONGENG CINDELARAS | DONGENG ANAK DUNIA

Description: dongeng cindelaras
DONGENG CINDELARAS

Raden Putra adalah raja kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencakan suatu yang buruk kepada permaisuri.

"Seharusnya akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya.

Selir baginda berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri.

"Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib.

Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.

Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.

"Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih.

Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja mengangguk puas ketika sang patih melaporkan kalau ia sudah membunuh permaisuri.

Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan.

Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekora rajawali menjatuhkan sebutir telur.

"Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku."

Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan!

"Kukuruyuuk.... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra.."

Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan.

Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah diijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya.

Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.

"Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya.

"Baikalh," jawab Cindelaras.

Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.

Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangya untuk mengundang Cindelaras.

"Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.

Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.

Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.

"Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" tanya Baginda Raden Putra.

Cindelaras segera membungkuk seperti membisikan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi.

"Kukuruyuuuk.... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang.

Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras.

"Benarkah itu?" tanya Baginda keheranan.

"Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.

"Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra.

"Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka.

Kemudian selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahanya.

Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.

DONGENG EMPAT PENARI | DONGENG ANAK DUNIA


Description: dongeng empat penari
DONGENG EMPAT PENARI
Tante Calya menyisir rambut dengan tangan, merenung. Uh, sepertinya tante Calya tidak peduli pada Li-el. Tetapi lama-lama Li-el mengerti. Tante Calya sedang sangat sibuk berpikir.

"Aduh!" seru tante Calya, terdengar kesakitan.

Li-el mendongkak kaget. Hampir saja dia menjatuhkan kalung manik-manik yang susah payah dirangkainya.

Tante Calya menyesali beberapa helai rambut di tangannya. "Kenapa yang tercabut yang hitam?" keluhnya.

Kalau ubannya yang tercabut, pasti tante Calya tidak terlalu kesal. Li-el menyembunyikan tawa gelinya dengan pura-pura batuk. Dia buru-buru mencari Petra.

Petra sedang kebingungan di depan kamarnya, memegangi pakaian penari jawa. Pakaian milik Zea itu akan dipinjam Li-el.

"Kenapa mengambil pakaian saja lama sekali?" ujar Li-el.

Petra justru mengangkat bahu. Mengherankan. Li-el mengambil pakaian tersebut. Saat Li-el akan kembali menemui tante Calya, Petra menahannya.

"Jangan! cegah Petra. "Bahaya!"
Li-el tertegun. Kenapa ya, pakaian penari Jawa bisa jadi bahaya? Sebelum Petra sempat mengatakan sesuatu, tante Calya muncul. Pandangan tante Calya terpaku pada pakaian di tangan Li-el. Wajahnya berubah tegang, lalu berlalu begitu saja.

Tanpa bilang apa-apa, Petra mengajak Li-el ke kamarnya. Bukannya menjelaskan, Petra justru mengambil kertas. Dia mulai menulis sesuatu.

"Bisa-bisanya Petra menulis cerpen di saat begini?" pikir Li-el bingung. Soalnya, Petra tampak menulis cukup panjang.l Namun, Li-el mencoba tidak bertanya-tanya.

Petra lalu menyerahkan kertasnya. Li-el membaca dengan wajah berkerut.

"Waktu tante Calya berusia sekitar sepuluh tahun, tante Calya dan tiga temannya berlatih tari golek. Mereka akan tampil di pertunjukan 17 agustus. Susah sekali menghafal gerakannya. Mereka jadi sering saling menyalahkan. Suatu kali, tante Calya dan tante Meta bertengkar. Tante April yang malas mendengar pertengkaran mereka, pergi diam-diam. Sedihnya tante April tertabrak sepeda motor. Akibatnya jalan tante April menjadi agak timpang. Sejak saat itu, mereka tidak pernah menari lagi. Tante Calya juga selalu sedih setiap kali melihat kostum menari. Aku lupa menyembunyikan pakaian itu. Tante Calya melihatnya kemarin. Pasti tante Calya sedang sedih sekarang."

Li-el terbelalak. "Jangan-jangan, mereka masih bermusuhan?"
"Sssst!" Petra menempelkan telunjuknya di bibr. Petra sengaja menuliskan di kertas kejadian masa lalu tante Calya itu. Petra tak ingin tante Calya mendengarnya dan semakin sedih.

Li-el meringis bersalah.
"Mereka tetap berteman. Tante April juga tidak menyalahkan siapa-siapa," ujar Petra sedih." Tapi mereka berempat tidak seakrab sebelumnya."

Ah, ternyata tante Calya punya kenangan sedih. Bagaimana cara membuat mereka berempat tidak merasa bersalah lagi? Li-el merenung.

"Siapa tante yang terakhir?" ujar Li-el penuh semangat.

Petra hanya memandang Li-el, tidak mengerti. Pelan-pelan matanya berbinar. "Tante Irma," balas Petra bersemangat. "Yuk kita menemuinya!"

Li-el dan Petra seperti detektif saja, menyelidiki kesana kemari secara rahasia. Berhasil juga keduanya mengetahui alamat tante Irma. Mereka ingin tante Calya dan teman-temannya melakukan pertunjukan tahunan di sekolah. Tante Calya dan teman-temannya kan alumni sekolah, jadi boleh saja. Sepertinya, tante Irma yang paling cocok untuk membujuk teman-temannya.

"Kami tidak ingin menari lagi," tolak tante Irma." Sebenarnya kami tidak berbakat."

"Terus kenapa dulu tante dan teman-teman tante menari?" tanya Li-el.
Tante Irma menghela nafas. "Kami merasa tari golek itu indah sekali. Biarpun gerakan kami tidak luwes, kami ingin menarikannya walau hanya sekali."

Mereka sudah berusaha keras bertahun-tahun. Terus berusaha menari, meskipun sulit untuk mereka. Sekarang saatnya mewujudkan mimpi itu. Bersama-saa menarikan sebuah tarian indah sebagai empat sahabat yang kompak.

"Tante Irma bisa menjadi penengah," ujar Li-el. "Saatnya menyatukan persahabatan, menari bersama dengan indah."

Tante Irma dan Petra terpana. Cara Li-el berbicara memang biasa saja, namun kata-katanya tetap seperti puisi. Tidak sia-sia Li-el menghafalkan kalimat itu di rumah. Lama-lama, tante Irma bersedia. Sepertinya sih gara-gara takut Li-el meneruskan puisi anehnya, hi hi hi....

Meskipun harus berusaha keras membujuk teman-temannya, tante Irma berhasil juga. Tiga hari kemudian, tante Calya dan teman-temannya mulai sibuk berlatih. Mereka benar-benar bersemangat. Kelihatannya mereka juga melupakan apa yang terjadi dulu.

Empat penari ini pun berlatih dan persahabatan mereka seindah tarian mereka -

DONGENG ISTANA PASIR | DONGENG ANAK DUNIA

oleh Vanda P.
DONGENG ISTANA PASIR
Luna, saudara Oki datang berlibur ke rumah Oki. Luna adalah seorang penyihir cilik. Wajahnya cantik. "Ki, besok aku berulang tahun. Itu sebabnya aku kesini! Aku ingin merayakannya disini!" ujar Luna.

Wah, Oki pusing juga. Ia lalu berjalan ke pantai, sambil mencari ide. "Apa yang harus kulakukan untuk memeriahkan ulang tahun Luna?" pikir Oki sambil bermain pasir. Tanpa disadari, ia membuat sebuah istana dari pasir.

"Wah bagus sekali istana pasirmu!" ujar Luna yang tiba-tiba muncul. "Andai aku putri raja, tentu ulang tahunku dirayakan di istana. Asyik,ya!" Luna mengkhayal. "Ah aku ada akal!" gumam Oki seketika.

Oki lalu menemui Nirmala. Ia membisikkan sesuatu. "Oooo.... beres, Ki!" ujar Nirmala sambil tersenyum lebar. "Eh itu pak Dobleh! Kau juga bisa minta tolong padanya untuk membuat makanan!" saran Nirmala.

Oki lega karena pak Dobleh tak menolak permintaannya. "Akan kubuatkan makanan yang enak untuk pesta saudaramu!" janji pak Dobleh. Kini Oki mengundang teman-teman kurcacinya untuk datang ke pesta Luna.

Esoknya, pagi-pagi sekali Oki dan Nirmala ke pantai. Oki kembali membuat istana dari pasir. Lalu, "sim salabim!" Nirmala menyulap istana pasir itu menjadi istana betulan. Indah dan megah. "Wah Luna pasti senang!" seru Oki riang.

Description: dongeng istana pasir

Wuah, lihatlah! Meriah sekali pesta ulang tahun Luna. Pak Dobleh menghidangkan makanan lezat di atas cangkang-cangkang kerang. Kurcaci-kurcaci datang membawa hadiah. Ratu bidadari pun datang. Ia menghadiahi Luna sebuah mahkota mungil. Hmmm... Luna jadi seperti putri raja kan? "Terima kasih, semuanya! Ini pesta ulang tahunku yang paling meriah!" gumam Luna bahagia.

DONGENG KANCIL DAN TIKUS | DONGENG ANAK DUNIA

Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca rajin dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas dan suka menjahili teman-temannya.



Description: dongeng kancil dan tikus

Pada suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya, Manggut menjawab dicuri tikus.

"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.

"Iya betul kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.

Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke rumahnya.

"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus.

"Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus.

"Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata Manggut.

"Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana!" kata Kanca mengakhiri percakapan.

Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan.

Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terperangkap.

Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura tenggelam dalam sungai.

"Aaa...Manggut, tolong aku...!" teriak tikus.

Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.

Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan. Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

DONGENG KEJUTAN KAKEK | DONGENG ANAK DUNIA

oleh Pupuy Hurriyah

Description: kejutan kakek
Apa kejutan kakek kali ini? Jodi, Jenny, Gina, Bobi, dan aku mencoba menerka. Kami, lima sepupu selalu mengisi liburan sekolah di rumah kakek. Kakek selalu memberikan kejutan!

Kakek pernah mengajak kami mengunjungi desa Geulis yang berseberangan dengan desa Sae, desa tempat kakek tinggal. Wah! Kami harus melewati jembatan gantung.

Jembatan gantung itu terbuat dari jalinan akar pohon beringin yang tumbuh di dua desa, desa Geulis dan desa Sae. Di bawah jembatan gantung, mengalir air jernih Sungai Caiherang. Jembatan gantung ini panjangnya tiga puluh meter dan tingginya enam meter.

Selangkah, dua langkah, kami berjalan gagah. Sampai di tengah-tengah jembatan, iiihh... kami saling bergandengan. Jalinan akar jembatan yang tidak rata dan air sungai yang mengalir deras di bawah jembatan, membuat kami deg-degan.

"Tetap berpegangan pada siis jembatan." Kakek mengingatkan. Pegangan lurus ke depan, jangan lihat ke bawah."

Hati-hati kami melewati jembatan gantung, lalu hop hop hop. Satu per satu kami melompat sampai desa Geulis.

Kakek pernah mengajak kami menyusuri pasar sepanjang desa Sae. Kami keluar masuk pasar membawa belanjaan yang tidak pernah kami temui di kota. Ada buah kesemek, kecapi, jamblang, ceri, dan jambu monyet.

"Bagaimana rasanya?" tanya kakek.
Hmmmm....." Kami berlomba mengacungkan jempol tinggi-tinggi.

Kakek pernah mengajak kami ke sebuah ranch, menunggang kuda seperti koboi, lengkap dengan kostumnya.

"Ayo, kita berlomba!" Kakek menepuk kuda tunggangannya.

Keteplak... keteplok... Kuda-kuda kami beradu cepat mengejar kakek yang melesat bersama si black.

Kakek pernah mengajak kami membuat pertunjukan wayang. Ada banyak wayang di lemari kayu kakek. Semar, Cepot, Gareng, Petruk, Bagong, Togog, Arjuna, Bima, Nakula, Sadewa dan Gatotkaca. Kami terkikik mendengar suara kakek mendalang.

"Ayo kalian harus bisa mendalang." Kakek memberi kami masing-masing sebuah wayang.

Kakek tinggal di sebuah rumah di atas bukit. Di belakang rumah kakek, tumbuh sebatang pohon oak yang sangat besar. Pertama kali berlibur di rumah kakek, kami takut pada pohon oak. Malam-malam, seringkali angin bertiup kencang, membuat daun-daun dan dahan-dahan saling bergesekan. Bunyinya menyeramkan.

Supaya kami tidak takut, kakek mengajak kami melihat sendiri pohon oak itu. Ternyata memang itu hanya bunyi daun dan dahan yang tertiup angin.

Kini, kami tidak takut lagi kalau mendengar bunyi dari pohon oak. Liburan kali ini, kami malah terkagum-kagum melihat pohon oak itu. Kakek membuat kejutan seru di pohon itu. Sungguh menyenangkan!

"Kapan kakek mengerjakannya?" tanya Jodi girang.
"Liburan yang lalu, belum ada kan?" kata Jenny hampir tak percaya.
"Pasti mengerjakannya butuh waktu lama." Aku mengagumi hasil karya kakek.

Kakek tertawa riang. "Saat kalian belajar di sekolah, di sini pun kakek belajar. Kakek memikirkan sesuatu yang dapat membuat cucu-cucu kakek bahagia."

Si kecil Bobi menatap kakek serius. "Apa yang kakek pelajari? Kalau aku di sekolah belajar menyanyi, menggambar, dan baris berbaris."

Kakek terkekeh. "Tahun ini, kakek belajar membuat rumah pohon."

Kakek menatap bangga pada rumah buatannya di atas pohon oak. Ya itulah kejutan seru dari kakek. Sebuah rumah pohon untuk kami!

"Ceritakan kek, bagaimana awalnya?" pinta Gina.
"Sore itu.... "Kakek mulai bercerita. "Kakek sedang duduk-duduk di teras belakang memandangi pohon oak. Tiba-tiba bayangan kalian menari-nari di pelupuk mata kakek. Kalian bermain di bawah pohon oak."

Kami saling merapat, serius mendengarkan cerita kakek.
"Kalian bermain ular naga. Jodi berdiri paling depan menjadi kepala ular. Bobi berdiri paling belakang menjadi ekor ular. Hanna, Gina dan Jenny di tengah menjadi badan."

"Menjadi ekor ular naga? Menyenangkan!" seru Bobi.
"Tiba-tiba seorang pangeran datang. Ia hendak menangkap ular naga tersebut untuk dibawa ke istana."

"Oh! bagaimana nasib ular naga itu?"
"Nah, saat itulah sesuatu terlintas dalam benak kakek,"seru kakek bersemangat. "Andai pohon oak memiliki tangga dan rumah, maka ular naga dapat bersembunyi dan selamat dari serangan pangeran."

"Akhir cerita yang seru!" Kami bertepuk tangan.
Si kecil Bobi berlari ke pangkuan kakek. "Terima kasih, Kakek." Ia menghujani kakek dengan ciuman.

Kakek mendapat ciuman bukan hanya dari Bobi. Tetapi juga dari Jodi, Jenny, Gina dan aku.
Kami memeluk kakek penuh sayang.

Kejutan kakek selalu kami nanti-nantikan....

DONGENG MALIN KUNDANG LEGENDA SUMATRA BARAT | DONGENG ANAK DUNIA

- Suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Description: Malin Kundang


Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. 

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. 

Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.

Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. 

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. 

Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. 

Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. 

“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. 

Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.


“Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. 

Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. 

“Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. 

“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. 

Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata 

“Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. 

Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Sumber : Buku


DONGENG MUMI | DONGENG ANAK DUNIA

ditulis oleh Vanda P.

Lengan peri merah keseleo karena terjatuh. Nirmala membalut dengan segulung kain pembalut luka.

"aduuuh...." keluhnya.
"Sabar....." bujuk peri kuning dan peri biru.

Sementara itu, Oki melihat sisa gulungan kain pembalut dan boneka milik peri merah.

"Wah, ada tongkat wasiat juga!" gumam Oki. Ia mulai mendapat ide nakal.

Oki segera melilit boneka itu dengan gulungan kain pembalut luka.

"Hi hi hi... aku akan bikin kejutan di hutan ini. Peri-peri hutan itu pasti lari ketakutan!" Oki cekikikan.

Setelah seluruh tubuh boneka terbalut, Oki mengambil tongkat wasiat. Ia lalu menyulap boneka itu.

PLOP! boneka itu jadi besar dan bisa bergerak.
Hiiiii... seperti mumi.
Description: dongeng mumi
"Awaaaas... ada mumi ngamuk! Ada mumi ngamuk! Lari..." teriak Oki menakut-nakuti.
"Aaaaaaa... Lariiiii...." peri-peri hutan lari ketakutan. Oki melompat-lompat geli. Nirmala melihatnya.
"Wah, Oki nakal sekali!" gerutu Nirmala. Ia segera mengambil tongkatnya yang tergeletak di tanah. Lalu menyulap, "Sim salabim!"

Kini mumi itu berbalik arah. Ia mengejar Oki.

"Aaaaaa.... Tolong....." teriak Oki ketakutan. Oki lari tunggang langgang. Mumi itu terus mengejarnya. Akibatnya....

"BYUUUUUUUR..........

Oki jatuh di kubangan becek. Tubuhnya kotor semua. "Ha ha ha... kamu jadi menyeramkan, Ki! Sekarang muminya yang takut padamu!" tawa peri-peri hutan. Oki kesal sekali....

DONGENG PINOKIO (PINOCCHIO) | DONGENG ANAK DUNIA

Description: Pinokio (Pinocchio)

Dongeng Pinokio (Pinocchio) - Geppetto adalah seorang kakek tua miskin pemahat kayu, dia bergumam ketika sedang membuat boneka dari cabang pohon 

"Kamu akan menjadi anak saya dan aku akan menamaimu 'Pinokio'".

Dia bekerja berjam-jam sambil hati-hati dengan ukiran setiap detailnya. Ketika sampai di mulut, boneka kayu mulai meledek Geppetto. 

"Hentikan itu, anak nakal" Geppetto dimarahi, "Hentikan itu sekarang juga! Aku tidak akan berhenti berteriak!" teriak Pinokio.

"Kamu bisa bicara!" seru Geppetto.

"Tentu saja saya bisa, konyol" kata boneka kayu. "Anda telah memberi saya sebuah mulut untuk bicara". 

Lalu Pinokio berdiri dan menari-nari di atas meja. 

"Lihat apa yang bisa kulakukan!" ia menjerit.

"Pinokio, ini bukan waktu untuk menari", jelas Geppetto.

"Kamu harus segera beristirahat malam karena besok akan mulai pergi ke sekolah dengan anak lainnya.. kamu akan belajar banyak hal, termasuk bagaimana berperilaku yang baik!."

Dalam perjalanan ke sekolah keesokan harinya, Pinokio berhenti untuk melihat pertunjukan boneka. 

"saya bisa menari dan bernyanyi lebih baik daripada boneka kayu itu" membual Pinokio. 

Dia lantas naik ke panggung.

"Pergi dari panggungku " raung sang dalang. 

Lalu ia menyadari banyak orang menyukai Pinokio. Dia tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan Pinokio tinggal. 

"Di sini, kamu telah menerima lima koin tembaga," kata dalang.

"Ambil koin ini dan langsung pulang," kata dalang. 

Pinokio meletakkan koin ke dalam karungnya.

Dia tidak pergi terlalu jauh sebelum ia bertemu dengan rubah yang lemah dan kucing buta. Mengetahui bahwa Pinokio punya uang, mereka berpura-pura menjadi teman-temannya. 

"Mari bersama kami. Kami akan mengajarkan bagaimana mengubah potongan-potongan tembaga menjadi emas," membujuk kucing dengan licik.

"Kami ingin membantumu menjadi kaya caranya menimbun koin emasmu di bawah pohon ajaib ini.. Dalam beberapa jam mereka akan berubah menjadi emas yang banyak," kata rubah.

"Tunjukkan dimana aku harus menimbun koin emasku," kata Pinokio bersemangat. 

Kucing dan Rubah menunjuk sepetak tanah. Pinokio menggali lubang dan meletakkan karung yang berisi koin emas di dalamnya, dan menandainya dengan sebuah batu.

"Beres!" seru si kucing. 
"Sekarang mari kita pergi ke penginapan untuk makan malam." 

Setelah makan malam rubah dan kucing menyelinap pergi keluar dan menyamar sebagai pencuri. Mereka bersembunyi dibalik pohon menunggu Pinokio dan menggali koin. Setelah Pinokio menggali koin mereka menerkamnya.

"Berikan uangnya!". Tapi Pinokio tetap memegang koin dan menolak untuk memberikan kepada mereka. Sekali lagi mereka menuntut, "Beri kami koin itu!"

Tiba-tiba sesosok peri muncul dan menyuruh seekor serigala mengejar kucing serta rubah itu.

"Kenapa kau tidak pergi ke sekolah hari ini?" tanyanya kepada Pinokio dengan suara manis.

"Akuuu?" jawab Pinokio. 

Saat itu hidungnya memanjang seperti cabang pohon. 

"Apa yang terjadi terhadap hidung saya?" dia menangis.

"Setiap kali berbohong hidungmu akan tumbuh panjang namun ketika mengatakan yang sebenarnya hidungmu akan menyusut kembali" kata Peri Biru. 

"Pinokio, kamu akan dapat menjadi anak yang nyata jika kamu belajar bagaimana menjadi anak yang berani, jujur dan murah hati."

Peri Biru menyuruh Pinokio pulang, diperjalanan dia selalu mengingat perkataan peri tersebut.

Dalam perjalanan menuju rumah ia bertemu dengan beberapa anak laki-laki.

"Mari ikut kami," kata anak laki-laki. 

"Kami tahu tempat indah penuh dengan permainan, kue raksasa, permen manis dan sirkus". 

Anak-anak itu tidak tahu bahwa mereka akan dirubah menjadi keledai dan dilatih untuk sirkus.

Setelah sampai ketempat tersebut, anak-anak disihir menjadi keledai lalu penyihir itu berkata 

"Itulah yang terjadi pada anak laki-laki yang tidak pintar".

Lalu Pinokio disulap tapi hanya telinga, kaki, dan ekor saja yang berubah karena ia terbuat dari kayu. Pemimpin sirkus pun tidak bisa menjual dia untuk acara apapun. Ia melemparkan Pinokio ke laut dan ditelan oleh ikan paus besar.

Pinokio terus melayang jauh ke dalam perut ikan paus.

"Siapa di sana dengan cahaya?" sahut Pinokio.

"Pinokio, apakah itu kamu?" tanya dengan suara lelah.

"Ayah, kau masih hidup?" Pinokio berteriak dengan sukacita. Dia tidak takut lagi.

Pinokio membantu Geppetto membangun rakit besar yang cukup untuk mereka berdua. Ketika rakit selesai, Pinokio menggelitik ikan paus. 

"Rencananya ketika ikan paus ini bersin, dia akan meniup kita keluar dari sini!." teriak Pinokio.

Alhasil mereka dapat keluar dari perut ikan paus tersebut dan berjalan pulang.

Akhirnya bisa sampai dirumah, Geppetto berbicara kepada Pinokio di tempat tidur 

"Pinokio, hari ini kamu sangat berani, jujur dan murah hati" kata Geppetto. "Kamu adalah anakku dan aku mencintaimu."

Pinokio ingat apa yang disampaikan Peri Biru kepadanya. 

"Ayah, sekarang aku sudah membuktikan sendiri, aku sedang menunggu sesuatu terjadi," bisiknya saat ia tertidur.

Description: Pinokio menjadi anak laki-laki

Pagi berikutnya Pinokio berlari menuruni tangga, melompat dan melambaikan tangannya. Dia berlari ke Geppetto sambil berteriak, 

"Ayah lihat!, sekarang aku berubah menjadi seorang anak laki-laki sejati!"

DONGENG PUTRI SALJU DAN 7 KURCACI | DONGENG ANAK DUNIA

Description: Putri Salju dan 7 kurcaci
Pada suatu waktu, hiduplah seorang Ratu di sebuah kerajaan. Ratu ini adalah wanita tercantik di seluruh negeri dan sangat bangga dengan kecantikannya. Ratu memiliki Cermin Ajaib yang dapat menjawab setiap pertanyaan. Setiap pagi, Ratu berdiri di hadapan Cermin Ajaib dan bertanya kepada Cermin Ajaib, 

“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Setiap hari pula Cermin Ajaib akan menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini”.

Suatu hari, saat pertengahan musim dingin, saat salju jatuh seperti bulu dari langit, Ratu duduk di dekat jendela yang dipigura oleh kerangka kayu berwarna hitam. Sambil menjahit, dia menatap salju hingga tak sengaja jarinya tertusuk jarum jahit. Tiga tetes darah jatuh dari jari Ratu yang terluka. Darah tersebut jatuh di atas salju, merah di atas putih, tampak begitu cantik. 

Melihatnya, Ratu kemudian berpikir, “Andai saja aku punya anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah, dan rambut sehitam bingkai jendela ini”. Tak lama kemudian, sang Ratu pun memiliki anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah, dan rambut sehitam bingkai jendela. Dia dipanggil, Putri Salju.

Waktu terus berjalan dan Putri Salju tumbuh menjadi gadis remaja. Kecantikannya sudah melampaui kecantikan Ratu. Suatu hari, Ratu kembali bertanya kepada Cermin Ajaib, 

“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Saat itu Cermin Ajaib menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. 

Sejak saat itu, Ratu pun menjadi benci kepada Putri Salju. Ratu merasa kecantikannya tersaingi oleh Putri Salju. Ratu berpikir untuk menyingkirkan Putri Salju sehingga dia akan kembali menjadi wanita tercantik di negeri ini.

Ratu pun memanggil pemburu dan menyuruhnya membawa Putri Salju ke hutan. Pemburu itu diperintahkan untuk menikam Putri Salju sampai mati, dan membawa paru-paru dan hati Putri Salju kembali ke Ratu. Ratu ingin memasak paru- paru dan hati Putri Salju dengan garam dan memakannya, untuk melampiaskan kebenciannya kepada Putri Salju.

Pemburu pun mengajak Putri Salju ke hutan. Ketika pemburu mengambil pisau berburu untuk menusuk Putri Salju, Putri Salju mulai menangis, dan memohon sungguh-sungguh agar pemburu itu tidak membunuhnya. Putri Salju berjanji untuk melarikan diri ke hutan dan tidak pernah kembali. Pemburu merasa kasihan padanya dan ia berpikir untuk melepaskan Putri Salju. Jika Putri Salju berlari ke dalam hutan, maka Putri Salju akan dimakan oleh binatang buas. Maka pemburu pun melepaskan Putri Salju dan menyuruhnya berlari ke dalam hutan.

Untuk memenuhi permintaan Ratu agar membawa paru- paru dan hati Putri Salju, maka pemburu itu membunuh seekor babi hutan. Paru- paru dan hati babi hutan tersebut diambil oleh pemburu dan dibawanya kembali ke Ratu, sebagai bukti bahwa pemburu tersebut telah membunuh Putri Salju. Ratu pun memasaknya dengan garam dan memakannya, mengira bahwa ia telah memakan paru- paru dan hati Putri Salju.

Putri Salju sekarang sendirian di hutan besar. Dia sangat takut dan mulai berlari. Dia berlari di atas batu-batu tajam dan ranting- ranting pohon sepanjang hari. Akhirnya, saat matahari hampir terbenam, ia datang ke sebuah rumah kecil. Rumah ini milik tujuh kurcaci. Mereka sedang bekerja di tambang dan saat itu sedang tidak berada di rumah. Putri Salju pun masuk ke dalam dan menemukan segala sesuatunya lebih kecil, tetapi tersusun rapi dan teratur. Ada meja kecil dengan tujuh piring kecil, tujuh sendok kecil, tujuh pisau kecil dan garpu, tujuh cangkir kecil, dan di dinding ada tujuh tempat tidur kecil.

Putri Salju merasa lapar dan haus sehingga dia memutuskan untuk mengambil sedikit sayuran dan roti dari setiap piring dan minum setetes anggur dari setiap gelas. Karena begitu lelah, dia pun tidur di salah satu tempat tidur. Ketika malam datang, tujuh kurcaci kembali dari tempatnya bekerja. Mereka menyalakan tujuh lilin kecil mereka , dan melihat bahwa seseorang telah berada di rumah mereka. 

Kurcaci pertama berkata, “Siapa yang telah duduk di kursiku?”. 

Kurcaci kedua berkata, “Siapa yang telah makan dari piringku?”. 

Kurcaci ketiga berkata, “Siapa yang telah makan rotiku?”. 

Kurcaci keempat berkata, “Siapa yang telah makan sayuranku?”. 

Kurcaci kelima berkata, “Siapa yang makan menggunakan garpuku?”. 

Kurcaci keenam berkata, “Siapa yang telah memotong dengan pisauku?”. 

Kurcaci ketujuh berkata, “Siapa yang telah minum dari cangkirku?”.

Mereka merasa heran dan penasaran, siapakah orang yang telah masuk ke rumah mereka. Kemudian mereka menemukan Putri Salju sedang tidur di salah satu tempat tidur mereka. Ketujuh kurcaci itu pun berlari mengelilingi Putri Salju dan berseru takjub, 

Description: putri salju dan ketujuh kurcaci

“Dia begitu cantik”. 

Mereka sangat menyukai Putri Salju dan membiarkannya tidur di tempat tidur mereka.

Putri Salju bersama 7 kurcaci Ketika Putri Salju terbangun, mereka menanyakan siapa dia dan bagaimana dia telah menemukan jalan ke rumah mereka. Putri Salju bercerita bagaimana ibunya telah mencoba membunuhnya, bagaimana pemburu membiarkannya hidup, bagaimana ia menjalankan seluruh hari, hingga akhirnya datang ke rumah mereka. Para kurcaci merasa kasihan dan mengijinkan Putri Salju tinggal di rumah mereka dengan syarat Putri Salju harus mencuci baju, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci untuk mereka. Selain itu, mereka juga memperingatkan Putri Salju untuk tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam rumah mereka.

Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib,

“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. 

Ratu pun terkejut dan tahu bahwa pemburu sudah menipunya. Dia pun segera mencari Putri Salju dan akan membunuhnya sendiri, karena Ratu tidak akan tenang sampai Cermin Ajaib mengatakan bahwa Ratu adalah wanita tercantik di seluruh negeri, bukan Putri Salju.

Ratu pun berpikir keras untuk dapat membunuh Putri Salju. Dia menyamar sebagai wanita tua penjual pakaian dan merias wajahnya sedemikian rupa sehingga tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Ratu pun pergi ke rumah kurcaci dan mengetuk pintunya, 

“Buka. Bukalah. Aku wanita tua penjual pakaian”. 

Putri Salju tidak mengizinkan wanita tua itu masuk, sesuai dengan pesan para kurcaci. Putri Salju hanya mengintip dari jendela dan bertanya, 

“Apa yang kamu miliki?”. “Korset tali, Nak,” kata wanita tua dan ditunjukkannya satu korset tali yang dijalin dari sutra kuning, merah, dan biru. 

Putri Salju menyukainya dan membeli korset itu untuknya. Saat dia memasang korset itu, wanita tua menawarkan untuk membantunya, “Kamu tidak memasangnya dengan benar, kemarilah, aku akan melakukannya dengan lebih baik,” dan wanita tua itu menarik tali korset dengan begitu ketat sehingga Putri Salju tidak bisa bernafas. Putri Salju pun jatuh dan seolah- olah ia sudah mati. Wanita tua itu merasa puas dan kembali ke istananya.

Malam pun datang dan ketujuh kurcaci kembali dari tambang. Mereka menemukan Putri Salju tergeletak. Mereka mengangkatnya dan menemukan bahwa Putri Salju mengikat tali korset terlalu erat. Ketujuh kurcaci pun memotong tali korset sehingga Putri Salju dapat kembali bernafas. “Pasti itu adalah Ratu yang coba membunuh kamu. Hati- hatilah. Jangan biarkan orang lain masuk lagi,” kata ketujuh kurcaci.

Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib, 

“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. 

Ratu kembali terkejut. Dia pun menyusun rencana baru untuk membunuh Putri Salju. Ratu pun membuat sisir beracun.

Ratu kembali menyamar menjadi penjual sisir dan mengetuk pintu rumah tujuh kurcaci. Putri Salju tidak memperbolehkannya masuk. Lalu Ratu mengeluarkan sisir dan mengatakan bahwa dia penjual sisir. Putri Salju pun membukakan pintu dan membeli sisir. “Ayo, biarkan aku menyisir rambutmu,” kata wanita penjual. Dia baru saja menempelkan sisir ke rambut Putri Salju, sehingga membuat gadis itu jatuh dan mati. “Itu akan membuatmu terbaring di sana,” kata Ratu.

Para kurcaci pulang tepat pada waktunya. Mereka melihat apa yang telah terjadi dan menarik sisir beracun dari rambut Putri Salju. Putri Salju membuka matanya dan hidup kembali. Dia berjanji pada kurcacil untuk tidak membiarkan siapa pun masuk ke rumah tujuh kurcaci.

Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. Ratu sangat marah, “Putri Salju akan mati, walaupun imbalannya adalah nyawaku!”

Ratu masuk ke kamar rahasia nya dan membuat apel beracun. Esoknya dia menyamar sebagai wanita tua penjual apel. Wanita tua itu menawarkan apel kepada Putri Salju. Putri Salju menolaknya. “Jika kamu tidak ingin, aku tak bisa memaksamu,” kata wanita tua, “Jika kamu takut, maka aku akan memotong apel menjadi dua dan makan setengahnya. Ini, kamu makan setengah yang kemerahan”. Apel itu dibuat begitu berseni dan hanya setengah yang beracun. Ketika Putri Salju melihat bahwa wanita tua itu makan separuh bagian dari apel itu, keinginan untuk mencicipi semakin kuat, sehingga ia akhirnya membiarkan tangan wanita tua itu memberikan apel yang setengah lainnya melalui jendela. Putri Salju menggigit apel tersebut, belum sampai habis Putri Salju sudah jatuh ke tanah dan mati.

Ratu sangat senang. Dia pulang ke istana dan bertanya pada Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini”. Ratu senang karena sekarang dia kembali menjadi wanita paling cantik di negeri ini.

Malam itu para kurcaci pulang dari tambang. Putri Salju tergeletak di lantai, dan dia sudah mati. Mereka tidak bisa menghidupkan kembali. Mereka membaringkannya di atas usungan dan ketujuh kurcaci tersebut duduk di sampingnya, menangis selama tiga hari. Mereka akan menguburkan dia, tapi mereka melihat bahwa dia tetap segar. Dia tidak terlihat seperti orang mati, dan dia masih memiliki pipi merah cantik. Mereka membuat peti kaca untuk Putri Salju, dan meletakkan Putri Salju di dalamnya, sehingga dia bisa dilihat dengan mudah. Mereka menulis nama Putri Salju di atas peti dalam huruf-huruf emas, dan salah satu dari mereka selalu tinggal di rumah dan terus mengawasinya.

Putri Salju dan Pangeran Suatu hari seorang Pangeran muda datang ke rumah kurcaci dan ingin tempat bermalam. Ketika dia masuk ke ruang tamu mereka, dia melihat Putri Salju terbaring di peti kaca, begitu cantik diterangi oleh tujuh lilin kecil. Pangeran meminta mereka untuk memberikan kepadanya, karena dia tidak bisa hidup tanpa bisa melihatnya. Ketujuh kurcaci kasihan kepada Pangeran itu dan memberikan peti kaca berisi Putri Salju kepada Pangeran.

Pangeran itu itu membawa peti mati ke istanaya dan ditempatkan di sebuah ruangan di mana ia duduk di sampingnya setiap hari. Setiap dia pergi, Peti kaca Putri Salju dibawa juga bersamanya. Pegawai istana yang selalu membawakannya untuk Pangeran. Suatu hari mereka sangat marah tentang hal ini, karena harus membawa peti kaca ke manapun Pangeran pergi. Salah satu dari mereka membuka peti kaca, mengangkat tegak Putri Salju, dan berkata, 

“Kami terganggu sepanjang hari, hanya karena seorang gadis yang mati,” dan ia memukul punggung Putri Salju dengan tangan. Kemudian potongan apel yang mengerikan keluar dari mulut Putri Salju dan Putri Salju hidup kembali. Akhir dari cerita ini adalah pernikahan antara Pangeran dan Putri Salju.

Description: Putri Salju dan pangeran hidup bahagia selamanya


Putri Salju dan pangeran hidup bahagia selamanya bersama 7 kurcaci...

Sumber : princessrapunah

DONGENG PUTRI TIDUR | DONGENG ANAK DUNIA

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan.

Setiap hari raja dan permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik.

Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera baiknya.

"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir pertama.

"Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir kedua.

"Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata penyihir ketiga.

"Jadilah engkau putri yang pandai berdansa", kata penyihir keempat.

"Jadilah engkau putri yang bijaksana", kata penyihir kelima.

"Jadilah engkau putri yang pandai menyanyi", kata pneyihir keenam.

Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke pesta ini?"

Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantanya sempat bersembunyi dibalik tirai.

"Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu."

Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata, "sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..".

Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan kutukannya. Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri menangis sedih.

Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh.

"Jangan khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat," ujar penyihir ketujuh.

"Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun kembali setelah seorang pangeran datang padanya", lanjut penyihir ketujuh.

Setelah kejadian itu, raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.

Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan baik hati. Tidak berapa lama raja dan permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri.

Sang putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal benang.

Setelah berbicara dengan nenek tua, sang putri duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu.

Description: dongeng putri tidur


Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tiba-tiba jari sang putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit kesakitan dan tersungkur di lantai.

"Hi hi hi..... tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat.

Hilangnya sang putri dari istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang diperintahkan untuk mencari sang putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Anakku! malang sekali nasibmu" ratap raja.

Tiba-tiba datanglah penyihir muda yang baik hati.

"Jangan khawatir, tuan putri hanya akan tertidur seratus tahun," kata penyihir.

"Tapi ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana.

Kemudian, penyihir itu menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.

Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu.

Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja pangeran tidak percaya begitu saja pada kabar itu.

"Akan kuhancurkan naga itu," kata sang pangeran.

Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di gerbang istana, pangeran mengeluarkan pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.

Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula.

"Semak apa ini?" kata pangeran keheranan.

Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.

"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya berkilauan.

Dengan pedangnya yang baru, pangeran berhasil masuk ke istana.

"Nah itu dia menara yang dijaga oleh naga."

Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat kejadian itu melalui bola kristalnya.

"Akhirnya kau datang, pangeran. Kau pun akan terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara.

Ia menghadang sang pangeran.

Hai pangeran! jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih dahulu!" teriak si penyihir.

Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.

Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.

Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan secepat kilat, pangeran melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga.

"Aaaaa....!"

Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk semula, lalu mati.

Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir muda yang baik hati muncul di hadapan pangeran.

"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke tempat sang putri tidur," katanya.

Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang putri tidur. Ia melihat seorang putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar yang merekah.

"Putri, bukalah matamu," katanya sambil menggengam tangan sang putri.

Pangeran mencium pipi sang putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang putri.

Setelah tertidur selama seratus tahun, sang putri terbangun dengan kebingungan.

"Ah apa yang terjadi?Siapa kamu?"tanyanya.

Lalu pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada sang putri.

"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih pangeran," kata sang putri.

Ketika melihat sang putri dalam keadaan sehat, raja dan permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada sang pangeran yang gagah berani.

Kemudian pangeran berkata, "paduka raja, hamba punya satu permohonan. Hamba ingin menikah dengan sang putri."

Raja pun menyetujuinya. Hari pernikahan sang putri dan pangeran pun tiba. Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa hadiah.

DONGENG SERANGAN MANUSIA RANTING | DONGENG ANAK DUNIA

oleh Vanda P.

Hari ini udara sangat hangat. Bunga-bunga matahari bermekaran indah di padang bunga matahari. Peri-peri bunga asyik bercakap di atas kuntum bunga. "Teman-teman, kudengar manusia ranting sedang ada di hutan kita. Kita harus hati-hati," kata peri kuning.

Description: dongeng serangan manusia ranting

Sruuuut!! Tiba-tiba tangkai bunga yang sedang peri-peri itu duduki, lenyap masuk ke tanah. "Adooooow......" teriak peri-peri yang terjatuh ke tanah.

Peri Popi kebetulan lewat. Ia heran melihat bunga-bunga matahari yang tiba-tiba lenyap. Ia terbang menemui Nirmala. "Ada kejadian aneh di padang bunga matahari," ceritanya.

Sementara itu, manusia-manusia ranting keluar dari dalam tanah. Mereka mengejar peri-peri bunga. "Toloooooong.... tolooooooong...." peri-peri bunga terbang ketakutan.

Untunglah Nirmala datang. Ia segera menyulap, "Sim salabim!" Seketika manusia-manusia ranting itu terdiam. Mereka tak bisa bergerak lagi.

Di tubuh mereka, lalu keluar bunga-bunga putih. "Wah manusia-manusia ranting ini malah membuat padang bunga menjadi indah," kata Oki. Ia lalu meniru gerakan salah satu manusia ranting. "Hahhahaha.... Oki lucu,"tawa peri-peri bunga. "Terimakasih, Nirmala sudah menyelamatkan kami," kata peri kuning lega.

DONGENG TIMUN MAS DAN MBOK SIRNI | DONGENG ANAK DUNIA

Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan ke raksasa itu untuk disantap. Mbok Sirni pun setuju.

Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat. Setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Mas.

Semakin hari Timun Mas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Mas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin besar, semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirni pun semakin sayang pada Timun Mas, setiap kali ia teringat akan janjinya, hatinya pun menjadi cemas dan sedih.

Suatu malam mbok Sirni bermimpi agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di gunung Gundul. Paginya mbok Sirni langsung pergi.

Di gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada Timun Mas, dan disuruhnya Timun Mas berdoa.

Description: Timun Mas dikejar raksasa
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Mas pun disuruh keluar lewat pintu belakang oleh mbok Sirni. Raksasa pun mengejarnya. Timun Mas pun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun.

Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun memakannya. Tapi buah itu malah menambah tenaga raksasa.

Lalu Timun Mas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar.

Timun Mas pun membuka bungkusan garam dan ditaburkannya. Seketika hutan pun menjadi lautan luas. Dengan kesakitan raksasa dapat melewatinya.

Yang terakhir Timun Mas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasa pun mati.

"Terima kasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini" Timun Mas mengucap syukur.

Akhirnya Timun Mas dan mbok Sirni hidup bahagia dan damai.

DONGENG si KANCIL DAN SIPUT | DONGENG ANAK DUNIA

Suatu hari angin berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya si kancil berjalan-jalan di hutan sambil membusungkan dadanya.

Sambil berjalan si kancil berkata, "Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku."

Ketika sampai di sungai, si kancil segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat si kancil dapat berkaca. Si kancil berkata-kata sendirian.

"Buaya, gajah, harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya."

Description: dongeng si kancil dan siput
Si kancil tidak tahu kalau ia daritadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar.

Si siput berkata, "Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira?"

Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya si kancil menemukan letak si siput.

"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya? Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan! Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam," ujar si kancil.

Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel.

Lalu siput pun berkata, "hai kancil! kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat."

Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan. Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya.

Si siput meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada di jalur lomba.

"Jangan lupa, kalian bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil," kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai.

Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air.

Setelah beberapa langkah, si kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru, "hai kancil! aku sudah sampai sini."

Si kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya.

Akhirnya si kancil berlari tetapi ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Si kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata," kancil memang tiada duanya."

Si kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar.

"Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, capai ya berlari?" ejek siput.

Tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang," seru si kancil.

"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar siput.

Si kancil masih heran dan tak percaya kalau ia dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Si kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya.

"Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu. Semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka," ujar siput.

Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggalah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.

Dongeng Ahli Perbintangan (Aesop)

Dongeng Ahli perbintangan ditulis oleh Aesop

Description: Ahli perbintangan memandangi bintang-bintang di langit malam
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang tua yang dipercaya bisa meramal masa depan dengan melihat susunan bintang-bintang di langit. Dia menyebut dirinya sebagai seorang ahli perbintangan (astrologer) dan menghabiskan waktunya setiap malam dengan memandangi langit.

Suatu malam saat dia berjalan di sebuah jalan di pinggiran desa. Matanya menerawang memandangi bintang di atas langit. Dia mulai memperkirakan dan meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan dari susunan bintang yang dilihatnya, dan saat itu juga tiba-tiba dia jatuh terperosok ke dalam lubang yang berisikan lumpur dan air.

Di lubang tersebut, sang Ahli Perbintangan tenggelam oleh lumpur sampai sebatas telinganya, dan dengan panik Dia berusaha untuk menggapai pinggiran lubang agar dapat memanjat keluar.
Dia lalu berteriak-teriak minta tolong dalam keadaan panik dan dalam waktu yang singkat orang-orang desa berlarian untuk datang menolong dan menariknya keluar dari lubang. Salah seorang diantaranya lalu berkata:

"Kamu selalu berpura-pura bisa membaca masa depan dengan melihat bintang-bintang, tapi kamu gagal untuk melihat apa yang ada di bawah kakimu! Mungkin kejadian hari ini akan menjadi pelajaran agar kamu lebih memperhatikan apa yang ada di depanmu, dan membiarkan masa depan berjalan dengan sendirinya."

"Apa gunanya dapat membaca bintang-bintang," kata yang lainnya, "apabila kamu sendiri tidak bisa melihat apa yang terjadi di dunia?"

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ahli perbintangan ini adalah

Urus dan perhatikanlah mulai dari hal yang kecil sekalipun, sehingga dengan sendirinya hal yang besar juga akan berjalan dengan baik.


Dongeng Aladin dan Lampu Ajaib | DONGENG ANAK DUNIA

Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh, Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, jika tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. “Kraak…” tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Description: https://ellyaseahranisintasari.files.wordpress.com/2012/01/images-65.jpg
Aladin menemukan lampu ajaib
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. “Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu”, seru si penyihir. “Tidak, aku takut turun ke sana”, jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. “Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu”, kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. “Cepat berikan lampunya !”, seru penyihir. “Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar”, jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya “Brak!” pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. “Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !”, ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. “Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan”, saya adalah peri cincin kata raksasa itu. “Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah.” “Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini”, ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. “Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan.”
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. “Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini?”, kata Ibu sambil menggosok untuk membersihkan lampu itu. “Suuuut !” Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. “Sebutkanlah perintah Nyonya”, kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini berkata, ”kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami”. Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. “Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu”, kata si peri lampu.
Description: http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQLromsVGbhhVynL74zhtc3b5N3FPDtYU2YmRUcqS-0jUE8MVvMQA
Aladin dan lampu ajaib
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. “Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya”. Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. “Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku.” Raja amat senang. “Wah…, anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku”.
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. “Tuan, ini Istananya”. Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. “Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu?”, tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Di tempat nan jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, “tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !”. Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. “Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku”, seru Aladin. “Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu,” ujar peri cincin. “Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan aku kesana”, seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. “Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir”, ujar sang Putri. “Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang”, jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. “Singkirkan penjahat ini”, seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. “Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia”. Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Description: https://boyvalentin.files.wordpress.com/2010/08/wpid-a-whole-new-world.jpg
dongeng Aladin dan lampu ajaib

Dongeng Almira Si Peri Penjaga Hutan | DONGENG ANAK DUNIA

Dongeng Almira Si Peri Penjaga Hutan ditulis oleh Siti Nurlaela

Almira mendapat tugas menjaga hutan. Biasanya, tugas itu dilakukan oleh Mama Almira. Karena Mama sedang sakit, tugas menjaga hutan diserahkan kepadanya.
"Kelak, kau akan menggantikan tugas mama. Nah, anggaplah hari ini sebagai latihan untukmu," ucap mama.

Mama kemudian memberikan tongkat ajaib kepada putrinya. Almira sangat gembira. Dengan tongkat ajaib itu, ia bisa membantu hewan-hewan di hutan. Ia pernah melihat mama menolong rusa yang terluka, anak burung yang terjatuh dari sarang, anak burung yang tersesat, dan singa yang kena jebakan pemburu. Almira ingin seperti mama. Setelah berpamitan, peri mungil itu mulai berkeliling hutan. Almira melihat seekor jerapah melintas.

"Kasihan jerapah itu,"ia bergumam.
"Jerapah kepayahan berjalan gara-gara lehernya yang panjang. Aku akan membuat lehernya jadi pendek."
Almira lalu menggerakan tongkat ajaibnya.
"Hah, apa yang terjadi denganku?!" pekik Jerapah.
"Kenapa leherku jadi pendek begini?"
Almira lalu bertemu gajah.
"Belalaimu panjang sekali, gajah. Penglihatanmu pasti terganggu. Aku hilangkan saja, ya?" Almira lalu menggerakan tongkat ajaibnya.
"Belalaiku! Apa yang terjadi dengan belalaiku?" tanya gajah ketakutan. Belalainya perlahan-lahan melesak. Aneh sekali melihat gajah tanpa belalai.
"Wah, harimau...cakarmu panjang dan tajam," komentar Almira saat ia berpapasan dengan harimau. "Mamaku bilang, kuku tak boleh panjang. Kuku panjang jadi sarang kuman. Harimau, aku akan membuat cakarmu jadi pendek selamanya. "Almira menggerakan tongkat ajaibnya. Harimau terkejut.
Tak lama kemudian, mama memanggil Almira pulang.

"Jerapah, gajah dan harimau melapor pada mama. Mereka bilang kau telah berbuat usil. Leher jerapah kau sihir jadi pendek. Belalai gajah kau lenyapkan. Harimau pun kehilangan cakarnya gara-gara ulahmu."

"Almira tak bermaksud jahat,ma....," ucap Almira tertunduk. Ia lalu menjelaskan alasannya menyulap hewan-hewan itu. Mama geleng-geleng kepala mendengar pengakuan putrinya.
"Mama tahu maksudmu baik. Tapi, bagian tubuh hewan-hewan itu memiliki kegunaan. Leher jerapah yang panjang berguna untuk mengambil pucuk-pucuk daun pada cabang yang tinggi. Belalai gajah berguna untuk mencabut rumput dan mengambil air. Cakar harimau yang panjang dan tajam berguna untuk menangkap mangsa. Tanpa itu semua, hewan-hewan tersebut tidak bisa mendapatkan makanan. Mereka bisa mati," mama menjelaskan.
Almira tak menyangka perbuatannya justru bisa mencelakai hewan-hewan itu. Ia meminta maaf pada mama.

"Sekarang, segera temui jerapah, gajah dan harimau. Kembalikan mereka seperti semula! Jangan lupa minta maaf kepada mereka, ya..." kata mama Almira mengangguk. Ia bergegas pergi ke hutan mencari ketiga hewan itu. Almira mengembalikan bentuk mereka seperti semula. Tentu saja, sambil meminta maaf.


Dongeng Anak Gembala yang Bijaksana (tidak dikenal)


Description: Gembala kecil yang bijaksana
Dahulu kala, ada seorang gembala kecil yang terkenal sampai jauh dimana-mana karena bisa memberi jawaban yang bijaksana atas semua pertanyaan yang diberikan kepadanya. Kabar tersebut sampai ke telinga Raja di kerajaan itu, tetapi sang Raja sendiri kurang percaya dengan apa yang orang kabarkan tentang gembala kecil itu, karena itu, anak gembala tersebut diperintahkan untuk datang dan menghadap ke istana. 

Ketika dia tiba, Raja berkata kepadanya: "Jika kamu dapat memberikan jawaban dari tiga pertanyaan yang akan saya berikan kepadamu, aku akan menganggap kamu sebagai anak saya sendiri, dan kamu akan hidup berbahagia dengan saya di istanaku."

"Apakah ketiga pertanyaan itu, paduka?" tanya anak gembala itu.
"Yang pertama adalah, berapa banyak tetesan air yang ada di laut?"
"Tuanku Paduka," jawab anak gembala, "hentikanlah semua tetesan air yang ada di bumi sehingga tidak ada satu tetespun yang akan masuk ke laut sebelum saya menghitungnya, dan saat itu, saya akan memberitahu Paduka berapa banyak tetesan yang ada di laut!"

"Pertanyaan kedua," kata Raja, "Berapa banyak bintang yang ada di langit?"
"Beri aku selembar kertas besar," kata anak itu, kemudian ia membuat begitu banyak lubang dengan sebuah jarum sehingga terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dihitung. Saat selesai si Anak Gembala berkata : "Jumlah bintang yang ada di langit sama banyaknya dengan lubang yang ada di kertas ini, adakah yang mampu menghitungnya?" Tapi tak seorang pun bisa menghitungnya. 

Kemudian Raja berkata lagi "Pertanyaan ketiga adalah, berapa detik yang ada dalam keabadian." "Di kerajaan ini, terletak gunung adamantine, satu mil tingginya, satu mil lebarnya, dan satu mil dalamnya, dan tiap seribu tahun, seekor burung datang untuk menggosok paruhnya ke gunung tersebut, dan, saat seluruh gunung telah di gosok oleh sang Burung, maka detik pertama dari keabadian pun berlalu."

"Kamu telah menjawab tiga pertanyaan saya secara bijak," kata sang Raja, "dan untuk selanjutnya kamu akan hidup bersama saya di istana, dan saya akan memperlakukan kamu sebagai anak saya sendiri."

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak gembala yang bijaksana ini adalah
Belajarlah dan bersikaplah bijaksana dalam setiap hal di dalam kehidupan kita.

Dongeng Anak Kambing dan Serigala (Aesop)


Description: Anak kambing dan seekor serigala
Dongeng - Anak kambing dan serigala

 

Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.

 

Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."

 

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak kambing dan serigala ini adalah

Janganlah kamu mengatakan sesuatu yang buruk atau kasar kepada siapapun.

Dongeng Anak Laki-laki dan Setoples Kacang (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSkSDII45v5DsfaQ31RZUSzvDn6T7jiVmDQ-GJOk6N6csevcW0zYQ
Dongeng - anak laki-laki dan setoples kacang
Seorang anak laki-laki diijinkan oleh ibunya untuk memasukkan tangannya ke dalam sebuah toples dan mengambil kacang yang ada di dalamnya. 

Dan anak laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang, tetapi karena anak laki-laki itu mengambil kacang tersebut dengan genggaman yang sangat besar, dia tidak dapat menarik tangannya keluar, dan disana dia berdiri terus, tidak rela untuk melepaskan sebiji kacangpun dari genggamannya karena dia ingin mengambil semuanya sekaligus. Karena rasa penasaran dan kecewa dia mulai menangis.

"Putraku," kata ibunya ,"Ambillah kacang tersebut setengah genggam saja, sehingga kamu akan lebih mudah mengeluarkan tanganmu dari toples tersebut, dan mungkin kamu akan bisa memiliki lebih banyak kacang lagi jika kamu mengambilnya berulang-ulang."

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak laki-laki dan setoples kacang ini adalah

Jangan mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru atau tergesa-gesa.

Dongeng Anak Penggembala dan Serigala (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Anak Penggembala dan Serigala

Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.
Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak penggembala dan serigala ini adalah
Janganlah kita berbohong karena pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.

Dongeng Anak-anak dan katak di kolam (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Katak yang tinggal di kolam gemetar ketakutan saat anak-anak bermain dengan cara melempar batu ke dalam kolam

Pada suatu hari, beberapa orang anak laki-laki bermain-main di pinggiran sebuah kolam di mana pada kolam tersebut hiduplah beberapa keluarga katak. Anak laki-laki tersebut bermain-main dengan cara melemparkan batu-batu ke atas permukaan kolam.
Batu-batu yang beterbangan dengan cepat di atas permukaan kolam membuat anak-anak tersebut tertawa terbahak-bahak sedangkan katak-katak yang menghuni kolam tersebut gemetar ketakutan.
Lalu seekor katak yang paling tua dan paling berani, mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan berkata, "Oh, anak-anak, mohon hentikanlah permainan kalian! walaupun permainan kalian merupakan hiburan bagi kalian, permainan itu bisa menyebabkan kematian bagi kami!"
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anak-anak dan katak di kolam ini adalah
Pertimbangkan dahulu dengan baik sebelum melakukan sesuatu, apakah dapat merugikan orang lain atau tidak.



Dongeng Androcles dan Seekor Singa (Joseph Jacobs) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Androcles berusaha mencabut duri dari kaki singa
Dahulu kala di Kota Roma, hiduplah seorang budak bernama Androcles yang melarikan diri dari majikannya dan menyembunyikan diri di dalam hutan. Dia berjalan tak tentu arah di hutan tersebut cukup lama, hingga dia merasa kelelahan dan kelaparan serta mulai berputus asa.
Sesaat kemudian, dia mendengar suara seekor singa di dekatnya yang mengaum dengan keras. Androcles yang kelelahan, bangkit dan bergegas untuk pergi karena rasa takutnya kepada singa, tetapi saat dia berjalan menembus semak-semak dia tersandung pada akar pohon dan terjatuh.
Ketika dia mencoba untuk bangkit kembali, dia melihat seekor singa yang sangat besar datang ke arahnya, berjalan terpincang-pincang dengan tiga kakinya sambil mengangkat satu kakinya ke depan.
Androcles yang malang menjadi putus asa karena dia tidak memiliki kekuatan lagi untuk bangkit dan melarikan diri pada saat sang singa besar berjalan menuju ke arahnya. Ketika hewan besar itu tiba di depannya, Androcles ketakutan setengah mati. Akan tetapi singa tersebut tidak menyerangnya, dan hanya mengeluh serta mendesah sambil menatap Androcles.
Androcles pun melihat bahwa kaki kanan yang dijulurkan oleh sang Singa, berlumuran darah dan bengkak. Androcles mencoba melihat lebih dekat, dan saat itu dia melihat sebuah duri besar tertusuk pada kaki kanan sang Singa.

Androcles mengumpulkan keberanian dan menarik keluar duri yang menusuk cakar singa, yang saat itu langsung meraung dengan keras karena kesakitan. Tetapi tidak lama setelah itu, sepertinya sang Singa menjadi lebih lega dan tenang, bahkan sang Singa pun menggosok-gosokkan kepala dan badannya ke Androcles sebagai tanda kasih sayang dan terima kasih.
Apa yang ditakutkan oleh Androcles menjadi sirna, sang Singa bukan hanya tidak memangsa dirinya, tetapi dalam waktu tidak berapa lama, singa tersebut pergi dan kembali sambil membawa rusa muda yang berhasil ditangkapnya ke hadapan Androcles, sehingga Androcles bisa mendapatkan makanan di saat itu.
Untuk beberapa waktu, sang Singa terus membawa hewan hutan yang dimangsanya untuk Androcles yang semakin hari semakin akrab dengan hewan besar tersebut. Namun suatu hari, sejumlah prajurit memasuki hutan dan menemukan Androcles. Ketika itu, dia tidak dapat menjelaskan apa yang dia perbuat di dalam hutan. Para prajurit tersebut menahan Androcles, dan membawanya kembali ke kota di mana dia melarikan diri. Di sanalah tuannya mengenali dia dan membawanya ke depan pihak berwenang. Dia pun dijatuhi hukuman mati karena telah melarikan diri dari majikannya.
Pada zaman tersebut, telah menjadi kebiasaan bagi bangsa Roma untuk memasukkan tahanan yang akan dihukum mati, seperti para pembunuh dan penjahat lainnya, ke dalam suatu arena besar bersama dengan seekor singa, sehingga di saat para penjahat menerima hukuman matinya di arena, masyarakat bisa menonton pertarungan antara mereka dan binatang buas tersebut.
Androcles juga dijatuhi hukuman mati, dan akan tempatkan di arena tarung beserta seekor singa. Pada hari yang telah ditentukan, dia pun ditempatkan di arena sendirian dan hanya berbekal tombak untuk melindungi dirinya dari dari serangan singa yang buas. Kaisar yang berada di barisan kursi untuk kalangan istana, memberikan sinyal untuk melepaskan singa dan memulai pertarungan.
Saat sang Singa keluar dari kandangnya dan mendekati Androcles, apa yang terjadi? Bukannya sang Singa melompat ke atasnya untuk menerkam, tetapi sang Singa malah menunjukkan sikap hormat kepadanya, menggosok-gosokkan kepalanya pada Androcles yang dengan segera membelai kepala sang Singa. Ternyata singa tersebut adalah singa yang pernah bertemu dengan Androcles di dalam hutan.
Kaisar yang terkejut melihat perilaku aneh dari sang Singa, memanggil Androcles untuk datang kepadanya dan bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi, sehingga singa yang terkenal ganas, menjadi jinak di hadapan Androcles.
Androcles pun menceritakan semua yang telah terjadi terhadapnya kepada sang Kaisar, dan bagaimana singa itu menunjukkan rasa terima kasihnya setelah dia mencabut duri yang menusuk di telapak kakinya.
Sang Kaisar pun mengampuni Androcles dan memerintahkan majikan Androcles untuk membebaskan Androcles dari perbudakan, sementara sang Singa pun dibawa kembali ke hutan untuk dilepaskan sehingga sang Singa bisa menikmati kebebasannya kembali.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng Androcles dan seekor singa ini adalah
Berbuat baiklah selalu kepada siapapun juga, karena dengan berbuat baik akan memberi dampak yang baik juga.

Dongeng Anggrek Hitam Untuk Domia | DONGENG ANAK DUNIA

Terdengar suara gong dari rumah panjang menggelagar bertalu-talu. Penduduk kampung Tebelianmangkang sudah tahu. Jika gong ditabuh, berarti ada keadaan genting. Merekapun bergegas mendatangi rumah itu.
Rupanya, seorang wanita bernama Darahitam akan melahirkan bayi. Namun bayinya tak juga mau keluar. Darahitam sangat khawatir. Sebelumnya, sudah dua kali bayinya meninggal. Sambil kesakitan ia berdoa dan bernazar,
“Jubata, tolonglah agar anakku lahir dengan selamat. Lelaki atau perempuan, anak ini akan kupersembahkan menjadi pelayanmu!”
Jubata adalah dewa tertinggi suku Dayak. Jubata adalah perantara antara manusia dan Tuhan. Darahitam yakin Jubata akan menolongnya. Lalu terdengarlah..…
“Hoaaa, hooaaaa, hoooaaaaaa …” suara tangis bayi memecah kekhawatiran.
Seluruh penduduk desa menyambut gembira. “Ia lahir dengan selamat! Bayi yang cantik! Kulitnya bersih. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bulu matanya lentik,” seru para wanita. Karena sangat cantik, bayi perempuan itu dinamakan Domia. Dalam bahasa Dayak, Domia berarti dewi.
Seperti ramalan banyak orang, Domia tumbuh menjadi gadis jelita. Banyak pria yang melamarnya. Namun Domia menolaknya. Sebab ia terikat nazar ibunya pada Jubata. Domia ditakdirkan menjadi pelayan Tuhan, atau imam wanita. Seorang imam tak boleh menikah. Tak seorang pun bisa membatalkan nazarnya. Kecuali Jubata sendiri yang mencabutnya.
Meskipun demikian, Domia jatuh cinta pada pemuda bernama Ikot Rinding. Pemuda itupun mencintai Domia. Namun Ikot Rinding heran. Karena Domia tak mau menikah dengannya.
Suatu hari yang panas, pergilah Ikot Rinding memancing. Namun, karena tak ada seekor ikanpun yang didapatnya, ia lalu pergi ke hulu sungai. Di tengah jalan, Ikot Rinding terhenti! Ia melihat Domia sedang mencuci pakaian. Pemuda itu langsung menghampiri gadis pujaan hatinya.
Description: https://story4rizqi.files.wordpress.com/2011/04/anggrek1.jpg
Dongeng Anggrek Hitam Untuk Domia
“Domia, mengapa kau tak mau menjadi istriku?” tanya Ikot Rinding.
Mendengar pertanyaan itu, Domia terkejut. Gadis cantik itu akhirnya berterus terang. Ia bercerita tentang nazar ibunya pada Jubata ketika melahirkannya. Betapa sedih hati Ikot Rinding mendengar cerita itu. Ia tahu, nazar pada Jubata hanya bisa dibatalkan oleh Jubata sendiri. Tapi… kemana ia harus mencari Jubata?
Karena cintanya pada Domia, Ikot Rinding pun mengembara. Siang berganti malam. Malam menjelang pagi. Setelah enam hari mengembara, sampailah ia di Bukit Sungkung. Ikot Rinding beristirahat dan tertidur pulas di bawah pohon rindang. Begitu bangun, hari sudah pagi. Berarti ini hari ketujuh pengembaraanya mencari Jubata.
Ketika akan melangkah pergi, Ikot Rinding terkejut. Ia melihat sebuah sumpit tergeletak di tanah. Di hutan belantara tak berpenghuni ini ada sumpit? Dari mana asalnya? Ikot Rinding segera memungutnya. Di hutan belantara seperti ini, sumpit tentu sangat berguna, pikirnya.
Ikot Rinding meneruskan pengembaraanya. Ketika melintasi sebongkah batu, ia tiba-tiba teringat pada nasihat ibunya. Ketika masih kecil, saat menemani ibunya menyikat pakaian di atas batu, ibunya selalu berkata, “Jangan sekali-kali mengambil barang orang lain tanpa izin!”
Seketika Ikot Rinding berbalik, meletakkan sumpit itu ke tempat semula. Sumpit itu bukan miliknya. Mungkin milik pemburu yang lewat di daerah itu.
Maka Ikot Rinding pun meneruskan perjalanannya mencari Jubata. Badannya lelah. Ia merasa lapar dan dahaga. Tapi begitu ingat akan Domia, ia menjadi bersemangat kembali. Tiba-tiba ia mendengar suara desisan. Sekelebat melintas seekor ular tedung. Ia berhenti di depan Ikot Rinding. Lidahnya kecil panjang bercabang. Badannya yang tadi melingkar, ditegakkan.
Ikot Rinding sadar ia harus waspada. Tangan kanannya kini meraih ranting. Diputar-putarnya ranting itu. Lalu dengan cepat tangan kirinya menyambar leher si ular tedung. Ular itu rupanya terpedaya oleh gerak tipunya. Dilemparnya ular tedung itu jauh ke tepi jurang.
Usai pertistiwa itu, terdengarlah langkah kaki. Rupanya ada orang yang menonton perkelahian Ikot Rinding melawan ular tedung. Semula Ikot Rinding curiga. Namun wajah pemuda itu tampak ramah.
“Aku Salampandai, putra bungsu raja hutan di sini,” ujarnya. Salampandai bercerita, sudah dua hari ia berburu. Namun tak berhasil menangkap apapun. Ini gara-gara senjatanya hilang. Ia juga bercerita bahwa ayahnya menyuruhnya rajin berlatih menyumpit. Terutama menyumpit binatang liar yang bergerak cepat.
Sekarang Ikot Rinding tahu siapa pemilik sumpit yang ditemukannya tadi. Ia mengajak Salampandai ke tempat sumpit itu. Benda itu masih ada di sana.
Karena gembira, Salampandai mengundang Ikot Rinding bermalam di rumahnya. Ia ingin mengenalkan sahabat barunya kepada keluarganya. Bahkan, ia pun ingin menjadikan Ikot Rinding saudara angkat. Walau ia sudah mempunyai enam orang kakak.
Sejak itu, Ikot Rinding diizinkan tinggal di istana. Raja dan ratu sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Salam pandai dan Ikot Rinding-pun selalu bersama kemanapun mereka pergi.
Suatu hari, “Jaga Si Bungsu baik-baik,” pesan Raja pada Ikot Rinding dan keenam putranya saat mereka akan pergi berburu. Ikot Rinding mengangguk. Tapi enam saudara kandung Salampandai tak menjawab. Mereka tidak menyukai Ikot Rinding. Mereka merasa Ratu dan Raja hanya memperhatikan Si Bungsu dan Ikot Rinding. Mereka lalu membuat rencana mencelakakan salah satu dari Ikot Rinding atau Si Bungsu.
Setibanya di hutan, mereka harus berpencar. Salampandai mendapat tempat yang agak mendaki. Dan Ikot Rinding ke tempat yang menurun. Keenam kakak Salampandai sengaja memisahkan mereka berdua. Namun ketika keenam orang itu sudah pergi, diam-diam Ikot Rinding membuntuti Salampandai. Ia tahu, keenam orang itu sengaja menyuruh Salampandai ke tempat yang berbahaya.
“Berhenti! Jangan lewat gua itu!” teriak Ikot Rinding pada Si Bungsu.
Ikot Rinding tahu, di gua itu hidup sekawanan kalong. Gigi dan cakar hewan-hewan itu sangat tajam. “Salampandai, tiarap!” teriak Ikot Rinding saat melihat gumpalan-gumpalan hitam keluar dari mulut gua. Tetapi terlambat. Si Bungsu kini dalam kepungan kelelawar.
Dengan tangkas, Ikot Rinding mencabut mandau. Ia menebas ke segala arah. Satu persatu binatang gua itu dikalahkannya. Kini tinggal raja kelelawar yang bertubuh besar. Kali ini Ikot Rinding menggunakan sumpitnya. “FUUHH!” Hanya dengan sekali tiupan, robohlah si raja kelelawar. Si Bungsu pun selamat.
Keduanya lalu pulang. Salampandai menceritakan peristiwa itu pada ayahnya. Raja sangat takjub mendengarkan cerita ketangkasan Ikot Rinding. Ia sangat bahagia karena putra kesayangannya selamat.
“Mintalah apa saja yang kau inginkan,” ujarnya pada Ikot Rinding. “Hari ini juga akan segera kupenuhi.”
Pada saat itu Ikot Rinding baru sadar. Ayah Salampandai ternyata adalah Jubata itu sendiri. Inilah saat yang diimpikan Ikot Rinding. Meski agak ragu, Ikot Rinding pun berkata, “Aku memohon bukan untuk diriku tetapi untuk orang lain. Sudilah kiranya Raja membebaskan Domia, dari nazar ibunya, Darahitam.”
Jubata ingat. Tujuh belas tahun lalu, seorang ibu bernama Darahitam kesulitan bersalin. Karena putus asa, Darahitam bernazar. Dan kini Ikot Rinding meminta agar nazar itu dilepaskan. Jubata yang bijaksana mengerti. Berbuat baik jauh lebih penting daripada memegang teguh sebuah sumpah.
“Permohonanmu kukabulkan,” ujarnya.
“Apakah tandanya?” tanya Ikot Rinding.
Melihat keraguan putra angkatnya, Raja masuk ke kamarnya. Begitu keluar, tangannya memegang setangkai anggrek hitam. Yang hanya tumbuh di halaman istana Jubata.
“Inilah tandanya,” sabda Jubata. Anggrek itu lalu diserahkannya pada Ikot Rinding. “Begitu Domia menerima sendiri dari uluran tanganmu, bunga ini segera berubah warna. Itulah pertanda. Bahwa nazar ibunya telah kulepaskan.” Usai menerima anggrek hitam itu, Ikot Rinding bergegas meninggalkan istana. Ia telah sangat rindu pada Domia. Perjalanan panjang ditempuhnya tanpa rasa lelah. Tak terasa, tibalah ia di kampung Tebelianmangkang.
Anggrek hitam ia serahkan pada Domia. “Pejamkan matamu…” pinta Ikot Rinding. Tanpa banyak bertanya, Domia menurut. “Nazar ibumu akan dilepaskan Jubata. Sebagai tanda, anggrek hitam di genggamanmu akan berubah warna.”
Ketika membuka kelopak matanya kembali, Domia melihat anggrek hitam telah berubah warna. Jadi butih bersih. Indah berseri bagai anggrek bulan. Domia telah terlepas dari nazar. Sepasang kekasih itu tak hentinya mengucap syukur pada Jubata. Dan keduanya hidup bahagia sampai masa tua mereka.

Dongeng Angin Utara dan Matahari (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Angin Utara meniupkan angin dingin ke tubuh pengembara

Angin Utara dan Matahari berdebat tentang siapa diantara mereka yang lebih kuat. Sementara mereka berdebat dengan hebat, seorang pengembara berjalan melewati suatu jalan dengan badan terbungkus jubah.
"Mari kita buktikan" kata Matahari, "bahwa yang terkuat diantara kita adalah siapa saja yang bisa membuat pengembara itu membuka jubahnya. "
"Baiklah," kata Angin Utara , dan seketika itu juga meniupkan angin kencang yang dingin kepada pengembara itu.
Dengan hembusan angin yang kencang, ujung jubah yang dipakai pengembara, tertiup ke belakang. Tetapi ia segera membungkus erat jubah itu ke tubuhnya, dan semakin kuat angin bertiup, semakin erat ia membungkus tubuhnya. Angin utara berusaha merobek jubah pengembara itu dengan tiupan anginnya, namun semua usahanya sia-sia.
Description: Matahari bersinar terik dan memaksa pengembara untuk berteduh
Dongeng - Angin utara dan matahari
Tibalah giliran matahari. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Pada awalnya sinar yang dikeluarkan cukup lembut , dan dalam sekejap, kehangatan menggantikan rasa dingin dari Angin Utara. Sang Pengembara kemudian melonggarkan jubahnya dan membiarkannya tergantung dari bahunya. Sinar matahari kemudian bersinar lebih terik dan makin terik. Pria itu melepaskan topinya dan mengusap alisnya yang basah oleh keringat. Akhirnya ia menjadi kepanasan sehingga ia melepaskan jubahnya, dan untuk menghindari sinar matahari yang terik, ia berteduh di bawah naungan bayangan pohon di pinggir jalan.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng angin utara dan matahari ini adalah
Kelembutan akan mengalahkan kekerasan.

Dongeng Angsa dan Telur Emas (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Petani dan angsa bertelur emas

Pada zaman dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seekor angsa yang sangatlah cantik, dimana setiap hari ketika petani tersebut mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.
Petani tersebut mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar dan menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani, gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng angsa dan telur emas ini adalah
Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah, tetapi serakah dan menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya. Maka bersyukurlah dengan segala sesuatu yang kita miliki.

Dongeng Anjing dan Bayangannya (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Anjing dan bayangan dirinya

Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing dan bayangannya ini adalah
Janganlah kita memiliki sifat yang serakah karena dapat berakibat buruk.

Dongeng Anjing dan Tiram (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXZpxw00jTI6GgnWdDaS40vgB7XelSGD5rb5kQ6geQqlMlRiB5uYmRRrjxFJPZzjty_iD-dLI6D1IBF8ckuWleGXXTN9KDBHze2nXTkrNEmYUcEmSVkMMY84ER9d52hFg5lStX8lkJxwlg/s320/Anjing_Tiram_MD.jpg

Ada seekor anjing yang sangat senang makan telur. Anjing itu sering masuk ke kandang ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam bulat-bulat.
Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran pantai. Anjing tersebut melihat seekor tiram, dan dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat tiram yang disangkanya telur.
Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita duga, sang Anjing merasakan sakit yang hebat di perutnya.
"Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang berbentuk bulat, adalah telur," katanya sambil mengerang kesakitan.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing dan tiram ini adalah
Bertindak terlalu tergesa-gesa akan mengakibatkan sesuatu yang buruk.

Dongeng Anjing di dalam Kandang Kerbau (Aesop) | DONGENG ANAK DUNIA


Description: Anjing yang tidak membiarkan kerbau untuk makan jerami
Seekor anjing yang tidur pulas di sebuah kandang sapi yang penuh dengan tumpukan jerami, dibangunkan oleh kerbau-kerbau yang kelelahan dan kelaparan sehabis bekerja di ladang. Tetapi sang Anjing tidak membiarkan kerbau-kerbau tersebut mendekati kandang. Anjing tersebut menggeram-geram dan mengancam menggigit seolah-olah kandang tersebut penuh dengan daging dan tulang yang semuanya adalah untuk dirinya sendiri.

Kerbau-kerbau tersebut menatap sang Anjing dengan tatapan jengkel. "Betapa egoisnya dia!" kata salah satu kerbau. "Dia tidak makan jerami tetapi dia tidak membiarkan kita yang sudah sangat kelaparan untuk memakan jerami tersebut!"
Saat itulah petani datang. Ketika dia melihat bagaimana tingkah laku sang Anjing, sang Petani lalu mengambil sebuah kayu dan mengusir sang Anjing sambil memukulnya karena tingkah lakunya yang egois dan mementingkan diri sendiri.
 Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing di dalam kandang kerbau ini adalah
Janganlah kita bersikap egois dan mementingkan diri sendiri, perhatikanlah kepentingan orang lain.

Dongeng Arbei Obat | DONGENG ANAK DUNIA

Dongeng Arbei Obat ditulis oleh Vanda P.

Description: Dongeng arbei obat
Oki dan Felip sering bermain di hutan. Suatu hari, mereka menemukan kebun arbei. Indah dan menggiurkan sekali. Buah-buahnya besar dan ranum. "Asyiiiik! Jangan bilang kurcaci lain! Kita saja yang menghabiskannya! usul Felip.

"Cepat petik! Keburu pemiliknya datang!" ujar Felip lagi. Kedua kurcaci itu cepat-cepat memetik semua arbei. Lalu dimasukkan ke daun besar yang dibentuk kerucut.

Kini mereka menikmati hasil curian mereka. "Hmmmm... manisnyaaa!" gumam Oki sambil terus mengunyah. "Belum pernah aku makan arbei semanis ini! ujar Felip.

Tiba-tiba, "Aduuuuh...duh..." Oki dan Felip mengaduh sakit perut.

Di sekujur tubuh mereka kini timbul bintik-bintik merah. Persis buah arbei. Oki dan Felip ketakutan. Untung ada Nirmala. Ia langsung membawa mereka ke rumah Pak Tobi.

Pak Tobi segera mengobati mereka. Namun ia marah, "Arbei-arbei itu, adalah arbei untuk ramuan obat-obatanku. Sekarang kalian harus menanam bibit arbei baru!"

Hmm, Oki dan Felip harus bekerja keras. Menanam bibit arbei obat satu per satu. Tetapi, mereka tak menggerutu. Sebab, Pak Tobi sudah menyembuhkan mereka!


Dongeng Asli Indonesia Saat Marah | DONGENG ANAK DUNIA

Dongeng Saat Marah ditulis oleh Pupuy Hurriyah

Negeri Belanda adalah negeri para kurcaci. Salah satu kurcaci yang tinggal di negeri itu adalah Zizi. Semua kurcaci di negeri Belanda mengenal Zizi. Sayang, mereka mengenalnya sebagai kurcaci pemarah. Hanya karena hal kecil, Zizi bisa marah.

Siang ini Zizi Kurcaci bermalas-malasan di rumah jamurnya. "Hu-uh! Panas sekali!" Zizi marah karena cuaca terasa panas. "Ke mana, sih, Peri Angin?" Zizi marah-marah. "Jangan-jangan, peri angin tidur. Pantas saja udara panas sekali."

Zizi kurcaci terus marah-marah. Sebentar-sebentar duduk, sebentar-sebentar berdiri. "Aku tidak suka panas begini!" Zizi membuka jendela rumahnya lebar-lebar. Saat itu, Zizi melihat teman-temannya mengantre membeli jus bubble buah. Hm, asyik juga panas-panas begini minum jus bubble buah. Zizi tersenyum. Cepat Zizi berlari ke teman, ikut mengerubungi Pak Jupiter, penjual jus bubble buah.

"Aku beli jus buah stroberi ya," pinta Zizi.
"Kamu harus mengantre, Zizi," kata Kaka.
"Betul!" sahut Mima. "Kamu kan baru datang."

"Hu-uh!" Zizi menunjukkan wajah tidak suka. Zizi terus saja mendesak ke depan. "Aku dulu, Pak Jupiter."
"Kami dulu, pak Jupiter. Kami sudah mengantre sejak tadi." Haya dan Hayu terjepit desakan Zizi.
"Aku dulu! Ayo, cepat!" Zizi tidak menghiraukan protes Haya dan Hayu, si kurcaci kembar.

"Zizi! Kamu harus antre. "Teman-teman yang lain mulai protes.
"Ya! Kamu harus antre," perintah Pak Jupiter pada Zizi. "Kamu datang terakhir jadi harus menunggu giliran berikutnya."
"Hu-uh!" Zizi menghentakkan kakinya. "Aku tidak mau jus bubble buah!" Zizi pun berlari meninggalkan antrean. 

Zizi duduk di bawah pohon beringin mungil. Wajahnya memerah menahan marah. Apalagi, saat satu per satu teman-temannya mendapatkan satu gelas jus bubble buah.
"Hu-uh! Tidak! Aku tidak mau jus bubble buah," gerutu Zizi memendam marah.
Akhirnya antrean jus bubble buah usai. Pak Jupiter melihat Zizi duduk sendiri. Ia melambaikan tangan. "Zizi, sini! Ini jus bubble buah stroberimu."
Akan tetapi, Zizi tidak menghiraukan panggilan pak Jupiter. Zizi berlari pulang, padahal tenggorokannya sangat haus. Ia ingin sekali minum jus bubble stroberi.

Sore harinya, Zizi bermain ular naga bersama teman-temannya. Mereka dibagi menjadi dua regu. Saat pemilihan ketua regu, lagi-lagi Zizi marah. Zizi ingin menjadi kepala regu. Waah seharusnya, kepala regu itu dipilih, bukan memilih diri sendiri.
"Aku mau jadi kepala regu bintang,"kata Zizi. Teman-teman Zizi tidak bisa menolaknya. Lalu mereka memilih Haya sebagai kepala regu bulan.
Selama bermain ular naga, Zizi marah-marah terus. Setiap kali ada teman yang memilih ikut regu bulan, Zizi marah.

"Seharusnya kamu ikut regu bintang!" Zizi marah pada Beta.
"Uh kenapa sih pilih regu bulan?" Zizi marah pada Miomi.
"Zizi, teman-teman boleh memilih sendiri, mau ikut regu bintang atau bulan," bela Nila.
"Betul, Zizi." Sasa, Fuji dan Ruben mengingatkan Zizi. 
"Ah aku tidak mau main lagi!" Zizi marah.
"Tidak perlu marah, Zizi. Ayo kita main lagi," ajak Beneto.
"Tidak! Aku tidak mau lagi melihat kalian!" Zizi  berlari pulang.

Saat itu peri angin bertiup, membawa terbang semua teman Zizi. Zizi tidak melihat kejadian itu.
Setiba di rumah, Zizi senang. Ia tidak lagi mendengar suara teman-temannya bermain. "Sendiri begini, lebih menyenangkan." Zizi merebahkan diri di sofa.
Awalnya, Zizi senang karena tidak tampak seorang pun temannya di depan rumah. Tetapi lama-lama, Zizi merasa kesepian.

Usai mandi sore, Zizi berlari ke rumah Gio yang tinggal di sebelah kanan rumahnya.

"Gio!" panggil Zizi.
Tidak ada sahutan Gio.
Zizi berlari ke rumah Beta. Namun, tidak juga terdengar suara Beta.
Zizi menuju rumah Popi. Zizi ke rumah Haya dan Hayu. Zizi cepat-cepat ke rumah Fex.

"Oh! Kemana mereka pergi?" Zizi ketakutan. Tidak seorang pun temannya ada di rumah.
"Bukankah saat marah, kamu tidak mau melihat teman-temanmu lagi?" Peri angin berbisik lembut d telinga Zizi.
Oh! Zizi mendekap mulutnya erat-erat. Zizi sungguh takut semua temannya benar-benar pergi.

"Aku ingin teman-temanku kembali," gumam Zizi.
"Saat mereka kembali, apakah kau akan marah-marah lagi? Kau selalu marah pada siapa saja!" Peri angin mengingatkan.
Zizi terdiam. Kemudian, ia menggeleng. "Aku janji tidak akan marah-marah lagi. Aku tidak mau jadi kurcaci pemarah."
Peri angin tersenyum melihat Zizi benar-benar menyesal.

"Zizi!"
Suara ramai mengagetkan Zizi. Zizi berlari menyambut teman-temannya.
"Kalian dari mana saja?" Zizi memeluk semua temannya. "Aku tidak mau kehilangan kalian."
Teman-teman Zizi mengedipkan mata pada peri angin.
Hmmm, kamu tahu ke mana teman-teman Zizi pergi saat Zizi marah? Wah peri angin rupanya menyembunyikan mereka di balik awan.


 

 

Dongeng Cinderella Putri yang Cantik | DONGENG ANAK DUNIA

Di sebuah kerajaan, tinggalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya “Cinderella”. Cinderella artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. “Nama yang cocok buatmu!” kata mereka.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari Istana. 

“Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira”, kata mereka. 


Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Cinderella sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. “Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak Cinderella.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderella kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. 
“Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi” 
Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. “Cinderella, berhentilah menangis.” 
Description: Peri dan CinderellaKetika Cinderella berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. “Cinderella bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal.” Setelah semuanya dikumpulkan Cinderella, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. 

“Sim salabim!” sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderella berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Description: Cinderella ke istana
Karena gembiranya, Cinderella mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,”Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. 

“Ya Nek. Terimakasih,” jawab Cinderella. 


Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderella. “Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?” Tanya mereka. 
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderella. “Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?” katanya. 

“Ya…,” kata Cinderella sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderella.

Pangeran terus berdansa dengan Cinderella. 

“Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,” kata sang Pangeran. 


Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. 


“Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,”. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. 


Description: Sepatu kaca Cinderella
sepatu kaca Cinderella
Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderella tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderella, tetapi ia kehilangan jejak Cinderella. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderella. Pangeran mengambil sepatu itu. 

“Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati. 


Meskipun Cinderella kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella. 


“Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal. 


Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderella. 


“Hai kamu, cobalah sepatu ini,” katanya. Ibu tiri Cinderella menjadi marah,” tidak akan cocok dengan anak ini!”. 


Kemudian Cinderella menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. 


“Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. “Cinderella, selamat..,” Cinderella menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.,” katanya.
Cinderella
Begitu peri membaca mantranya, Cinderella berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. 

“Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali”, kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.